Cerita Dewasa:
Yuni, Customerku 02
Sambungan dari bagian 01
Aku melihat Yuni yang kelelahan, aku bangkit dan duduk di samping tubuhnya yang telah lemas dan karena aku belum mencapai orgasme, kuambil posisi di atasnya dan dengan tangan kananku, kubimbing batang kemaluanku agar dapat masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat kugesek-gesekkan batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, tangan kanannya menahan agar batang kemaluanku berhenti. "Tolong Mas jangan dimasukin, aku takut, aku belum pernah melakukannya", ucapnya dengan lirih. Mendengar itu aku jadi iba juga, kutarik batang kemaluanku dari permukaan liang kewanitaannya, dan aku kembali duduk di sampingnya dengan tanganku mengocok batang kemaluanku yang masih tegang. "Aku kulum saja ya Mas, boleh nggak?", tanyanya sambil tangan kanannya meraih batang kemaluanku. Aku hanya mengangguk, selanjutnya dia bangkit dari tidurnya dan duduk berhadapan denganku, dia tersenyum dan mencium bibirku sejenak.
Kemudian dia menunduk dan mulai mendekati batang kemaluanku, dia sapukan lidahnya dari kepala batang kemaluan sampai pada pangkalnya berulang ulang. Aku hanya merintih menahan nikmat, aku heran juga kenapa dia nggak capek ya.. Yuni terus memainkan lidahnya sambil sesekali mengulum kepala batang kemaluanku. Kuakui kulumannya sangat nikmat karena batang kemaluanku masuk cukup jauh ke dalam mulutnya.
Setelah beberapa saat aku menahannya, akhirnya "Akhh.. aku mau keluar", ucapku sambil meremas toketnya dan maniku keluar memenuhi mulutnya dan sebagian membasahi wajahnya yang manis. Setelah menelan maniku yang ada di dalam mulutnya, dia melanjutkan mengulum dan membersihkan batang kemaluanku yang basah dengan lidahnya. Sampai batang kemaluanku melemas pun dia masih terus mengulumnya sampai batang kemaluanku terasa geli. Karena kegelian, kusuruh dia melepaskan kulumannya. Kemudian kuangkat dagunya hingga wajahnya berhadapan denganku, masih terlihat sisa-sisa maniku di sisi kiri bibirnya yang mungil menetes ke dagunya. Kuusap maniku yang membasahi hidung dan pipinya dengan jariku dan akan kuusapkan pada CD-nya, tetapi dia ingin menelannya, sehingga jari-jariku dilumatnya hingga mani yang kupegang habis. Sepertinya dia sangat menyukai maniku, enak kali ya..
Sepertinya dia kelelahan, dia berbaring telentang menatapku dengan tanpa selembar kainpun menutupi tubuhnya. Kupandangi lagi tubuhnya yang telanjang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terlihat titik-titik keringat keluar dari sekujur tubuhnya, terlihat semakin indah. Aku menarik nafas panjang dan kucium bibirnya yang mungil, masih terasa sisa-sisa maniku di bibirnya, terasa gurih tetapi lebih kental dari maninya.
Saat kulihat sudah pukul 10.30 malam, aku segera berpakaian, mematikan komputer dan pamit pulang. Dengan malas diapun bangkit dan mengenakan dasternya tanpa memakai CD dan BH.
"Mas uang kekurangannya belum aku siapkan, mau tunggu sebentar?", katanya.
"Ah.. besok saja udah malam nih takut ditanya macam-macam sama satpam", kataku.
Sebenarnya maksudku adalah agar aku dapat datang lagi dan main dengannya seperti yang baru saja kami lakukan. Untuk yang terakhir kalinya pada malam itu kucium bibirnya. Aku start mobilku dan meninggalkan rumahnya. Dalam perjalanan aku heran juga, bagaimana dia bisa mempertahankan keperawanannya jika dia sudah bermain sejauh itu. Dalam hati aku yakin jika suatu saat nanti dia akan mennyerahkan keperawanannya padaku.
Semenjak kejadian malam itu aku selalu teringat dengannya. Hampir aku tidak percaya jika aku pernah bercumbu dengan seorang WNI keturunan yang berwajah sangat manis. Tetapi karena kesibukanku ikut tender, aku jadi belum sempat menghubungi Yuni. Kejadian ini berlangsung empat hari setelah malam yang indah itu.
Sore itu sekitar jam 15.30 aku baru datang dari luar kota. Aku ke kantor dan menyerahkan berkas-berkas dan revisi penawaran kepada dua orang temanku, sedangkan aku langsung masuk ke ruang service dan tidur. Seperempat jam kemudian aku mendengar seorang temanku berkata, "Wah Doel, ada makhluk cakep datang.. ck.. ck.. ck.. indah bener nih cewek". Karena aku sangat capek, aku tidak begitu menggubrisnya dan aku tetap tidur sampai salah seorang temanku membangunkanku. "Hai Doel.. bangun.. dicari makhluk indah tuh.." kata temanku sambil menendang pelan kakiku. Oh ya, aku mendirikan toko komputer bersama dua orang temanku, dan kami sama-sama memanggil dengan julukan Doel.
