kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru SMpSMA part 7 PEMERSATUDOTFUN

SMpSMA part 7

Tidak ada voting
SMpSMA, part
SMpSMA part 7
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten SMpSMA, part yang ada pada kategori SKANDAL, TEEN published pada 24 Oktober 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming SMpSMA part 7 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Ketagihan - 2


Dari Bagian 1


"Oohh.. Oh.." cuma itu yang kudengar dari mulutnya.

Ketika aku merasa spermaku mau keluar, aku menghujamkan burungku keras-keras dan dalam.

"Ahh.. Lega," kataku.

Tapi kulihat Ana masih belum mengalami orgasme. Sebab dia masih menggerak-gerakkan pinggulnya seolah minta ditusuk lagi. Burungku terasa ngilu karena jepitan memeknya, maka kutariklah ia keluar. Ana membuka mata sambil nafasnya masih terengah-engah. Dari sorot matanya kelihatan bahwa ia meminta untuk dituntaskan. Aku memahami hal itu. Kulihat spermaku telah meleleh keluar dari lubang memeknya. Aku lalu memasukkan jari telunjukku ke memeknya.

"Ohh..," Ana kembali mendesah.
"Ya.. Begitu enak."






Aku menggerakkan jariku seperti lagi menggaruk. Kemudian kuganti jari telunjukku dengan jari tengahku dan kugerakkan menusuk-nusuk.

"Ahh.. Ah..," pahanya merapat. Rupanya Ana berusaha mengatupkan memeknya karena tidak kuat menahan geli.
"Gee.. Lii.. Ssuu.. Dah.. Dongg. Aku nggakk.. Tahann.."

Ternyata ekspresi orang yang lagi menahan nikmat itu lucu ya. Ana merem melek sambil tubuhnya bergerak ke kiri dan ke kanan. Aku jadi tersenyum sendiri, tapi lama-lama aku juga kasihan dan akhirnya kuhentikan tusukanku. Ana membuka matanya sambil mengerutkan keningnya seolah bertanya kepadaku.

"Please.. Jangan dihentikan, aku sudah mau orgasme," kata Ana memelas.

Ana lalu memegang burungku yang ternyata masih tegak dan menuntunnya memasuki lubang memeknya.

"Eh.. Pelan-pelan," kataku, sebab dia menariknya dengan cepat seolah tidak mau kehilangan rasa nikmat akibat ulah jariku yang belum mampu membuatnya tuntas.
"Eehh.." desahnya ketika separuh burungku memasuki memeknya.

Kini posisinya di atasku. Dia menduduki kontolku. Aku hanya diam saja, sebab nggak tahu harus berbuat apa dalam posisi ini. Ana perlahan-lahan menurunkan pantatnya sehingga burungku terbenam seluruhnya.

Hebat juga anak ini pikirku, bisa ganti-ganti posisi. Ana menggerakkan pantatnya naik turun dengan cepat, dan semakin cepat. Burungku rasanya seperti ditarik-tarik. Setiap kali pantatnya menyentuh pahaku terdengar bunyi plak.. Plak.. Setelah beberapa menit berlalu kelihatannya dia sudah mau orgasme. Desahannya semakin keras terdengar. Ada rasa khawatir juga kalo ketahuan ibunya.

"Eh.. Eh.. Eh.. Aa.. Aahh," desahannya berhenti bersamaan dengan mengalirnya cairan lubrikasi dari memeknya.

Ana telungkup di dadaku dengan mata masih terpejam. Tinggal aku yang telanjur 'naik' butuh penyelesaian. Dengan burungku masih bersarang di dalam memeknya, kubalikkan tubuhnya. Kini dia ganti berada di bawah. Kami berada dalam posisi konvensional.

"Eh.. Mau ngapain lagi nih? Aku sudah lelah Ndrik," katanya.

Aku tidak menghiraukan kata-katanya. Langsung saja kutusukkan burungku dalam-dalam. Ana mengerang, entah menahan sakit atau menahan nikmat aku tidak tahu. Kukocok dengan cepat burungku. Kembali kudengar desahannya makin cepat. Dan akhirnya..

"Ohh..," desahku bersamaan dengan keluarnya spermaku.
"Ehh.. Eh..," hanya itu suara Ana yang terdengar ketika burungku kucabut dari memeknya.

