kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Yoks Beins – Kobel Memex PEMERSATUDOTFUN

Yoks Beins – Kobel Memex

Tidak ada voting
Yoks, Beins, Kobel, Memex
Yoks Beins – Kobel Memex
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Yoks, Beins, Kobel, Memex yang ada pada kategori SKANDAL published pada 2 Agustus 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Yoks Beins – Kobel Memex secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Sony & Dian: Sebuah Cerita Indah - 3


Dari Bagian 3


Selamat bertemu kembali dalam kisah "Sony & Dian", atas permintaan para pembaca (thanks to Ray Demon & Wak Karto) lewat email yang meminta kami untuk lebih mengeksploitasi perasaan kami masing-masing secara emosional (walaupun sebenarnya hal tersebut sudah kami rencanakan/pilah untuk dipublikasikan pada kesempatan lain), maka cerita-cerita kami yang sekarang dan selanjutnya akan lebih mengutamakan pada masalah tersebut dan sebelum cerita ini dimulai kami akan menyisipkan paragraf yang menceritakan biografi sederhana dan kondisi perasaan kami yang sebenarnya (Untuk Wak Karto sekali lagi saya klarifikasikan bahwa cerita yang kami kirim ke situs pemersatu.fun adalah cerita yang benar-benar nyata).

*****

Aku Sony, laki-laki sederhana berdarah sunda yang lahir 25 tahun silam, salah seorang Senior Programmer di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa Konsultan IT di Bandung, senang terhadap hal-hal baru, suka tantangan, memiliki kesabaran tinggi, humoris namun untuk urusan pekerjaan biasanya serius, memiliki karakteristik ketertarikan terhadap lawan jenis cenderung oedipus complex (suka terhadap wanita yang umurnya lebih tua daripada umurnya sendiri/wanita yang sudah atau pernah menikah, karena pengalaman seks wanita-wanita tersebut biasanya lebih matang) dan untuk urusan rumah tangga saya lebih memilih wanita berdarah jawa (menurut pengalaman, wanita berdarah jawa dikenal bisa berhemat dan hidup apa adanya).

Saya memiliki anggapan bahwa sebuah rumah tangga/kebersamaan akan tetap langgeng apabila ditunjang dari keharmonisan hubungan seks bukan dari urusan materi belaka. Saat ini status saya adalah laki-laki yang sudah beristeri (tetapi pada saat cerita ini terjadi status saya belum menikah, saya akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat), mengenai perasaan saya terhadap Dian awalnya ketertarikan sebatas sisi visualisasi saja, karena Dian memiliki aura kecantikan yang tidak biasa, dan saya yakin bukan hanya saya yang memiliki anggapan seperti itu, pada saat pertama kami 'resmi' berstatus sebagai sepasang kekasih pun saya masih belum memiliki rasa cinta dan keseriusan terhadap Dian, hingga suatu saat saya menyadari bahwa perasaan saya terhadapnya bukan perasaan biasa, ternyata 'saya mencintainya'.

Jujur saja urusan pacaran dan selingkuh bukan sekali ini saja saya melakukannya, dan biasanya terhadap wanita lain yang saya pacari secara sah maupun tidak sah (selingkuh) saya tidak pernah memiliki rasa cinta, hanya sebatas suka dan sayang yang biasa saja, tetapi untuk Dian berbeda, ternyata dia sanggup membuat saya mencintainya, kepribadiannya dan tentu saja kecantikannya lebih dari cukup untuk membuat saya jatuh cinta kepadanya, namun kami menyadari posisi masing-masing yang sudah memiliki pasangan hidup, untuk masalah tersebut secara logis biasanya kami menyerahkan kepada Yang Maha Kuasa, tetapi terkadang secara emosi kami pernah berpikiran untuk tetap nekad dengan cara bercerai/menceraikan pasangan kami masing-masing.

Setelah sekian lama saya mengenal Dian, sedikit mengetahui sifat baik dan buruknya, permainan seks-nya, saya masih tetap memiliki rasa cinta yang sama buat Dian bahkan lebih, karena biasanya jika alasan kami berhubungan adalah hanya sebagai penghibur rasa sepi atau hanya untuk nafsu seks belaka, rasa cinta kami masing-masing tidak akan bertahan lama. Saya menemukan sesuatu yang saya cari ada pada Dian, di mana hal yang saya cari tersebut tidak saya temukan pada isteri saya, romantisme, pengertian, kedewasaan dan gairah seks yang menggebu.






Dian, adalah wanita berdarah jawa yang lahir 29 tahun silam, karyawan salah satu perusahaan swasta di Bandung, pendengar yang baik, berkepribadian menarik, ramah, mudah beradaptasi, karakteristik ketertarikan terhadap lawan jenis cenderung lebih menyukai pria metrosexual dan pria yang berpikiran dewasa, saat ini status Dian adalah wanita yang sudah bersuami, mengenai perasaan Dian terhadap Sony pada awalnya adalah sama dengan perasaan Sony terhadap Dian, 'Just Having Fun', bahkan awalnya Dian hanya 'iseng' terhadap saya, dan akhirnya sifat buruknya yang satu ini justru menjadi bumerang buatnya, Dian merasa senang bila bersama/bertemu saya, terkadang Dian merasa kangen/rindu apabila tidak bertemu/mendengar suara saya.

