Cerita Dewasa:
Sony & Dian: Sebuah Cerita Indah - 4
Dari Bagian 1
Kurang lebih 5 s/d 10 menit di-'Blow Job' oleh Dian, membuat saya bernafsu dan gairah seks saya naik ke ubun-ubun. Dian menyelesaikan 'pekerjaan' nya dan merebahkan tubuhnya setelah saya suruh, langsung saja saya tarik kedua belah kakinya untuk lebih mendekat ke tepi ranjang di mana saya sudah siap berjongkok menyambut lubang memek-nya, sesaat saya kembali memandangnya dan memberikan senyuman nakal tanda sayang sebelum saya memulai 'serangan' terhadap memek-nya (lho, senyuman nakal kok tanda sayang yah?), dan akhirnya 'serangan' ke arah lubang memek-nya pun saya mulai dengan diawali jilatan dan kecupan mesra di sekitar daerah memek-nya.
"Mmh, aah, ssh, uuhh" erangnya sambil bergeliat-geliat manja.
"Ooh, ssh, aah, oh my god, aah" desahnya ketika lidah saya mulai 'bermain' di lubang memek-nya.
Setelah cukup lama menjilati daerah lubang memek-nya, akhirnya saya mulai untuk melancarkan 'serangan andalan' saya, saya cari clitoris-nya yang merah dan tentu saja sudah basah oleh cairan dari dalam memek-nya, sesaat saya memandang memek-nya, dan akhirnya, seperti biasa tubuhnya bergetar hebat (ini yang selalu saya suka), Dian menggoyangkan pantatnya naik turun sambil memejamkan mata dan mengerang nikmat apalagi ketika saya mulai memberi gigitan-gigitan kecil dan menyedot habis clitoris memeknya, reaksi wajahnya yang terlihat menggemaskan semakin membuat saya bersemangat untuk meneruskan 'serangan' saya ('sumpah deh, reaksi wajahnya itu bikin saya bergairah banget, dengan mata dan bibir yang setengah terbuka diiringi desahan dan erangan manja, wow cantik dan menggoda').
"Ooh, Ayah, Bunda suka, sshh, aah" erangnya sambil menekan kepala saya untuk lebih masuk ke dalam jepitan pahanya.
"Aah, ssh, Ayah, aah" desahnya sambil menikmati permainan lidah saya.
Mendengar desahan, erangan dan reaksi tersebut kembali membuat nafsu dan gairah seks saya semakin sesak, saya pun menyudahi permainan lidah saya karena Dian pun terlihat sudah bernafsu sekali untuk segera penetrasi, dengan nafas yang masih ngos-ngosan dan sambil tetap memandang saya dengan 'nakal' Dian pun merebahkan tubuhnya dan membuka kedua belah pahanya untuk menerima 'tamu' yang sangat diundang, saya pun naik ke atas ranjang untuk 'bertamu' ke lubang memek Dian yang sudah siap menantang.
"Bless, slepp" dan masuklah kemaluan saya dengan disambut erangan lirih yang keluar dari bibirnya yang seksi.
"Ooh, mmhh" erangnya nikmat.
Dan lagi-lagi, di dalam memek-nya itu lho, setelah kemaluan saya masuk kira-kira setengahnya, rasanya ada celah lain yang membelokkan kemaluan saya ke arah bawah, dan rasanya itu jangan ditanya, sedap, nikmat, aduhai, dijepit dan ditekuk nikmat. Setelah beberapa detik mengagumi keanehan yang nikmat itu saya pun mulai 'mengentot' kemaluan saya di dalam lubang memek-nya.
Plok, plok, plok, "Aah, mmh, ssh, Ayah, oohh" celotehnya sambil menikmati entotan saya.
Sesekali saya menundukkan badan saya untuk berciuman dengannya, ciuman yang sangat dahsyat diiringi ledakan gairah dan nafsu seksual kami berdua, dan tidak ketinggalan pula buah dadanya yang saya remas-remas dan jilati dengan nikmat. Dian terlihat semakin menggila diiringi dengan teriakan, desahan dan erangan sekaligus reaksi tubuhnya yang menggeliat manja dan sedikit mengejang menahan nikmat saat saya mulai mempercepat entotan saya.
