kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Lala Smp Kacamata Toket Gede 4 PEMERSATUDOTFUN

Lala Smp Kacamata Toket Gede 4

Tidak ada voting
Lala, Smp, Kacamata, Toket, Gede
Lala Smp Kacamata Toket Gede 4
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Lala, Smp, Kacamata, Toket, Gede yang ada pada kategori TEEN published pada 28 Desember 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Lala Smp Kacamata Toket Gede 4 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Papa Tiri Panutanku


Perkenalkan, namaku Nina, umurku 24 tahun. Aku memiliki kehidupan seks yang cukup menarik. Temanku memberitahuku mengenai situs pemersatu.fun dan ketika aku pertama kali browse pemersatu.fun, aku langsung tertarik untuk ikut mencurahkan kisahku di situs ini. Semoga kisahku ini dapat menjadi salah satu bacaan yang menarik.

*****

Kisah ini dimulai ketika aku merasakan seks-ku yang pertama dengan Papa tiriku ketika aku masih berumur 16 tahun. Pada saat umurku 3 tahun, Papa kandungku telah meninggal hingga ibu menikah lagi dengan Oom Mardi ketika umurku 5 tahun. Jadi, selama 11 tahun aku telah menganggapnya sebagai Papa kandungku, toh aku juga tidak ingat lagi akan kehadiran Papa kandungku. Namun, sejak kejadian ini aku tidak hanya menganggapnya sebagai Papa, tapi sekaligus juga sebagai pemuas nafsu birahiku. Begitupun Papa Mardi yang menganggapku sebagai anak sekaligus budak seks-nya.

Untuk lebih memperjelasnya, aku memiliki tubuh yang cukup bagus dengan buah dada berukuran 34B. Kulitku putih bersih dengan rambut panjang sepunggung. Aku beberapa kali menonton dan membuka situs bokep karena rasa penasaranku terhadap aktivitas seks yang sangat digemari di kalangan anak laki-laki. Ketika menonton film-film bokep itu, ada rasa ingin mencoba karena kulihat betapa nikmatnya wajah sang wanita yang disetubuhi. Aku pun sering membayangkan bahwa yang ada di film itu adalah aku dan pria idamanku, namun ironisnya aku kehilangan keperawanan bukanlah dengan pria idamanku. Beginilah cerita awalnya..

Pada suatu Minggu pagi, Ibuku tidak ada di rumah hampir sepanjang hari karena harus menunggui kakaknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Jadi, aku tinggal di rumah sendiri. Ketika aku berjalan ke ruang makan untuk makan pagi, aku hanya melihat Papa seorang diri sedang menyantap nasi goreng.

"Pa, Mama mana? Kok gak ada?" tanyaku sambil mengucek mataku yang masih mengantuk.

Pada saat itu Papaku tidak langsung menjawab, Ia tercengang untuk beberapa saat dan menatapku dengan pandangan tajam. Ketika kusadari, ternyata pada saat itu aku mengenakan daster putih tipis pendek yang tembus pandang hingga memamerkan lekuk tubuhku. Boba susuku terpampang jelas karena aku tidak memakai bra. Kurasakan mukaku memerah dan spontan aku menutupi dadaku.






"Ehem.. Nin, Mama pergi sejak jam 4 subuh. Tante Firda mendadak koma," kata Papa segera setelah sadar dari kagetnya.
"Apa?! Tan.. Tante koma?" ujarku terbata-bata.
"Iya, Nin. Papa tahu kamu kaget. Nanti kita jenguk jam 12 ya?"

Aku terisak sedih dan air mataku mulai mengalir. Tante Firda adalah tante favoritku. Ia sangat baik terhadap Ibu dan aku. Ketika aku masih terisak, Papa segera menghampiri dan memeluk diriku.

"Tenang Nin, masih ada harapan kok," hiburnya sambil mengelus rambutku.

Aku balas mendekapnya dan mulai menangis tersedu-sedu. Papa mengelus-elus punggungku ketika aku menangis, namun nafas Papaku terdengar berat dan kurasakan kontolnya yang membesar menekan perutku. Aku segera melepaskan pelukanku namun Papa menahannya.