Burungku terasa licin dan agak lengket. Aku masuk ke kolam untuk membersihkan burungku. Kulihat Ana duduk di tepi kolam dengan telanjang, hanya saja pahanya dikatupkan. Dari sela sela pahanya kulihat bulu halus yang basah oleh spermaku bercampur cairan lubrikasi dari memek Ana. Ia tersenyum kepadaku. Kubalas senyumannya sambil memandangi tubuh bugilnya. Tubuh kecil dengan dada yang kecil pula, tapi kurasa tubuhnya sangat proporsional.

"Thanks ya," ucapnya membuka kebekuan suasana.
"Sama-sama Na. Aku juga kamu beri pengalaman yang tidak bakalan aku lupakan."

Kami lalu berpakaian. Ana tidak memakai CD dan BH-nya karena basah. Ia memasukkan keduanya ke dalam saku celana pendeknya. Kami menuju ke rumahnya. Badanku rasanya segar sekali. Sepanjang perjalanan Ana menggenggam tanganku erat-erat. Ia kelihatan bahagia.

"Bajumu kenapa Na?" tanya ibunya yang melihat baju Ana basah.
"Terpeleset di kolam Bu," jawabnya sambil berlalu menuju kamarnya untuk berganti baju.

Aku mengkuti Ana dari belakang, lalu setelah sampai di depan pintu kamarnya aku berhenti. Ana masuk dan melucuti pakaiannya tanpa menutup pintu dulu. Aku berusaha mengalihkan pandanganku. Maksudku supaya aku tidak terangsang lagi olehnya, tapi aku tak kuasa melawan gejolak nafsuku. Aku kembali melihat tubuh bugil Ana.

Ana naik ke atas kasurnya dan merangkak berusaha menjangkau jendela. Rupanya dia bermaksud menutup jendela kamarnya yang menghadap ke tempat cucian. Melihat pemandangan seperti itu burungku berdiri kembali. Kulihat pantatnya yang bulat dan dadanya yang menggantung. Aku mendekatinya dari belakang dan tangan kananku langsung menuju ke selangkangannya.

"Hei.. Kamu nakal ya.." katanya kaget mendapat perlakuan begitu dariku.
"Habis kamu sexy sih.." jawabku. Tangannya berpegangan ke tepi jendela yang tidak jadi ditutupnya.
"Na, diam di situ ya. Aku pingin lagi nih," Ana hanya tersenyum. Aku melepas celana jeans dan CD-ku lalu kubiarkan tergeletak di lantai.
"Iihh.. Kok cepet banget burungmu tegang?" Ana menggodaku.

Aku ingin sekali mencoba doggy style. Aku langsung memasukkan burungku ke memek Ana yang tampak indah bila dilihat dari belakang.

"Oohh.. Pelan.. Pelan.. Sakit," pintanya memelas.

Aku nggak tahu kenapa kok dia bisa bilang sakit, padahal sewaktu permainan di kolam tadi dia tidak mengeluh sakit. Atau memang ada perbedaan 'rasa' pada gaya konvensional dengan gaya (maaf) anjing? Ada pembaca yang bisa memberi penjelasan?

"OK Na, aku masukkan pelan-pelan ya.."
"Ya.. Cepet.. Aku nggak mau ketahuan ibuku."

Bless.. Burungku sudah masuk tiga perempatnya. Nggak bisa masuk semua karena terhalang pantatnya yang bulat. Langsung saja kukocok. Seperti waktu di kolam, Ana mulai mendesah, hanya saja kali ini agak lebih keras. Kulihat matanya terpejam. Mataku yang semula melihat ke luar jendela akhirnya kututup juga agar bisa menghayati setiap sensasi yang kurasakan.

Sekitar tiga menit berlalu aku membuka mataku untuk mengalihkan pikiran agar ejakulasiku bisa tertunda. Tetapi pemandangan yang kulihat seakan menghentikan denyutan jantungku. Aku melihat ibu Ana berdiri di luar jendela! Beliau diam saja sambil tetap memandang kami. Pikiranku nggak karuan hingga aku harus menghentikan tusukanku. Ana membuka matanya dan menoleh ke arahku.

"Kenapa berhenti?" tanyanya tanpa tahu ibunya berdiri di hadapannya.

Aku tidak menjawab, hanya pandanganku tetap kuarahkan ke ibunya. Ana kelihatannya penasaran dengan apa yang kulihat. Melihat ke depan dan..

"Ibu.." kata itu keluar spontan dari mulut mungil Ana.