"Aah, oohh, terus Ayah, oh my god, ssh" teriaknya dengan tubuh mengejang.
Saya pun tidak mau ketinggalan kesempatan untuk melihat reaksi Dian yang lebih gila dan tentu saja pasti membuat saya semakin bergairah dan tergila-gila kepadanya (dari beberapa wanita yang pernah jadi pacar saya, hanya Dian yang mampu mengimbangi dan membuat saya lebih bergairah dalam hal seks), entotan-entotan yang saya lakukan semakin dipercepat dan sesekali saya menghentakkan pantat saya lebih ke depan agar kemaluan saya semakin masuk dan menusuk ke dalam dinding dasar lubang memek-nya.
"Aah, sshh" teriaknya keras ketika saya menghentakkan pantat saya.
Saya yakin kalau ada orang lain di luar kamar tersebut pasti akan mendengar teriakan Dian yang menurut saya lumayan keras, tetapi kami berdua tidak peduli, namanya juga hotel (begitu kata Dian). Setelah cukup dengan posisi seperti itu, kami pun mengubah posisi, saya turun dari ranjang dan berdiri menghadap ranjang, Dian pun membalikkan badannya dan menungging membelakangi saya (Doggy Style), dan mulailah penetrasi kedua dengan posisi baru, kalau sebelumnya pada saat penetrasi pertama kemaluan saya serasa ditekuk ke arah bawah, penetrasi yang kedua sebaliknya, pada saat kemaluan saya masuk setengahnya, rasanya seperti ditekuk ke arah atas, rasanya tak terbayangkan, ditekuk atas bawah sambil dijepit nikmat hangatnya memek Dian dan digoyang erotis oleh Dian.
"Ooh, ooh, aah" erangnya lagi.
Sambil mengentot sesekali saya memberi remasan halus pada buah dada dan bobanya, Dian pun semakin mendesah dan mengerang nikmat sambil sesekali mendongakkan kepalanya untuk menarik nafas panjang yang selalu habis (ngos-ngosan terus sih), tanpa disadari keringat kami berdua pun bercucuran, keringat yang mengucur dan ikut membasahi kaki saya membuat lantai tempat kaki saya bertumpu menjadi sedikit basah dan licin, karena itu posisi pun kembali saya ubah, Dian saya rebahkan di atas ranjang dengan posisi kaki silang menyamping (busyet deh bahasanya, pokoknya posisi gitu deh), saya melakukan penetrasi ketiga dari arah depan/atas dengan memeluk salah satu kaki Dian yang sengaja saya angkat ke atas, posisi ini biasanya dikenal dengan sebutan 'Lilin Di Atas Tatakan', dengan posisi ini lubang memek Dian terasa lebih sempit dari biasanya.
Entotan demi entotan pun kembali saya lakukan sambil menikmati permainan seks kami, dan setelah hampir kurang lebih 1 jam 'bertarung' akhirnya pertahanan saya pun jebol, sambil mempercepat entotan dan hentakan pantat akhirnya kami pun sampai di puncak kenikmatan kami masing-masing.
"Ooh, Bunda, I'm coming honey" teriak saya.
"Ssh, aah, terus Ayah, terus, faster" erangnya tak kalah heboh.
"Aah, Bunda I'm coming, here it is, it's for you honey, aah" erang saya, dan..
Croot, crot, crot, kira-kira kurang lebih 4-5 semprotan air mani saya muntahkan di dalam memek Dian, sambil berpelukan erat kami berciuman dahsyat untuk mengakhiri permainan seks kami di ronde pertama, sesaat saya kembali memandang wajah cantiknya (emang enak rasanya kalo ML disertai perasaan cinta, sayang dan nafsu seks yang menggebu, isteri saya tidak bisa memberikan seperti yang Dian berikan kepada saya, jadi bingung deh).