Terkadang dia membandingkan perlakuan suaminya dan perlakuan saya terhadap dirinya, suaminya yang selalu memanjakan dia dengan materi dan saya yang selalu memanjakan dia dengan perhatian, kasih sayang dan cinta walaupun kami berdua tahu bahwa suaminya juga sangat menyayangi dan mencintai Dian, namun apalah artinya jika Dian sudah tidak memiliki rasa cinta buat suaminya, yang tersisa mungkin rasa kasihan saja (Dian pernah mengatakan hal tersebut kepada saya), kami tidak ingin menjelek-jelekkan pasangan kami masing-masing, itu sudah merupakan komitmen kami berdua, yang kami bicarakan adalah hal-hal yang bersifat realita/logis tetapi tetap saja emosi kami berdua ikut berbicara.

Dian pernah mengatakan bahwa ML dengan suaminya tidak lebih dari suatu kewajiban isteri terhadap suaminya, bahkan suaminya pernah mengeluh kepadanya 'kalo ML jangan kayak gedebok pisang dong' (ML gedebok pisang (batang pohon pisang): ML tanpa hasrat, lebih banyak diam/pasif), berbeda ketika Dian melakukan ML dengan saya, lebih ke arah hasrat, cinta dan nafsu yang menggebu (ini bukan rekaan saya pribadi tetapi menurut pengakuan Dian).

Baru-baru ini Dian pernah mengatakan suatu hal kepada saya 'I Wanna Get Divorce, but later after he settle everything', Dian ingin bercerai dengan suaminya setelah suaminya siap/mampu mengatasi semuanya. Mendengar hal tersebut saya benar-benar kaget, atas dasar apa dia berpikiran seperti itu? Kalau atas dasar sudah tidak adanya lagi rasa cinta terhadap suaminya saya masih bisa terima, tetapi kalau keberadaan saya dan hubungan kami dijadikan dasar atau alasan untuk hal tersebut tentu saja saya tidak mau, bukannya saya pengecut, alasan utama saya adalah Dian belum mengenal benar siapa saya, saya tidak mau setelah dia mengambil keputusan tersebut akhirnya Dian merasa kecewa dengan saya yang mungkin tidak sesuai dengan harapannya, jika saya membandingkan antara Dian dengan isteri saya, memang benar saya sangat menginginkan Dian untuk berada di sisi saya, tetapi cara dan waktunya harus benar-benar dipertimbangkan baik-baik.

Itulah biografi sederhana dan kondisi perasaan kami yang sebenarnya yang dapat kami ceritakan kepada para pembaca sekalian, mudah-mudahan para pembaca dapat mengerti dengan keadaan yang sedang kami hadapi saat ini.

Pada cerita sebelumnya (Part #1), kami menceritakan awal perkenalan kami sampai dengan hubungan seks kami yang pertama di rumah Dian, dalam kesempatan ini kami akan mencoba untuk menceritakan tentang hubungan seks kami yang kedua di salah satu hotel di Bandung)

Setelah beberapa waktu kami tidak bertemu karena kebetulan suaminya sedang berada di Bandung, akhirnya kami bisa bertemu lagi (tentu saja saat suaminya berada di luar kota lagi untuk urusan kantornya) dan merencanakan suatu pertemuan yang berbeda dari biasanya. Kami merencanakan untuk mem-booking salah satu kamar hotel (saya masing ingat jelas nomor kamar tersebut, kamar 211).

Untuk rencana ini saya membuat alasan kepada calon isteri saya bahwa saya lembur di kantor sampai pagi (saya dan calon isteri saya sudah tinggal satu kamar di salah satu kost-an di Bandung), sedangkan untuk rencana-rencana sebelumnya saya membuat alasan bahwa saya pulang agak telat karena harus bertemu/makan malam dengan relasi kantor (sampai dengan sekarang/setelah menikah calon isteri saya tidak pernah curiga berlebihan).

Kami merencanakan untuk check-in � jam 8 atau 9 malam dan check-out pada kurang lebih pukul 7 pagi, sore harinya Dian sudah memesan kamar tersebut untuk kami berdua.

"Bunda udah booking kamar di hotel 'M' atas nama Ayah, Bunda juga udah kasih nomor handphone Ayah, ntar Ayah telepon lagi ke sana buat konfirmasi, OK?" Dian menjelaskan kepada saya lewat telepon.
"OK, yang single atau double?" tanya saya lagi.
"Yang single, nanti kalo Ayah udah konfirmasi ke sana, Ayah telepon Bunda biar nanti pulang kantor Bunda ke hotel nge-deposit dulu" ujar Dian.
"OK, sekarang juga Ayah langsung telepon ke sana" jawab saya.

