Cerita Dewasa:
Ananda - 2
Dari bagian 1
Setelah membayar dan membuka pintu pagar, Ananda berjalan terlebih dahulu menemui papanya di ruangan tamu yang sduah menunggunya.
"Papa, Mama, kok belum tidur?" tanya Ananda manja.
"Sebentar lagi juga tidur kok" jelas papanya.
"Mana Adietya?" tanya papanya.
"Ada, masih di luar" jawab Ananda.
"Suruh dia masuk" sahut papanya.
"Diet, di panggil Papa tuh" kata Ananda.
Tak lama aku melangkah menuju ruangan tamu untuk menemui kedua orangtuanya.
"Nak Adiet, Om dan Tante mau istirahat dulu yah" kata papanya.
"Kalau masih ada yang dibicarakan dengan Ananda silahkan di lanjut aja" jelasnya lagi.
"Terima kasih, Om, Tante" jawabku sopan.
Kemudian mereka berdua meninggalkan kita yang masih berdiri di ruangan tamu.
"Diet, kita ngobrol di luar aja yah" ajak Ananda kemudian.
"Kita duduk di taman aja yah, sambil menikmati bulan purnama" jawabku pelan.
Kebetulan malam itu bulan sedang muncul penuh dengan sinarnya yang menerangi seluruh taman di depan rumah Ananda. Dengan mesra aku mengandeng tangan Ananda menuju balai-balai kecil yang ada di pojok rumah Ananda. Kemudian aku dan Ananda berdiri di sebelah balai-balai, sambil aku memeluknya mesra.
Aku menatap lembut mata Ananda, dan tak lama kemudian kedua mata Ananda tertutup perlahan. Dengan lembut aku mengecup bibirnya yang ranum, dan sebelah tanganku meremas toketnya yang kiri. Ananda masih mengenakan gaun hitam yang tadi di pakai acara makan malam. Belahan gaun di dadanya yang rendah, memudahkan tangan kiriku menelusup lembut membelai toketnya yang kiri.
"Ohh.. Diet" desahnya pelan.
Kemudian bibirku turun menjelajahi leher jenjangnya yang mulus dan mengecupnya lembut. Di saat aku mencumbunya, tanganku yang kanan meremas buah pantatnya pelan. Dan hal ini membuat Ananda mendesah untuk kesekian kalinya.
"Ohh.. Diet.. Terusin" desahnya lirih.
Tangan Ananda juga tak tinggal diam, ketika menerima rangsangan dariku. Di elusnya bagian depan celanaku yang sudah mulai menonjol. Dan aku membantunya dengan mebuka resliting celana jeansku. Setelah reslitingku terbuka, kembali tanganku menelsuri belakang punggunya di bawah gaun hitamnya.
Tak lama berselang, tanganku sudah ke atas dan perlahan jemariku membuka gaunnya yang panjang. Dengan pelan jari tanganku menurunkan gaunnya dari pundaknya yang mulus. Perlahan-lahan aku menurunkannya, sambil bibirku tak lepas dari bibirnya dan memainkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. Lidahku membelit dan menghisap Lidah Ananda dengan lembut yang di balasnya dengan lembut pula.
Kemudian tanganku beralih kebelakang punggungya dan menemukan kaitan Bra nya yang berukuran 36B dan jemariku perlahan melepas kaitannya. Dengan lembut aku menarik Bra 36 B warna hitam milik Ananda, yang berenda di bagian pinggir dan tengahnya.
Seketika nampaklah di hadapanku sepasang toket ranum milik Ananda yang begitu menggairahkan. Pemandangan saat itu begitu erotis, karena cahaya bulan menyinari sepasang toket Ananda. Perlahan aku menundukkan kepalaku untuk memudahkan lidahku mengecup puting toket Ananda yang sebelah kiri. Dengan lembut aku menghisap ujungnya, yang sebelumnya lidahku bermain sesaat di pangkalnya.