Setelah selesai menyudahi permainan seks kami kurang lebih jam 11 malam, kami pun membersihkan badan kami masing-masing dan beristirahat sambil ngobrol dan nonton TV yang kebetulan channel MTV tengah menayangkan video clip The Reason-nya Hoobastank ('That I Just Want You To Know, I've Found A Reason For Me.. And The Reason Is You'), sesekali kami bersenda gurau sambil berbaring dan berpelukan di atas ranjang.
"Aduh Ayah, heboh banget deh yang ML yang barusan" ujar Dian.
"Pasti dong, kenapa? Mau lagi?" tanya saya
"Ho'oh" jawabnya pendek sambil mengangguk dan tersenyum manja.
"Sabar yah, kita istirahat dulu trus langsung ronde dua, si ujang masih cape tuh" ujar saya sambil menunjuk ke arah selangkangan saya, Dian tertawa dan mencubit kemaluan saya dengan gemas.
Setelah cukup beristirahat, akhirnya kurang lebih jam 12.30 kami memulai 'pertarungan' kembali untuk ronde kedua dimulai dengan 'Blow Job' dan 'Oral' yang kami saling lakukan untuk sekedar pemanasan rutin, dalam ronde kedua ini Dian meminta untuk lebih 'berkuasa' dengan mengambil posisi di atas.
"It's my turn (sekarang giliranku)" pintanya manja.
Saya pun berbaring di atas ranjang dengan bersandar pada bantal dan Dian langsung mengambil posisi menunggangi saya, dengan perlahan (tapi pasti) Dian pun mengarahkan kemaluan saya yang sudah mengacung tegak untuk masuk ke dalam lubang memek-nya yang sudah basah.
"Ssh, aah" erangnya saat kemaluan saya mulai masuk perlahan ke dalam lubang memek-nya sambil memejamkan matanya menikmati penetrasi awal kami di ronde kedua.
Dalam permulaan ronde kedua ini permainan kami terkesan sedikit liar, goyangan dan hentakkan tubuh Dian di atas perut saya dari mulai goyangan erotis sampai dengan goyangan liar Dian terlihat sangat menikmatinya, dengan posisi di atas tersebut sambil kedua tangannya berpegangan pada pundak saya (lebih tepatnya mencengkeram pundak saya) Dian terus menggoyangkan pantatnya dan tidak henti-hentinya mengerang dan mendesah nikmat.
"Mmh, aah, ssh, oh my god, uuhh" erangnya menggila sambil mendongakkan kepala dan memejamkan matanya dengan suara tertahan dan nafas tersengal-sengal.
Setelah kurang lebih 10-15 menit dalam posisi tersebut, akhirnya Dian pun mencapai klimaks-nya yang entah sudah ke berapa kalinya dalam malam itu, terus terang baru sekali itu saya melihat reaksi Dian yang menggila dan heboh, dengan tubuh bergetar dan bibirnya yang mengeluarkan erangan erotis Dian pun terus mempercepat goyangannya diiringi teriakan-teriakan keras dan cengkeraman kuku jemarinya di pundak saya.
"Ooh, sshh, ssh, Ayah, ooh, aahh" teriaknya keras sesaat sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya lunglai ke dalam pelukan saya.
"I never feel like this, I never feel like this, ooh my god" ujarnya berulang kali dengan nafas tersengal-sengal sambil menciumi bibir saya untuk menegaskan bahwa baru sekali itu Dian merasakan kenikmatan yang sangat dalam.
"Lho, katanya sekarang giliran Bunda mau berkuasa di atas, tapi kok kebalik, malah dikuasain tuh, ha ha ha" tanya saya iseng.
"Hi hi hi, tau tuh, abis gak tahan sih, enak banget" jawabnya manja.
Saya pun membiarkan Dian untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, soalnya kasihan juga kalo langsung saya 'serang balik', setelah cukup mengatur nafas Dian pun memberi tanda kepada saya untuk siap menerima 'serangan balik' dari saya, posisi pun kami ubah ke posisi normal, Dian merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan saya melakukan penetrasi dari arah depan/atas dengan posisi kaki sedikit berjongkok.
"Ssh, mmhh, uuhh" erangnya.
