Cerita Dewasa:
Cumbuan Sang Pejantan Tangguh - 3
Dari Bagian 2
Pagi itu aku terbangun sekitar jam 05:45, dan aku merasa seluruh badanku sangat pegal dan linu. Setelah beberapa saat mengembalikan kesadaran, aku kembali teringat tentang malam hebat yang baru saja aku lalui. Bahkan saat malam pertama bersama suami dulu pun aku tidak merasakan kepuasan yang teramat sangat seperti ini. Bulu kudukku meremang saat mengingat tiap detik kejadian tadi malam. Lalu aku mencoba bangkit untuk duduk, tapi badanku tertahan.
Saat kuperhatikan, ternyata badanku tertahan oleh kedua lengan Hasan. Tangan kanannya menjadi bantal untuk kepalaku dan sedang menggenggam lemah salah satu toketku, sementara tangan kirinya melingkar di pinggang dengan telapak tangan terjepit di antara kedua belah pahaku. Lalu aku merasakan hembusan nafas hangat yang halus di tengkukku, lalu aku menolehkan kepala sedikit. Aku melihat wajah Hasan yang sedang tertidur tenang di sampingku, wajah itu seperti sedang tersenyum puas. Siapa pun akan berwajah seperti itu jika habis ML, batinku.
Saat aku mencoba melepaskan tangan kirinya, aku mendengar suara Hasan yang bergumam di belakangku. Kutolehkan wajahku, perlahan dia membuka kedua matanya lalu sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. Bersamaan dengan itu aku merasakan tangan kanannya semakin erat menggenggam toketku dan tangan kirinya mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku yang tidak siap dengan serangan itu agak terkejut sehingga tubuhku bergetar halus.
"Pagi Kak I'in tersayang", sapanya halus sambil mengecup leherku.
"Mmh.. Pagi san.. kamu.. mau.. ngapain..?", balasku sambil mencoba mengatasi pergerakan kedua tangan Hasan yang semakin aktif.
Lalu kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju leher di bawah telinga kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku yang memang sejak semalam mendapatkan rangsangan berkali-kali.
"Saan.. Kakak boleh nanya nggak?", ucapku sambil menikmati jilatannya.
"Masalah apa Kak?", balasnya sambil terus menjilat dan meremas.
"Kenapa kamu.. Mau sama Kak I'in yang sudah tua ini?".
Sejenak Hasan terdiam, lalu ia membalikkan tubuhku sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya, kemudian dia mengecup bibirku lembut. Lalu Hasan bercerita kalau dia sangat suka melihat keindahan tubuhku yang tetap terjaga walaupun telah memiliki 2 orang anak. Selama ini dia masih bisa menahan hasratnya, tapi saat melihat aku yang mengenakan pakaian renang, Hasan tidak dapat lagi mengendalikan birahinya. Saat aku menanyakan bagian mana dari tubuhku yang membuatnya sangat terangsang. Hasan mengatakan bahwa pinggangku yang ramping terlihat sangat seksi dari belakang. Terutama kalau mengenakan celana kain yang ketat, tambahnya.
Aku cuma terdiam mendengar penuturannya, tak kusangka kalau selama ini Hasan sangat memperhatikan diriku. Lalu dengan tenang Hasan mulai meremas dadaku lagi, aku cuma diam menerima apa yang bakal dia lakukan. Kedua jari-jari tangannya aktif meremas kedua toketku, apa lagi saat jari-jari itu mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting susuku. Rasa nikmat yang luar biasa dari dada itu menyebar ke seluruh badanku, sehingga membuat tubuhku bergetar dan mengerang halus. Tiba-tiba semua kenikmatan itu terhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka mata sebentar, ternyata Hasan sedang asyik menjilati putingku dan sesekali menghisap-hisapnya.
Aku terus meresapi setiap kenikmatan yang dihasilkan oleh permainan lidah Hasan di dadaku, pelan-pelan kubuka mataku. Dan aku bisa menyaksikan bagaimana Hasan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Aku mendesah panjang saat aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh memekku. Rupanya jari-jari Hasan telah mengelus-elus memekku yang sudah basah sekali. Sambil terus memainkan lidahnya di puting susuku yang sudah sangat mengeras, seperti semalam sambil menghisap lidahnya memutar-mutar puting susuku, sesekali dia menggigitnya sehingga aku menjadi berkelojotan tak tertahankan. Saat aku terengah-engah mengambil nafas, Hasan memindahkan serangannya ke arah selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam sewaktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh memekku, aku mendesah tertahan saat lidahnya naik ke itilku dan menyentuhnya. Kemudian dengan lihainya Hasan memelintir itilku dengan bibir hingga benar-benar membuatku merem-melek keenakan. Aku seperti tersetrum karena tidak tahan, melihat itu Hasan semakin ganas memelintir itilku.
"Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw.."
Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa memutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang yang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku yang bermula dari selangkangan merambat ke pinggul lalu bergerak ke dada dan akhirnya membuat badanku kejang-kejang tanpa bisa kukendalikan.
Hasan memandangi wajahku yang sedang menikmati puncak kenikmatan yang telah dia berikan, sesungging senyum terlintas di sana. Aku mencoba mengatur nafasku, dan sewaktu aku telah mulai tenang Hasan menyodorkan kontolnya yang.. wow, ternyata 2 kali lebih besar daripada milik suamiku.
Kini kontolnya yang telah hampir maksimal berdiri di depan mukaku, tangan kanannya digunakan untuk memegang batang kontol itu sementara tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Aku tahu dia mau dioral. Sudah 2 tahun aku tidak melakukannya sehingga ada rasa jijik sedikit. Tapi rasanya tidak adil, dia sudah memuaskan aku, masa aku tolak keinginannya.
Aku buka mulutku dan kujilat sedikit kepala kontolnya, terasa hangat dan membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi terus dan terus. Hasan duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkannya telentang. Aku juga duduk di ranjang, lalu aku membungkuk sedikit, aku pegang batang kontolnya yang 2 kali lebih besar daripada milik suamiku itu dengan tangan kiri dan tangan kananku menahan badanku agar tidak jatuh saat mulutku sedang bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai kulum kepala kontolnya. Aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku tapi sayang tidak bisa masuk semuanya. Kepala kontolnya sudah menyodok ujung mulutku tapi masih ada sisa beberapa centi lagi. Aku tidak mau memaksakannya, aku gerakkan naik turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang kontolnya memakai tangan kiriku.
Hasan sepertinya puas dengan permainanku, dia memperhatikan bagaimana asyiknya aku mengkaraoke batang kontolnya, sesekali dia membuka mulut sambil sedikit mendesah. Sekitar 10 menit kemudian, masih juga belum ada tanda-tanda kalau dia akan keluar. Lalu dia melepaskan batang kontolnya dari mulutku yang masih penasaran. Lalu Hasan berdiri dan mendorong tubuhku ke ranjang sampai aku telentang.
Lalu dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya lagi memekku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya kontolnya yang sudah berukuran maksimal, kemudian Hasan mengarahkan batang kontolnya ke memekku, tapi tidak langsung dia masukkan. Dia gosok-gosokkan kepala kontolnya terlebih dulu ke bibir memekku, baru beberapa detik kemudian dia dorong batang kontolnya ke dalam.
Terasa sesuatu yang keras padat hangat dan besar memaksa masuk ke dalam memekku, menggesek dindingnya yang sudah berlendir. Aku mulai berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana kontolnya menggosok-gosok dinding memekku hingga rasa nikmat yang luar biasa kembali menjalari tubuhku. Tiba-tiba kontol Hasan memaksa masuk terus melesak ke dalam memekku hingga membuat tubuhku berkelojotan tak karuan menahan nikmat.
Lalu Hasan mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Kontolnya menggesek-gesek memekku, mula-mula lambat lalu semakin lama semakin cepat. Ada rasa nikmat luar biasa setiap kali Hasan menusukkan kontolnya dan menarik kontol itu lagi. Hasan semakin cepat dan semakin keras mengocok memekku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus mengalir dari dalam memekku.
Saat rasa nikmat itu semakin menggumpal dan hampir tumpah keluar, tiba-tiba Hasan mencabut kontolnya dari memekku. Dia tengkurap diatasku, walau sudah lemas tapi aku tahu apa yang ingin Hasan lakukan. Lalu aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit sementara tanganku menahan badanku agar tidak ambruk dan aku bersiap untuk ditusuk olehnya dari belakang.
Hasan memasukkan kontolnya ke memekku dari belakang, terus dia kocok lagi memekku. Dari belakang kocokan Hasan tidak terlalu keras, tapi semakin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku agar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Hasan meremas-remas dadaku dari belakang, terus jari-jarinya menggosok-gosok puting susuku hingga ini membuatku merasa seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang.
Hasan kembali mengeluarkan kontolnya dari memekku, kali ini dimasukkannya ke dalam anusku. Dia benar-benar memaksakan kontolnya masuk, padahal inilah pertama kalinya ada batang kontol yang menjelajahi lubang anusku. Hasan sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok memekku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku sedangkan tangan kanannya sibuk bermain-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya di memekku dan jempolnya menggosok itilku.