"Sshh.. Diet.. Oh" desahnya mulai terangsang.
Kembali aku membenamkan lidahku diiringi dengan hisapan yang kuat, namun lembut ke puting toketnya. Ananda sepertinya sudah sangat terangsang oleh hisapan lidahku. Itu terlihat dari gerakan tangannya yang sudah masuk menemukan penisku di balik celana dalam yang masih aku kenakan. Tangannya yang halus agak liar saat memilin dan meremas penisku dan ini membuatku mendesah menerima perlakuannya.
"Ohh.. Sshh.. Sayang" desahku lirih.
Jemari tangan Ananda yang lentik beralih sesaat setelah bermain dengan penisku untuk membuka bajuku yang sudah mulai kusut oleh kemesraan yang berlangsung. Ketika Ananda sibuk membuka bajuku, aku juga mengambil inisiatif buat memanjakan bagian bawah Ananda setelah bagian atasnya cukup terangsang.
Dengan perlahan aku meminta Ananda duduk di balai-balai. Kemudian tanganku meloloskan gaun hitamnya yang masih menggantung di pinggangnya. Sambil menurunkan gaun hitamnya, tanganku juga mengelus pahanya yang mulus.
Dan tak lama Ananda hanya tinggal Celana dalamnya yang berwarna hitam dan modelnya sangat sexy sekali, ditengah nya ada renda yang berbentuk hati dan dari balik renda menerawang bulu-bulu memeknya yang tebal dan hitam panjang, seperti rambut di kepalanya.
Perlahan aku menurunkan celana dalamnya yang sexy dan seketika hidungku juga menghirup aroma khas memek seorang gadis. Dengan lembut lidahku menjulur menjilati tepian memeknya yang menggairahkan kelakianku.
"Sshh.. Diet" desahnya parau menahan rangsangan.
Kemudian aku lanjutkan dengan membuka bibir bagian dalam memeknya dengan lidahku dan tanganku mengelus buah pantatnya lembut. Ujung lidahku menyentuh bagian dalam memeknya yang berwarna pink dan sudah mengeluarkan lendir birahinya.
"Oh.. Diet.. Aku sudah enggak kuat" jeritnya terangsang.
Sesaat aku menghentikan foreplayku. Ananda kemudian berdiri dan menggantikan posisiku yang sedari tadi merangsang setiap senti tubuhnya dengan jilatan dan remasan. Kemudian Ananda memintaku untuk duduk di balai-balai. Dengan lembut jemari tangan Ananda membuka celana dalamku dan menurunkannya seketika.
Dan tak lama lidah Ananda sudah menelusuri pangkal pahaku dan berakhir di tepian pahaku yang bersebelahan dengan buah zakarku. Aku membantu Ananda dengan mengangkat kedua pahaku untuk memudahkan Ananda merangsang bagian bawahku. Kembali lidah Ananda menjulur menelusuri buah zakarku dan beranjak pelan menuju batang penisku yang sudah tegak oleh tangsangan yang di berikannya.
"Oh.. Sshh" aku mendesah oleh gerakan lidahnya.
Dengan gerakan lembut, seketika mulut Ananda yang berbibir sensual telah melahap seluruh batang penisku dan ini membuat aku menjerit parau menahan kenikmatan.
"Auu, Sshh.." jeritku dengan suara parau menahan birahiku yang memuncak.
Dengan gerakan lembut, Ananda mengatupkan kedua bibirnya dan menarik keluar batang penisku yang seketika aku merasakan kenikmatan tak terhingga.
"Sshh.. Ohh" desahku panjang menahan nikmat dari isapan bibir Ananda.
Merasa cukup dengan ransangan yang Ananda berikan, kembali aku berdiri dan meminta Ananda berbaring di balai-balai yang beralaskan sebuah matras empuk. Perlahan kembali aku merangsang Ananda yang aku mulai dengan menjilati telapak kakinya dan jemari kakinya yang mengakibatkan tubuh Ananda menggelinjang pelan.