"Pa, lepaskan aku!" jeritku ketakutan.
"Tidak bisa, Nina sayang.. Salahmu sendiri menggoda Papa dengan baju tipismu itu," ujar Papa, kemudian tangannya mulai meremas-remas pantatku dengan gemas.
"Pa, jangan.. Nina gak mau, Pa!" isakku sambil memberontak, namun tenaga Papa jauh lebih kuat daripadaku, tak ada gunanya aku melawan juga.
"Kamu diam saja, sayang.. Enak kok.. Nanti pasti kamu ketagihan," bisik Papa sambil terengah-engah, setelah itu tangan Papa mulai menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas kembali pantatku dari dalam.

Aku berkali-kali melawan, namun tak berdaya karena perbedaan tenaga kami. Kemudian, Papa mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih lubang memekku.

"Ohh.. Pa.. Ja.. Jangan," rintihku.

Namun, kurasakan birahiku mulai naik, bahkan lebih daripada ketika aku menonton film bokep di kamarku diam-diam. Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lubang memekku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. Melihat reaksiku yang mulai pasrah dan terbawa nafsu, Papa melanjutkan aksinya. Ia membawaku ke sofa ruang tamu dan mendudukkan diriku di pangkuannya dengan posisiku memunggunginya. Tak lupa pula ia membuka celana dalamku dengan kasar. Tangannya dengan kasar membuka lebar-lebar pahaku sehingga memekku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Sebelum sempat melawan, dengan sigap tangannya kembali meraih memekku dan meremasnya.

"Nin, memek kamu seksi banget.. Nanti Papa sodok ya.." bisik Papaku di telingaku dan menjilatinya ketika tangannya mulai bermain di itilku.

Birahiku sudah tak tertahankan lagi hingga aku pun pasrah terhadap perlakuan Papaku ini. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Papa terlihat mencari-cari titik rawan di itilku dengan cara menekan-nekan itilku dari atas ke bawah. Ketika akhirnya sampai di titik tertentu, aku meracau tak karuan.

"Ahh.. Shh.. Paa.." desahku bernafsu.
"Nin, Papa suka banget sama kamu.." balas Papa sambil mencium pipiku.

Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan titik rawan itu dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku mendapat orgasmeku yang pertama.

"Paa.. Nina pengen pipiss.." desahku tak tahan menahan sesuatu yang ingin meledak di dalam diriku, tanganku meremas tangan Papa yang sedang bermain di itilku dengan bernafsu.

Di luar perkiraanku, Papa malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Papa merebahkanku di sofa dan merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir memekku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke itil dan membuat memekku membanjir. Di sela jilatan-jilatan Papa yang maut, kurasakan gigitan lembut di itilku yang kian merangsang hasrat seks-ku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh papaku untuk terus dan tak berhenti.

Melihat reaksiku, Papa semakin berani dan menggesekan jarinya di liang memekku yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. Memekku mengeluarkan cairan deras bening yang sebelumnya belum pernah kulihat. Papa tampak senang melihatku mengalami orgasme yang pertama. Setelah sensasi nikmat itu surut, kurasakan tubuhku lelah tak berdaya bagai tak bertulang. Papa membopongku ke kamarnya dan menidurkanku di kasur.

Papa memelukku dengan lembut. Kami tidak berkata apa-apa. Papa kemudian membuka dasterku, kemudian Papa tampak semakin bernafsu ketika melihat toketku yang berukuran cukup besar. Hasratku sudah menurun dan rasa malu mulai menyergapku hingga aku segera menutupi toket dan memekku dengan kedua tangan, namun Papa malah menyingkirkan tanganku dengan kasar. Lelah masih terasa karena orgasme tadi sehingga aku tidak mampu melawan.

"Pa.. Jangan, Pa. Sudah cukup.. Nina takut.." isakku mulai menitikkan air mata. Melihat reaksiku, Papa malah semakin bernafsu.
"Nina sayang. Papa entot kamu ya.. Oh, Nina. Memekmu pasti nikmat. Sini Papa entotin ya, sayang.." rayu Papa dengan nafas memburu karena nafsu.

