kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Membawa Istri Muda Saya ke Tempat Tidur Setelah Menikah – 002 PEMERSATUDOTFUN

Membawa Istri Muda Saya ke Tempat Tidur Setelah Menikah – 002

Tidak ada voting
Membawa, Istri, Muda, Saya, Tempat, Tidur, Setelah, Menikah
Membawa Istri Muda Saya ke Tempat Tidur Setelah Menikah – 002
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Membawa, Istri, Muda, Saya, Tempat, Tidur, Setelah, Menikah yang ada pada kategori JAV, SKANDAL, TANTE published pada 5 Agustus 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Membawa Istri Muda Saya ke Tempat Tidur Setelah Menikah – 002 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Perselingkuhan Isteri Setia 02


Sambungan dari bagian 01

Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas Roni melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang kontolnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti kamu dong Ri yang aktif..!" kata Mas Roni.
"Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!" jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!" ujarnya sambil menyodorkan batang kontol besar itu ke hadapanku.

Dengan malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang kontol Mas Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika kontol yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang memek perempuan.

"Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?" goda Mas Roni.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, kontol Mas Roni jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
"Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa," kataku sambil menggenggam batang kontol Mas Roni.
"Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?" jawab Mas Roni lembut.






Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan kontol yang besar milik Mas Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Mas Roni yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup menggenggamnya. Aku berharap dengan kukocok kontolnya, sperma Mas Roni cepat muncrat, sehingga ia tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap diriku.

Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik-turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya mulai meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku, sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga memekku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang zakar Mas Roni dengan tanganku.

Kini, kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga semakin memburu. Setelah itu Mas Roni beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar tersebut mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan lelaki itu bukan suamiku.

Mas Roni kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan tanpa malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memeluk tubuhku, seperti tidak akan dilepaskan lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang kontolnya ke memekku. Tentu saja aku tersentak.

"Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!" kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang memekku.
"Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?" jawab Mas Roni juga terengah-engah.

Kemudian Mas Roni kembali memasang ujung kontolnya tepat di celah kamaluanku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala kontol itu menyentuh bibir memekku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang berukuran super besar, Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah bibir memekku. Padahal, jika aku ngentot dengan suamiku, kontol suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.

Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Mas Roni berhasil menerobos bibir kemaluanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung kontol besar itu mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni, kontolnya yang berkukuran jumbo itu hanya digesek-gesekkan di bibir memek saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa benar-benar membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar besar Mas Roni itu luar biasa nikmatnya.

Mas Roni terus menerus memaju-mundurkan batang kontol sebatas di bibir memek. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami terus berpagutan.
"Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?" kata Mas Roni tersengal-sengal.
"Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!" ujarku sama-sama tersengal.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua ke memekku. Bless.., perlahan tapi pasti batang kontol yang besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Memekku terasa penuh sesak oleh batang kontol Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.

"Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?" tanyaku.
"Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!" ujarnya dengan terus memompa memekku secara perlahan.

Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang kontol itu amblas semua di memekku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya kontol Mas Roni, sehingga lubang memekku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang kontol Mas Roni semakin tertekan ke dalam memekku dan melesak hingga ke dasar rongga memekku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding memekku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi entotan Mas Roni dengan menggoyangkan pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur busa ditindih oleh tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, entotan Mas Roni semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.., clep.., clep.., clep.., begitulah bunyi batang zakar Mas Roni yang terus memompa selangkanganku.

"Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!" erangku berulang-ulang.
Sungguh inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni benar-benar telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas Roni. Seketika itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas Roni dan kupeluk erat-erat.
"Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!" desahku ketika aku hampir menggapai puncak kenikmatan.

Tahu kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin meronta-ronta di bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar klimaks!
"Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaass..!" desah Mas Roni.
"Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!" jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang kemaluan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.

Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga menghentikan entotannya.
"Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu," ujarnya lembut sambil mencium pipiku.
Gila, aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini karena Mas Roni yang jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain batangannya yang memang sangat besar dan nikmat luar biasa untuk memek perempuan.

Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni memompa terus lubang memekku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas Roni masih terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah melihat kemaluanku yang tengah dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila, memekku dimasuki kontol sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu ternyata nikmatnya tidak terkira.

Mas Roni semakin lama semakin kencang memompakan kontolnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni. Maka aku balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali kuputar-putar mengimbangi kontol Mas Roni yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku.

"Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?" tanya Mas Roni.
"Eehh.." hanya itu jawabku.
Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.

Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas Roni di bawah.
"Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!" kata Mas Roni.
Dengan posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang kontol Mas Roni yang masih mengacung di lubang memekku. Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher dan boba Mas Roni. Mas Roni yang telentang di bawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.

"Tuuh.., biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..," ujar Mas Ronie sambil balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar biasa datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan memekku ke batang kontol Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku juga semakin liar membalas ciuman Mas Roni.

"Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!" kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang terengah-engah, Mas Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tidak menentu.

"Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!" desah Mas Roni.
Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss.., teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!" desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.

Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak. Napasnya terus memburu. Entotannya di memekku juga semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

"Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!" erangnya tidak tertahankan.
Melihat Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni terasa sangat deras muncrat di lubang memekku. Mas Roni memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasakan lubang memekku terasa hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kontol Mas Roni.

Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang memekku terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Mas Roni belepotan hingga ke bibir memek dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap langit-langit kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap dalam hatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.

"Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini," ujar Mas Roni lirih.
Aku tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.

Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak, "Hee, sudah siang lho.., ayo pulang..!"
Dengan masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku saat pintu kamar akan kubuka.
"Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?" kelakar Yani.
"Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi." jawabku dengan perasaan malu.
Sementara Mas Roni hanya tersenyum.

"Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!" ujar Yani dengan masih cengengesan.

*****

Begitulah, hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya aku harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak minggu kedua, tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang muncul dalam perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni. Sungguh dadaku sering berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan luar biasa yang diberikan Mas Roni saat itu. Aku selalu terbayang dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki suamiku.

Maka setelah itu, kami masih sering jalan-jalan bersama dengan Mas Roni. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku dan Mas Roni selalu melepas hasrat bersama. Dan jelas itu lebih menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama. Sementara untuk menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku disetubuhi lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada lelaki lain yang benar-benar telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak pernah bercerita padanya. Ini hanya menjadi rahasiaku dan rahasia Mas Roni.

Begitulah pembaca, kisah awal mula perselingkuhanku yang menjadi kenangan tersendiri hingga saat ini.

TAMAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.