Mulutku mengulum ujung jemari kakinya, sementara tanganku mengelus pahanya yang mulus dan sesekali ujung ibu jariku menggelitik clitorisnya dan telunjukku mengelus belahan anusnya secara bersamaan.
"Ohh Sshh.. Diet" jeritnya semakin parau menahan rangsangan yang aku berikan.
Lendir di memeknya mulai meleleh melewati anusnya, ketika aku mengusap belahannya.
"Diet aku sudah nggak kuat nih" jeritnya lagi.
Aku merasa sudah saatnya memberikan kenikmatan yang sebenarnya buat Ananda. Dengan perlahan aku merangkak di atas tubuh bugil Ananda yang menggairahkan. Kembali aku mengusap permukaan memek Ananda dan berhenti sesaat di clitorisnya yang sudah menyembul keluar. Dengan lembut aku membimbing penisku menuju belahan memeknya. Perlahan ujungnya mulai menyentuh bibir luar memeknya dan dengan gerakan lembut aku menekan sedikit ujung penisku.
"Slebb.. Slebb.." terbenamlah sedikit ujung penisku membelah memeknya.
"Hek.. Shh.. Diet terusin" erangnya lirih.
Aku berhenti sesaat untuk memberi kesempatan Ananda menikmati penetrasiku. Dengan lembut dan mantap kembali aku menekan penisku ke belahan memek Ananda yang telah licin oleh lendir birahinya.
"Slebb.. Slebb" terbenamlah seluruh penisku ke dalam rongga memeknya.
"Hek.. Ohh Diet enak sayang" jeritnya menahan kenikmatan yang aku berikan.
Dan tak lama aku mulai melakukan gerakan memaju mundurkan penisku ke dalam rongga memek Ananda yang masih sempit. Sambil menggoyangkan pantatku aku juga sedikit menundukkan kepala untuk menjilati ujung toketnya yang sebelah kiri, sementara tanganku yang kiri memilin ujung toket satunya.
Sesaat aku merasakan jepitan memek Ananda begitu kuat dan memberikan kenikmatan tersendiri yang belum aku rasakan sebelumnya. Mata Ananda sesekali terpejam dan kedua bibirnya mengatup rapat, ketika aku pada saat yang lain melakukan gerakan memutar, memilin batang penisku di dalam rongga memeknya.
Di gerakan yang kesekian aku merasakan denyut dari memek Ananda, yang pijitannya begitu terasa di batang penisku. Sepertinya Ananda akan mencapai orgasmenya ketika kemudian aku merasakan denyutnya semakin cepat. Dan perkiraanku terjawab bersama jeritannya yang erotis memecah kesunyian malam itu.
"Ohh.. Diet aku sudah sampai" jeritnya panjang.
Dengan gerakan cepat aku memaju mundurkan penisku ke dalam rongga memek Ananda yang masih menyisakan denyutan kecil. Dan di saat gerakanku yang kesekian aku reflek menundukan kepalaku dan langsung mengecup bibir sensual Ananda dengan sedikit liar. Seketika menyemburlah spermaku di dalam rongga memek Ananda sembari aku mendekap erat tubuh sexy Ananda.
"Makasih yah Diet.." kata Ananda sambil mengecup bibirku kembali.
"Kamu sudah memberikan kebahagian kepadaku malam ini" ujarnya menambahkan.
"Aku juga merasakan hal yang sama kok" timpalku kemudian.
Sambil memeluk tubuhnya dengan erat dan mengecup keningnya serta kedua pelupuk matanya lembut. Malam semakin larut dan akan menjelang fajar bersama dengan berpindahnya sang rembulan ke sisi sebelah barat menandakan waktu yang telah aku lewati bersama Ananda yang memberiku kesan mendalam terhadap arti sebuah hidup.
E N D