Erangan dan desahan erotis kembali merdu menghiasi suasana malam itu di kamar 211, entah mungkin para penghuni kamar lain sudah bosan mendengar erangan dan teriakan Dian yang terkadang terdengar cukup keras, yang jelas kami tidak peduli. Dalam ronde kedua tersebut saya melakukan suatu hal yang pada akhirnya saya ketahui bahwa Dian menyukai apa yang saya lakukan tersebut, pada saat mengentot dengan posisi yang sudah saya jelaskan di atas saya merasa tenggorokan saya kering kehausan, sambil mengentot saya mengambil sebotol minuman ringan yang letaknya tidak jauh dari sisi ranjang dan dengan tidak mengurangi intensitas entotan tersebut saya menenggak minuman tersebut, Dian yang melihat hal tersebut tersenyum dan pada akhirnya dia berkomentar..
"Asyik lho ngeliatnya, jadi keliatan nakal ama bandelnya" komentarnya sambil tertawa manja.
Ronde kedua tersebut kami lalui selama kurang lebih 1.5 jam dengan berbagai posisi dan tentu saja dengan berbagai kenikmatan yang kami peroleh dan rasakan, saya kira tidak perlu saya ceritakan lagi karena cara pengeksploitasi-an cerita seks-nya kurang lebih sama dengan paragraf-paragraf di atas.
Setelah menyelesaikan ronde kedua dan beristirahat, kurang lebih pada jam 14.30 (setengah tiga pagi) kami pun tidur demi memanjakan rasa kantuk kami yang sudah menunggu, pada pukul 5 pagi kami bangun dengan menyisakan gairah seks semalam yang pada akhirnya sisa gairah seks tersebut kami pakai lagi untuk melakukan ML di pagi hari selama kurang lebih 45 menit yang kami anggap sebagai ronde ketiga (hitung-hitung sarapan lho).
Selesai mandi dan berpakaian kami pun check-out kurang lebih jam 7 pagi dan masuk kerja seperti biasa, setelah pertemuan semalam tersebut perasaan yang ada di hati saya terhadap Dian tetap seperti biasa bahkan bisa dikatakan lebih karena Dian bisa membuktikan dirinya bahwa dia bisa membuat saya bergairah semalam suntuk yang tentu saja ini merupakan suatu nilai tambah yang saya berikan buat Dian, pada paragraf awal saya sudah menceritakan bahwa untuk suatu hubungan saya lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan seks, jadi jangan heran apabila pada paragraf-paragraf akhir ini saya terlihat menyanjung Dian dalam urusan seks. Dan pada siang harinya, Dian menghubungi saya lewat telepon dan berkata..
"Pokoknya Ayah mesti tanggung jawab nih!" ujarnya tegas.
"Wah, ada apa nih?" tanya saya heran.
"Ini lho, barusan Bunda abis pipis, trus memek Bunda kerasa nyut-nyutan ngilu gitu, trus juga dari pinggang ke bawah kerasa sakit semua" jawabnya polos. Dalam hati saya hanya bisa menjawab ('Nah lho, siapa yang salah nih?, ha ha ha').
*****
Demikianlah kisah ini kami ceritakan, untuk cerita-cerita selanjutnya mengenai 'Sony & Dian' akan tetap kami kirim ke situs pemersatu.fun dan kami tetap berharap para pembaca dapat memahami cerita ini dari sisi alur dan kompleksitas ceritanya (bukan dari sisi eksploitasi seks belaka). Cerita ini juga dikirim bukan untuk mencari peringkat/rate tertinggi, yang kami inginkan adalah suatu dokumentasi tentang cerita cinta kami yang mudah-mudahan akan selalu dapat diingat dan dikenang oleh para pembaca sekalian (terima kasih) dan mudah-mudahan juga kontribusi yang kami berikan dapat meningkatkan click-rate situs pemersatu.fun di antara situs-situs serupa.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada para pengelola situs pemersatu.fun (direksi, manajemen, editor, system analyst, web designer, administrator, dll) atas media penyimpanan data serta media penyampaian informasi yang sangat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi seluruh 'petualang cinta' pada umumnya, 'Keep Exist For pemersatu.fun, More Reliable And More Interesting'.
E N D