Cerita Dewasa:
Perjalanan Hidup Sepasang Teman 02
Sambungan dari bagian 01
Setelah itu mereka beristirahat, dan setelah beberapa lama pacarnya bergegas pergi dari rumah Rina. Saat itu pun aku bergegas bersembunyi di lantai atas rumah Rina. Terlihat dia naik ke lantai atas untuk mengambil sesuatu. Dia kaget, ternyata aku ada di atas dan bersembunyi, aku pun kaget sambil tersenyum.
"Sudah dari kapan kamu datang..?" tanya Rina.
"Udah lama.." jawabku.
Lalu dia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Dia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.
"Apa kamu liat pacarku tadi disini..?" tanya Rina.
"Aku tidak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua.." jawabku.
"Jadi kamu melihat kami..?" kata Rina sambil penasaran.
"Emang, aku penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Rin..?" jawabku.
"Tapi ini rahasia kita ya..?" sahut Rina.
"Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Rin rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!" kataku kemudian sambil bercanda.
"Kamu mo tau ya..? Enak.., aku suka, aku butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering aku ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. Aku sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama dia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang aku sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka. Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan aku pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali aku ke kamu. Kalo kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen.." ucap Rina dengan panjang lebar.
"Aku jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?" sahutku sambil bercanda.
"Besok-besok kalo pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!" dijawab Rina dengan serius.
Ternyata Rina menepati janjinya. Aku dapat melihat dia berhubungan saat di rumahnya. Lama-lama kupikir aku juga suka. Kayaknya aku juga menginginkannya.
Suatu hari aku dan Rina berkenalan dengan beberapa anak pria dari sekolah lain. Wawan, Edwin, Aris, Sandi, Ari dan Heri, dan beberapa diantaranya sudah kuliah (Aris dan Heri). Kami akhirnya akrab dan kami sering berkumpul. Suatu saat mereka mengajakku dan Rina berjalan-jalan ke pantai. Tempatnya di luar kota, jaraknya pun cukup jauh, mungkin ada tiga sampai lima jam perjalanan lamanya. Kami berencana menginap di sana dalam acara liburan akhir minggu. Aku dan Rina dapat ijin dari keluarga, karena kami memberi alasan kumpul bersama teman-teman sekolah kami.
Aku dan Rina bersepakat untuk bersaing dulu-duluan menarik perhatian mereka, siapa yang paling mereka sukai. Awalnya kami kira kami hanya berempat dengan Aris dan Heri yang pergi. Tetapi ternyata berdelapan. Aku dan Rina menganggap suasana menjadi lumayan lebih ramai. Akhirnya kami janjian bertemu di tempat kost salah satu dari mereka. Sebelumnya Rina dan aku berganti pakaian terlebih dahulu di sana, dan akhirnya aku dan Rina memulai permainan. Kemudian Rina melepas semua pakaiannya sampai yang tersisa hanya celana dalam, begitu juga aku. Tubuh kami yang indah terlihat semua dan itulah rencana dari permainan kami. Kami akhirnya mengenakan rok sedengkul dengan belahan yang lumayan, sehingga dapat memamerkan kemulusan paha kami sepenuhnya. Kemeja tanpa lengan dengan kancing di depan kami pakai, dan terkadang memperlihatkan pusar kami. Ah rasanya pakaian kami cukup seksi, karena sudah membentuk tubuh kami yang sudah indah menjadi lebih indah lagi. Ketatnya baju ini seakan-akan kami merasakan seperti dipeluk dengan dekapan erat. Kedua buah dada kami terlihat indah bentuknya, memang aku dan Rina sengaja untuk tidak memakai bra yang menyelimuti mahkota seperti biasanya.
Kemudian kami keluar dari kamar kost. Mereka yang melihat, langsung terpana karena tubuh indah kami, sehingga membuatku dan Rina merasa bangga. Akhirnya kami berangkat setelah menjelang selesainya siang. Kami berangkat dengan sebuah mobil minibus, supaya dapat beramai-ramai. Aku dan Rina duduk di tengah-tengah, diapit Aris dan Heri. Aku pun belum pernah duduk berdua dengan pria seperti ini. Di perjalanan, untuk menghilangi rasa jenuh kami bernyanyi dan bercanda. Di tengah perjalanan kurasakan mata mereka menelanjangi tubuhku dan tubuh Rina. Senang rasanya, karena mata mereka lebih banyak menuju ke tubuhku ini. Dari celah-celah kancing pun, bentuk bulat dada kami kadang-kadang terlihat dengan jelas.