Aku benar-benar melayang, tubuhku bergerak-gerak tak karuan dan mataku berkejap-kejap keenakan. Anusku dikocok-kocok, itilku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir dan memekku dikocok-kocok juga pakai jari tengah. Aku benar-benar tidak kuat lagi, serasa seperti ada aliran setrum yang menyerang tubuhku dan menyebar ke segala arah. Bersamaan dengan itu aku merasa kepala kontol Hasan membesar di dalam lubang anusku. Secara bersamaan aku menjerit halus dan ambruk ke atas kasur, batang kontolnya sudah tidak bergerak-gerak lagi tapi kedua tangannya tetap aktif bergerak membantuku meresapi setiap detik kenikmatan di setiap sendi tubuhku. Hasan lalu membalikkan tubuhku kemudian menjilati kedua puting susuku.
Sambil menikmati sisa-sisa gelombang orgasme yang masih terus menjalar, aku pegang rambut Hasan yang lumayan panjang dan kujambak. Setelah itu aku melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kostnya. Guyuran air yang dingin mengembalikan kesegaran tubuhku yang terasa linu di sana-sini. Saat sedang asyik menikmati semua itu, ada ketokan halus dari arah pintu. Kubuka pintu kamar mandi dan Hasan tampak terkesima menyaksikan tubuhku yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Dia masuk dan langsung merangkul tubuhku.
"Mandi dulu dong", pintaku berbisik di telinganya.
Ternyata dia mau menurut dan langsung mengguyur badannya dengan air, kemudian Hasan menyabuni tubuhnya dengan sabun cair. Melihat tubuh kekar yang berotot itu basah oleh air, gairahku mulai naik kembali.
Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan suamiku, mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Hasan, kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah itu kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke perutnya yang berotot dan akhirnya ke arah batang kontolnya yang sudah berdiri tegak kembali.
Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu membuatku bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke kontolnya lalu kuusap-usap lembut batang kontol yang perkasa itu. Kulihat Hasan mulai gelisah, sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan tapi tetap lembut. Kulihat gerakan tubuh Hasan semakin tidak beraturan, mau keluar rupanya dia, batinku.
Tiba-tiba Hasan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang kontolnya. Lalu Hasan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok kedua tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada daerahku yang vital. Lalu Hasan berdiri di belakangku. Kemudian dia merangkulku dan mulai menyabuni kedua toketku dengan telapak tangannya yang besar dan lebar. Aku berusaha bertahan agar tidak mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia mulai memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari bibirku.
Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah melewati perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku. Aku kembali merintih saat Hasan mengusap liang memekku dengan lembut, busa sabun hampir menutupi permukaan lubang memekku. Saat gerakanku semakin liar, Hasan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh kami berdua dengan air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan, tinggi badanku hanya sampai kening Hasan.
Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar menari-nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami pun tidak tingal diam, dia menyentuh toketku dan aku pun menyentuh batang kejantanannya yang berdiri tegak perkasa. Terjadilah perang gerakan tangan antara kami berdua, Hasan asyik meremas dan memelintir sepasang puting susuku sambil sesekali menghisap dan menggigitnya. Sementara aku mencoba mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang kontol Hasan yang sudah sangat keras. Desahan nafas dan rintihan kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut kamar mandi itu.
Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang kontolnya untuk memasuki lubang memekku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang kejantanan Hasan dapat lebih mudah memasuki liang memekku. Secara perlahan batang kontol itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan menyedotnya. Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi tubuhku, lalu kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Hasan menggendongku dan menyandarkan tubuhku ke dinding kamar mandi. Kemudian Hasan mulai menggoyang pinggulnya yang membuat batang kejantanannya keluar masuk di lubang memekku. Rasa nikmat luar biasa menderaku saat batang kontol Hasan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar sepuluh menit kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya sebuah erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.
Hasan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali membuatku merasakan detik-detik menjelang orgasme. Saat Hasan menjerit dan menumpahkan spermanya ke dalam lubang memekku, saat itulah aku merasa tubuhku seakan disetrum dan kembali ledakan orgasme menderaku. Padahal baru lima menit yang lalu aku mencapai klimaks. Setelah cukup tenang, aku menarik wajah Hasan lalu menciumnya lembut.
"Saan.. Kakak boleh nanya nggak?", ucapku membuka pembicaraan.
"Apa itu Kakak sayang..?", bisiknya lembut di telingaku.
"Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Tita.. Atau dengan cewek lain?", tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir kedua puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..
"Kak I'in adalah orang pertama yang menikmati batang kejantananku".
Astaga, ternyata pada saat Hasan bercinta denganku dia masih perjaka, tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Hasan bisa melihatnya dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan cerita mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk mencari trik-trik baru. Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu yang telah didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia mengatakan bahwa itu pun belum semua ilmunya dikeluarkan.
Tak salah lagi, Hasan memang seorang pejantan tangguh. Dan beruntung sekali Tita adikku yang kelak akan menjadi istrinya. Tapi sebelum itu dia akan kuberi pelajaran praktik dalam bercinta, dan sebagai imbalannya dia harus memberikanku kepuasan yang sudah tidak bisa lagi diberikan oleh suamiku tercinta.
E N D