Burungku masih menancap di memek Ana dan Ana masih tetap pada posisi doggy style sambil berpegangan di tepi jendela. Aku tidak tahu harus berbuat apa, begitu juga Ana. Kami berdua terdiam. Ibu Ana mendatangi kami dari luar jendela.

"Kenapa berhenti Nak?" kata Ibu Ana. Aku nggak tahu apakah ini sindiran atau memang pertanyaan.
"Teruskan saja. Tadi Ibu ke sini karena mendengar suara Ana yang seperti kesakitan, eh ternyata keenakan.." sambung ibu Ana sambil tersenyum dan meninggalkan kami.

Sukar dipercaya. Semula aku mengira akan dimarahi atau bahkan diusir. Ana masih bengong. Ia masih tidak percaya ibunya tidak marah melihat perbuatannya denganku.

"Gimana Na?" tanyaku.
"Teruskan saja.. Toh Ibu nggak marah."

Pergumulan kami pun berlanjut. Aku hanya sekali saja mengeluarkan spermaku kali ini. Kami tidak takut-takut lagi. Kubiarkan Ana mengeluarkan erangannya keras-keras. Ana sangat menikmati permainan ini karena sudah tidak ada perasaan was-was di hatinya.

Pukul setengah tiga sore aku terbangun dengan hanya mengenakan t-shirt. Ana masih memelukku dengan erat dalam kondisi telanjang. Kupandangi tubuhnya, dadanya, dan wajahnya yang manis. Sungguh beruntung pacarnya yang bisa meminta kehangatannya setiap saat. Kubangunkan Ana karena aku mau berpamitan pulang, tapi kelihatannya Ana sangat kelelahan. Aku jadi tak tega membangunkannya. Aku mengenakan selimut untuk menutup tubuh telanjangnya dan kukecup kening Ana. Kukenakan pakaianku lalu aku segera menuju teras tempat motorku diparkir. Kulihat Ibu Ana menyapu halaman. Kuhampiri beliau untuk berpamitan.

"Kok buru-buru pulang Dik.." Beliau berkata seolah-olah tidak ada apa-apa di antara aku dan anaknya.
"Sudah sore Bu.."
"Sudah sore atau sudah puas..?" Goda Ibu Ana dengan senyum nakalnya.
"Bener Bu, sudah sore.."
"Kapan-kapan main lagi ke sini ya.." Kata beliau sambil memandangku lekat-lekat.
"Ya kalau Ana pulang Bu.." Aku tidak berani menatap beliau. Ada semacam perasaan berdosa.
"Kalo Ana nggak pulang kan bisa main sama tante.."

Hah..? Apa aku nggak salah dengar? Ibu Ana memang terlihat masih cantik di usianya yang mendekati empat puluh. Apa ini sebuah ajakan dari seorang wanita yang merindukan belaian hangat laki-laki? Atau hanya sebuah godaan? Aku tidak tahu pasti. Beliau memang sudah bercerai dengan ayah Ana, sekitar tiga bulananlah. Jadi cukup wajar bila beliau ingin disentuh.

"Ya kalau pulang dari Pekan Baru saya sempatkan mampir ke sini Bu," jawabku sambil tersenyum.
"Janji lho ya.."
"Ya Bu.." aku langsung menghidupkan motorku dan beranjak pulang.

Sampai sekarang aku tidak pernah main lagi ke rumah Ana, sebab Ana tidak pernah pulang lagi. Sebenarnya pengalamanku dengan Ana membuatku sangat ingin mengulangi hubungan intim tersebut. Mungkin benar yang dikatakan oleh Ana bahwa orang yang pernah berhubungan intim pasti akan ketagihan (Benar nggak pembaca?), dan sekarang aku benar-benar ketagihan.

Bila nafsu seksualku sudah sedemikian memuncak, aku biasanya onani, karena aku di Pekan Baru tidak punya pacar ataupun kenalan yang bisa diajak berbagi kehangatan. Padahal aku sudah sangat ingin melakukan hal itu. Sebenarnya aku bisa saja meminta kehangatan pada Ibunya Ana kalau aku pulang ke Medan, tapi aku tidak pernah melakukannya karena aku menaruh hormat pada beliau. Aku terpaksa berbohong bahwa aku tidak pulang ke Medan bila beliau menagih janjiku untuk bercinta.

*****

Demikian pengalamanku, dan aku sangat berharap kalau ada wanita kesepian atau tante-tante yang membutuhkan kepuasan bisa mengirim email ke aku dan aku pasti akan memberikan kepuasan yang terbaik bagi anda..


E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.