Dengan semangat 45, Papa meremas toketku dengan sangat keras. Pertama-tama, aku berteriak kesakitan namun Papa tak mempedulikan teriakan minta ampunku, malah tampak dia semakin bernafsu untuk menyetubuhiku. Jari-jarinya dengan terampil memilin bobaku diselingi dengan cubitan keras sehingga lama kelamaan teriakanku berubah menjadi jeritan nikmat. Libidoku mulai naik lagi dan memekku mulai basah. Boba susuku yang berwarna merah muda sekarang berwarna merah tua karena cubitan-cubitan kerasnya, begitu pula dengan toket putihku yang berubah menjadi kemerahan.

"Ahh.. Ahh.. Ukhh.. Paa.." racauku tak karuan.

Merasa puas melihat reaksiku, Papa membuka semua bajunya dan betapa terkejutnya aku melihat kontol papaku yang berukuran besar. Dengan lihainya, Papa segera menggesekkan kepala kontolnya yang kemerahan ke lubang memekku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidah Papa di memekku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihanan keras kenikmatan.

"Ahh! Papaa.. Ohh.. Entotin Nina, paa.." racauku. Sudah hilang kesadaran akan harga diriku.

Melihat lampu hijau dariku, Papa segera menjalankan aksinya. Dengan perlahan ia memasukkan kepala kontolnya ke dalam liang memekku, namun terhalang oleh selaput daraku. Papa tampak kesulitan menembus selaput daraku. Akhirnya dengan satu sodokan keras, memekku berhasil ditembus untuk pertama kalinya. Rasa sakit luar biasa terasa di memekku. Papa dengan tanpa perasaan segera menyodok-nyodok kontolnya dengan kuat dan keras di memekku yang masih sempit.

Rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat bagaikan melayang di surga. Papa mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya memekku. Kontol Papa yang panjang dan besar terasa menyodok dinding rahimku hingga membuatku orgasme untuk kedua kalinya. Papa tampak masih bernafsu mengentot memekku. Kemudian Papa membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kontolnya ke dalam memekku lewat belakang. Ternyata posisi ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding memekku yang masih sensitif.

"Oh Ninaa.. Memekmu bagaikan sorga, Nin.. Nanti Papa entotin tiap hari yaa.. Ahh.."

Akhirnya setelah mengentotku selama setengah jam, Papa mendapatkan orgasmenya yang luar biasa. Spermanya terasa dengan kuat menyemprot dinding memekku. Papa menjerit-jerit nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik bobaku. Setelah orgasmenya, Papa berbaring di sebelahku dan menjilati boba susuku. Bobaku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya Papa ingin membuatku orgasme lagi.

Tangannya kembali menjelajahi memekku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam liang memekku. Papa menekang-nekan dinding memekku yang masih rapat. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan Papa tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! Terasa seperti ingin pipis, namun nikmatnya tak tertahankan. Ternyata itulah G-Spot.

Aku tidak bertahan lama dan akhirnya orgasme untuk ketiga kalinya. Badanku mengejang dan cairan orgasme kembali mengalir dengan deras bercampur darah keperawananku. Akhirnya, kami menyudahi permainan seks kami yang perdana dan mandi. Baru setelah itu, kami pergi ke rumah sakit.

Sejak kejadian itu, kami menjadi sering melakukan hubungan seks dan mencari-cari kesempatan untuk melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan aku pernah membolos sekolah karena pada saat itu Papa sedang naik libidonya. Akhirnya kami memesan hotel dan sama-sama membolos, aku dari sekolah dan Papa dari kantornya. Papa juga mengajariku berbagai posisi dan bagaimana cara mengulum kontol dengan benar (blow-job). Ilmu seks yang Papa berikan akhirnya membuatku dicintai oleh beberapa lelaki lain karena serviceku yang memuaskan.

Itulah pengalaman seks-ku yang pertama kalinya dan tak akan kulupakan seumur hidup. Terima kasih, Papa!


E N D

Oleh: [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.