"Siapa sih.. aku capek banget nih.." kataku sambil bangkit untuk duduk.
"He.. Doel, Yuni itu WNI keturunan ya.. mana cakepnya selangit lagi, kok kamu diam aja sih", umpat temanku.
Tahu kalau yang datang Yuni, hilang semua rasa capekku, segera aku keluar untuk menemuinya.
"Hai Yun pa kabar.. sorry nih beberapa hari ini aku sibuk banget", sapaku.
"Ah.. aku yang sorry nih baru ngelunasi sekarang", katanya.
"Iya.. iya.. udah selesai udah aku urusin, mendingan sekarang kamu tidur lagi aja", sahut temanku sambil ketawa.
"Bagaimana, ada masalah dengan komputernya, kamu udah daftar belum?" tanyaku.
"Nggak ada masalah dengan komputernya, tapi aku belum daftar", jawabnya.
"Sekarang kamu mau ke mana, aku anterin daftar mau nggak", ajakku.
Dia mengangguk, kedua temanku cuma bengong melihat aku sudah sangat akrab dengannya.
"Pakai mobilku aja nggak apa-apa Mas", katanya.
"Sebentar, aku cuci muka dulu ya", sahutku sambil berjalan ke belakang.
Selesai cuci muka aku titipkan mobilku pada salah seorang temanku.
"Heh.. Doel, mau pergi ke mana kamu?" tanya temanku setelah aku menyerahkan kunci mobilku padanya.
"Alah.. udah kamu jalan-jalan yang jauh sana pake mobilku, ini urusan orang dewasa, kamu nggak boleh ikut-ikut", kataku sambil mengajak Yuni keluar.
Permisi Mas.." kata Yuni sambil keluar menuju pintu.
"Sekarang kamu mau ke mana?" tanyaku setelah selesai daftar.
"Nggak tahu, terserah Mas aja", katanya.
"Kakak kamu ada di rumah nggak?" tanyaku.
"Ada, emangnya kenapa?" dia balik bertanya.
"Nggak, aku cuma kangen ama kamu", kataku sambil tersenyum.
"Aku juga kangen ama Mas.. eh nama Mas siapa sih, aku malah belum tahu nama Mas", katanya.
"Iya ya.. kita udah sangat akrab tapi kamu belum tahu namaku, namaku Fafa", jawabku sambil aku memegang tangan kirinya.
"Kita ke mana nih.. Mas?" tanyanya sambil melambatkan laju mobilnya.
"Kalo misalnya kita nginap boleh nggak sama kakakmu?" kataku agak ragu.
"Ya.. coba aku telpon dulu mungkin boleh asal Mas diam, jangan sampai suara Mas kedengeran sama kakakku, eh memangnya kita mau nginap di mana sih Mas", tanyanya sambil menepi dan menghentikan mobilnya.
"Kita sewa villa saja di Tawang Mangu", jawabku.
Yuni mengeluarkan HP dari tasnya dan meghubungi kakaknya. Setelah aku tahu kalau kakaknya mengijinkan, aku sangat senang sekali dan mulai dari jalan itu gantian aku yang pegang setir karena jalannya sempit dan berliku-liku.
Satu jam kemudian aku sampai di lereng Gunung Lawu tersebut.
"Mas pernah sewa villa di sini ya?" tanya Yuni.
"Belum tuh, mungkin kita bisa tanya di rumah makan itu sambil kita makan, aku udah lapar nih", kataku sambil menghentikan mobil ke sebuah rumah makan. Untungnya pemilik rumah makan tersebut juga menyewakan villa yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah makan tersebut.
Keinginanku untuk bercumbu dengannya mengalahkan ongkos sewa villa yang lumayan tinggi yaitu 200 ribu per malam. Sebuah rumah mungil dengan dua kamar tidur yang masing-masing terdapat sebuah kamar mandi. Saat kami masuk ke villa yang berada di tepi sebuah bukit tersebut, matahari hampir terbenam. Kami memilih satu kamar yang meghadap langsung ke tebing. "Aku mandi dulu ya.." kataku sambil melepaskan semua pakaianku dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat aku membersihkan badanku dengan sabun, kulihat pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci telah terbuka. Kulihat Yuni telah telanjang menyusulku masuk ke dalam kamar mandi. "Ikutan mandi ya Mas", katanya sambil mendekatiku. Kulihat tubuhnya yang sintal dan padat terbalut kulit putih bersih dengan dua buah bukit yang menggantung sangat indah.
Dia mendekatiku dan mengusap wajahku dengan jari-jarinya yang lentik, tampak air telah membasahi rambutnya. Setelah semua tubuhnya basah oleh air, dia mematikan kran shower. Selanjutnya dia meraih sabun yang masih kupegang. Aku diam ingin tahu apa yang ingin dia lakukan, dengan sabun di tangannya dia mulai menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Dari leher, dada, punggung, perut, batang kemaluan sampai ujung kakiku dia gosok lembut dengan sabun. Kulihat batang kemaluanku telah tegang, saat Yuni masih menggosok betisku, kutarik tangannya perlahan agar dia berdiri. Setelah wajahnya berhadapan dengan wajahku, kudekati bibirnya, kucium dengan hidungku, dan lidahku aku sapukan di kulit bibirnya yang mungil. Dia hanya terpejam, selanjutnya lidahku mulai kupermainkan di dalam mulutnya, dia membalas dengan menghisap lidahku.