Setelah selesai konfirmasi ke pihak hotel, saya langsung menghubungi Dian.

"Ayah udah konfirmasi ke sana, kita check-in jam 8 atau 9, paling nanti Ayah duluan ke sana, Bunda nyusul yah?" ujar saya lewat telepon.
"OK, nanti Bunda pulang kantor ke hotel dulu, Ayah kalo udah di sana tinggal ambil kunci kamar aja trus tunggu di coffee shop-nya yah?" pintanya.

Setelah selesai 'ngurusin' masalah kamar hotel, kami menunggu waktu sampai dengan jam pulang kantor kami masing-masing sambil tetap berkomunikasi lewat telepon. Akhirnya jam pulang kantor pun tiba, setelah selesai mandi di kantor dan menyiapkan segala sesuatunya saya pun berangkat lebih dulu kurang lebih pukul 7.30, sesampainya di hotel kurang lebih jam 8.30 saya mengambil kunci kamar dan langsung menuju coffee shop, tetapi berhubung coffee shop tersebut merupakan tempat yang terbuka (kurang aman) akhirnya saya meminta room boy untuk mengantarkan saya ke kamar.

Sambil menunggu kedatangan Dian, saya menghabiskan waktu dengan menonton TV di kamar hotel (kecewa soalnya TV-nya nggak ada remote-nya, hilang katanya), kurang lebih jam 9 Dian datang dengan dandanan sporty banget, blue jeans, sepatu kets, t-shirt hitam dan sweater/rompi sport warna abu-abu. Dengan dandanan seperti itu Dian semakin terlihat segar dan menggairahkan (sebenarnya, Dian pake baju apa aja tetap menggairahkan tuh, apalagi 'naked', he he he).

Setelah mengobrol basa-basi sambil makan malam, sesaat Dian sempat ngambek, karena sewaktu Dian datang saya tidak menyambutnya dengan ciuman mesra seperti biasanya, setelah dibujuk dan dirayu akhirnya ngambek-nya pun bisa hilang (syukur deh, soalnya ngambeknya itu jelek, kayak anak kecil), selesai makan kurang lebih jam 10 malam akhirnya 'pertarungan' pun dimulai, kami berciuman dahsyat seperti biasa sambil diiringi remasan halus pada toketnya, sesekali saya menciumi leher dan telinganya.

"Ooh, mmhh" desah Dian sambil memejamkan mata.

Kemudian saya pun menyuruh dan membantu Dian melepaskan semua pakaiannya, baru kali itu saya melihat Dian dalam keadaan 'totally naked' tanpa sehelai benang pun, indah, menggoda dan tentu saja menggairahkan. Dian merebahkan tubuhnya sambil memandang saya dengan wajah nakal-nya, saya pun sedikit terlena dengan tatapan matanya itu, mata yang bulat besar dan indah, semakin saya memandang matanya itu semakin besar pula rasa sayang dan cinta saya buatnya ('Ya Tuhan, kenapa Engkau tidak mempertemukan kami lebih cepat sebelumnya?'), lagipula siapa sangka, saya yang sesederhana ini bisa mencintai dan dicintai oleh Dian yang walapun sudah bersuami merupakan primadona di kantor tempatnya bekerja itu. Dian meminta saya untuk membuka kemeja yang saya kenakan.

"Wow" ucapnya sesaat sambil menghembuskan nafas panjang setelah saya membuka kemeja yang saya kenakan.

Secara umum bentuk tubuh saya sebenarnya tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil, namun saya lebih mengkelompokkan tubuh saya ke kelompok kecil tetapi berisi (saya fitness minimal 1 kali seminggu, maksimal setiap hari sepulang kerja), Dian selalu menganggap bahwa bentuk tubuh saya termasuk bentuk tubuh seksi, walaupun mendengar kata 'seksi' saya agak pesimis dan 'gerah' karena terus terang saja berat dan tinggi badan saya menurut saya pribadi masih belum proporsional (berat kurang lebih 58/60 kg, tinggi kurang lebih 170/175 cm).

Saya sedikit memberi kode kepadanya untuk melakukan 'Blow Job' atau menurut bahasa rahasia kami adalah BSD (Bumi 'Sepong' Damai/Bunda 'Sepong' Daku, maksa yah?), Dian pun mengerti dengan kode yang saya berikan, tanpa disuruh dua kali Dian pun merangkak mendekati selangkangan saya yang saat itu posisi saya berdiri di samping menghadap ranjang, dan Dian merangkak/menungging di atas ranjang.

"Slepp, clepp, clepp, plok, plok" (mungkin kalo ditulis suaranya kayak gitu kali yah?)

Saya sangat menikmati permainannya, jilatan lidahnya yang panjang itu diselingi dengan kocokan kecil di batang kemaluan saya, sambil sesekali saya mengusap rambut pendeknya dan memandang matanya lagi.

"Aah, oohh" erang saya saat Dian mencoba memasukkan seluruh batang kemaluan saya ke dalam mulutnya.


Ke Bagian 4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.