Kulihat Rina melepas beberapa kancing supaya agak terbuka sedikit. Aku tentu tidak mau kalah, akhirnya kulakukan juga. Kadang aku agak menunduk, sehingga belahan dadaku dapat terlihat jelas. Rupanya kenalan Rina (Aris) dengan Rina sudah benar-benar akrab. Mungkin karena pakaian kami, mereka tidak melepas pandangan mereka dari kami. Aris tampaknya mulai melakukan penjajakan ke Rina, sehingga Rina pun tertarik padanya. Aris mulai memegang tangan Rina dan perlahan dia mencoba merangkul Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi tampaknya dia tetap mencoba terus dan tidak menyerah. Dia terus memuji tubuh Rina. Yang kutahu, Rina sangat suka dipuji akan tubuhnya, dan itu merupakan suatu kelemahan Rina. Aris memuji wajah Rina yang cantik, kulit yang putih mulus, rambut yang indah, dada dan bokong yang indah. Rina pun senang dan bangga. Maklumlah, kami masih anak-anak yang beranjak dewasa, sehingga kami cepat salah tingkah.
Aris meremas dan mengelus-elus jemari Rina. Kulihat Rina menyukainya. Dia memuji paha Rina yang putih dan mulus.
"Paha kamu mulus dan indah ya..?" sahut Aris.
"Kamu suka ya..?" jawab Rina.
"Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya.." sahut Aris.
"Seperti apa..?" sambil tangan Rina menaruh tangan Aris di pahanya.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Rina yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Rina mulai menyukai Aris.
Tanpa terasa waktu cepat berganti, Rina dan Aris mulai terlihat dekat. Aris berhasil merangkul Rina. Dan tidak itu saja, dia juga membelai rambut Rina, mencium pipi Rina, entah mengapa mereka cepat dekat seperti itu. Kulihat Aris berhasil mengelus paha Rina sampai ke pertemuan dua paha. Rok Rina terangkat tinggi sampai celana dalam Rina terlihat. Tampaknya Rina sudah terbawa melayang dengan sentuhan Aris, maklum gairah kami terlalu tinggi dan cepat datangnya. Aris menyiumi Rina mulai dari pipi, kuping, leher lalu ke bibir. Rina menikmatinya dan bibir mereka berperang. Tangan Aris mengelus paha Rina dengan nikmatnya, lalu perlahan pindah ke belahan di celana dalam Rina, pinggang, perut, lalu dada Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi gairah Rina yang sudah muncul membuatnya melayang dan susah untuk berkutik dan menolak.
Tangan Aris meraba-raba dada Rina dan meremas-remas, lalu menuju kancing Rina dan melepaskannya satu persatu secara perlahan. Kancing Rina terlepas dan terlihat indahnya sebagian tubuh Rina. Lalu Aris meremas dada Rina secara langsung, sehingga keindahan tubuh Rina dapat dinikmati setiap mata di dalam mobil.
Setelah beberapa lama hal ini terjadi, Aris dan Rina menghentikan asmara mereka. Rina menutup kembali tubuhnya yang indah itu, walaupun tampaknya mereka belum puas. Kami terus berjalan, dan akhirnya sampai di pantai yang kami tuju. Kami bersenang-senang di pantai. Akhirnya kami berkumpul di dalam mobil. Kami bercanda di dalam, entah mungkin suasana yang sepi dan lembut merubah rasa-rasa yang ada di dalam jiwa. Rina dan Aris tampaknya melanjutkan permainan mereka yang belum selesai. Aku agak risih di samping Rina, karena aku belum pernah berhubungan, apalagi yang seperti ini.