Aku melepaskan ciumanku, kuraih sabun yang masih di pegangnya. Sekarang gantian aku yang menggosok seluruh tubuhnya. Mulai dari leher dan ketika sampai pada toketnya, kuputar-putarkan sabun di sekitar toketnya sambil sesekali kuremas dengan lembut. Selanjutnya usapanku mulai mendekati sekitar liang kewanitaannya, aku sapukan sabun di sekitar paha bagian dalam dan juga ke rambut kemaluannya yang masih lembut.
Setelah selesai aku meratakan sabun di seluruh tubuhnya, kini kuraih kran shower dan kuputar perlahan. Dengan guyuran air, kulumat bibirnya dan kemudian ciumanku aku turunkan di toketnya. Kuhisap lembut kedua toketnya secara bergantian, terlihat dia merapatkan pelukannya sambil mendesis keenakan. Perlahan ciumanku berjalan menuju ke liang kewanitaannya, kuhisap-hisap liang kewanitaannya sambil lidahku masuk menerobos lubang yang sangat sempit itu. Karena aku risih dengan air yang mengalir pada liang kewanitaannya, kuputar kran sehingga air berhenti mengguyur tubuhnya. Setelah air berhenti mengalir, kulanjutkan mempermainkan liang kewanitaannya. Kujilati pahanya bagian dalam dan di sekitar liang kewanitaannya. Kudengar Yuni merintih dan dia naikkan kaki kirinya di atas pundakku. Kini aku dapat melihat dengan jelas lubang kenikmatannya yang terlihat sangat kecil dengan bibir berwarna merah hati.
Kemudian kudekatkan mulutku di liang kewanitaannya dan kusapukan lidahku di sekitar itilnya sambil sesekali kuhisap itilnya. Kupindah sapuan lidahku dari itil menuju ke liang kewanitaannya, kini pada lubang kemaluannya telah terasa agak asin. Aku terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang kemaluannya sambil kupermainkan ujung lidahku ke atas dan ke bawah. Yuni mulai terangsang hebat, dia menggerak-gerakkan pinggulnya sambil menekannya ke bawah sehingga lidahku masuk lebih dalam lagi di liang kewanitaannya. Sambil kupermainkan lidahku, kuhisap cairan bening yang keluar dari liang kewanitaannya. Dia semakin cepat menggoyangkan pinggulnya sambil tangannya menekan kepalaku, hingga aku hampir tidak dapat bernafas. Aku tahu kalau dia hampir mencapai orgasme, hingga kutarik lidahku dari liang kewanitaannya. Aku ingin kami mencapai organsme untuk yang pertama secara bersama-sama.
Saat kutarik lidahku dari liang kewanitaannya, kulihat Yuni terkejut dan sepertinya dia agak kecewa. "Nanti kita sama-sama saja Yun biar tambah asyik", kataku sambil tersenyum dan Yuni hanya tersenyum kecut, sepertinya dia sangat kesal sekali. Kemudian aku berdiri dan kucium bibirnya, dia hanya diam tidak memberikan respon. Kurasa dia sedikit marah aku menggagalkan orgasmenya. Kasihan juga aku melihatnya, selanjutnya kubopong dia ke tempat tidur dan kurebahkan dia telentang, terlihat titik-titik air masih memenuhi tubuhnya yang sangat indah.
Selanjutnya kucium bibirnya dengan lembut, dan kulanjutkan dengan menyapukan lidahku di sekitar lehernya sambil kupermainkan toketnya dengan tangan kananku, sedangkan tanganku yang kiri mengangkat tangan kanannya. Aku masih ingat ketika aku mencumbu di sekitar ketiaknya yang mulus itu, dia sangat menikmatinya. Kemudian sapuan lidahku kugeser menuju toketnya sebelah kanan, sedangkan toket sebelah kiri masih kupermainkan dan sesekali aku meremasnya dengan tangan kananku. Sambil kuhisap boba susunya, tanganku yang kiri membelai dan mengelus ketiaknya. Selanjutnya sapuan lidahku kugeser menuju ketiaknya yang sangat putih dan terlihat bersih. Aku jilati dan sesekali kuhisap ketiaknya, kulihat dia mendesah keras, sepertinya dia sangat menikmatinya. Tangan kananku kuturunkan menuju pahanya, kuraba pahanya dengan lembut dan belaianku kulanjutkan ke liang kewanitaannya. Kubelai-belai liang kewanitaannya dengan lembut sambil sesekali kutusukkan ujung jariku ke dalam liang kewanitaannya, terasa basah. Yuni semakin mengeliat dan menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Bersambung ke bagian 03