Wawan yang duduk di depan tampaknya terangsang dengan tubuh Rina. Dia pun tampak ikut meraba dan menikmati tubuh Rina. Akhirnya Rina dan Aris bercinta tanpa peduli dilihat seisi mobil. Wawan pun tidak mau kalah, dia ikut bercinta dengan Rina bergantian dengan Aris. Tampaknya Rina tidak canggung dan menikmatinya. Entah mengapa kurasakan tangan Heri meremas dadaku. Aku menolaknya, "Jangan..!" kataku tersentak, entah mengapa aku malah terangsang.
Dia dengan nafsunya menyerang tubuhku, aku agak meronta dan menolak, tetapi aku tidak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tidak mau kalah, dia segera menarik kedua tanganku ke belakang.
Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, aku hanya dapat berkata, "Tolong jangan..!"
Mereka tampaknya tidak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.
Aku menangis pelan. Tampaknya Rina tidak mendengarnya, Heri, Sandi, Edwin terus menyergapku. Sandi menciumi wajahku, Heri meremas-remas dadaku dengan nafsu. Awalnya aku merasa takut. Heri meraih kancingku dan melepaskannya, sehingga dadaku terlihat jelas. Tanpa henti dia juga meraih resleting rokku, dan perlahan melepaskannya bersama celana dalamku. Dia tidak menikmati dadaku lagi, tetapi yang ada di balik bulu halusku. Entah mengapa aku menikmati sentuhan jemarinya, ah mengapa jadi aku terangsang. Akhirnya jarinya keluar masuk di lubangku (hilang keperawananku) dan sesaat aku mendesah. Dadaku memang tidak disentuh Heri lagi. Sandi yang menjambak rambutku mengecup bibirku dengan nafsu, lalu tangannya menikmati dada kananku. Edwin yang memegang tanganku ikut menikmati dada kiriku.
Waktu terus berjalan, entah mengapa aku menjadi terbawa. Walaupun aku meronta, aku sebenarnya menikmatinya. Tubuhku yang indah ini akhirnya mereka nikmati secara bersamaan. Perasaanku bercampur aduk, aku disentuh oleh mereka. Karena waktu sudah agak malam, akhirnya kami ke rumah Aris yang kosong bersama-sama. Di sana kami bermalam bersama, tampaknya Rina bingung menghadapi teman baru kami. Tubuhku dan Rina tampaknya menjadi hidangan mereka malam ini. Mereka terus menyerang tubuh kami, Rina dan aku tidak bisa mengelak hasrat mereka.
Di dalam rumah aku menjadi bulan-bulan mereka, aku terus menolak, tetapi apa daya tenaga mereka lebih besar. Aku diboyong ke tempat tidur. Kedua tanganku dipegang dengan erat, sehingga aku hanya bisa pasrah dan mengalah. Bajuku dilucuti. Cahaya lampu terang pun mempertontonkan seluk beluk tubuhku, dan membuat mereka semakin terangsang. Kali ini aku ditiduri langsung, tanpa ada rabaan dan cumbuan. Ah, entah mengapa aku malah merasakan kenikmatan, mereka bergantian memegangi tanganku, dan secara bergantian pula mereka memasukkan milik mereka ke liang memekku. Tampaknya aku hanya bisa pasrah, beberapa kali aku merasakan ada sesuatu yang menyembur di dalam liangku. Mereka melakukannya berkali-kali padaku sampai aku lemas tidak sadarkan diri. Dan entah apa yang terjadi pada Rina.
Pagi pun menjelang, aku mulai terbangun dengan tubuh lemas ini.
Aris menyapaku, "Pagi Yul..", yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.
Kucari pakaianku, tetapi aku tidak mendapatkannya.
Heri menemuiku di kamar, "Pagi Yulia.." sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.
Kali ini aku tidak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, aku rasa memang aku harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.
Mulai basah tubuh ini tersiram air segar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, terlihat Aris dan Heri di depan pintu dan bergegas masuk. Mereka segera melepas pakaiannya, lalu menyiram tubuh mereka dengan air seperti yang kulakukan.
"Kita mandi sama-sama ya..?" sahut mereka.
Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, dia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya. Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu dia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang memekku. Aku tidak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.
Bersambung ke bagian 03