Cerita Dewasa:
Kencan Kilat
Pembaca yang budiman, mungkin ini merupakan salah satu cara untuk bagi cerita kepada pembaca yang lain. Memang terkadang kita agak risih untuk menceritakan pengalaman pribadi masing masing. Cerita ini merupakan cerita yang nyata dan tidak dibuat buat atau ditambahkan dengan cerita lain.
Namaku INdra, kala peristiwa ini terjadi aku masih berkantor di wilayah Jl. Kramat Raya, biasanya aku pulang dengan membawa motor tapi kali ini aku agak malas pulang dengan membawa motor sehingga menitipkannya di halaman parkir kantor. Malam itu aku pulang pukul 7.30 malam, iseng aku mampir ke sebuah restoran fast food di Atrium Senen yang kala itu sudah agak sepi, maklum mungkin sudah agak malam. Aku mengambil tempat duduk yang kebetulan agak jauh di depan duduk seorang gadis yang kelihatannya sedang menunggu seseorang. Aku perhatikan terus, tiba?tiba dia memberi lambaian tangan agar aku mendekati tempat duduknya. Aku bergegas mendekati tempat duduknya.
"Hai", sapaku.
Dia hanya tersenyum ketika aku menyapanya.
"Kenapa kamu perhatikan aku terus?", tanyanya.
"Eh nggak, iseng aja, habis kamu kayanya lagi nunggu orang, ya?", tanyaku.
"Iya nih aku lagi nunggu temenku, tapi kok nggak datang-datang ya?".
"Oh ya aku INdra, kamu?", tanyaku.
"Rani", jawabnya.
Tidak lama kami mengobrol, kemudian datang teman Rani yang telah ditunggu?tunggunya. Kupikir teman Rani itu pria, tapi ternyata wanita juga. Setelah agak lama kemudian Rani kembali lagi ke meja dimana kami mengobrol.
"Oke Ndra, kita jalan yuk", ajak Rani.
"Kemana Ran?", tanyaku.
"Lho katanya kamu ingin dengar ceritaku", jawab Rani.
Kemudian Rani mengajakku check in di salah satu hotel di bilangan Kramat. Pertama aku pikir Rani mengajakku mengantarnya pulang, ternyata dia malas pulang ke rumahnya karena pikirannya sedang suntuk. Setelah masuk kamar hotel, aku langsung ke kamar mandi.
"Ndra kamu sedang mandi ya?', tanya Rani.
Aku tidak langsung menjawabnya dan sepuluh menit kemudian baru aku keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos dalam dan celana pendek.
"Aku mandi dulu ya Ndra, nggak enak rasanya badanku sudah seharian", kata Rani sambil menuju ke kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian Rani keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai CD dan BH. Terlihatlah toketnya yang berukuran 34B menonjol menantang.
"Sorry ya, habis gerah kalau pakai baju lagi", kata Rani sambil merebahkan tubuhnya yang sintal ke ranjang di sebelahku.
Tiba tiba Rani langsung memeluk dan mencium pipi kananku. Aku hanya terdiam dan pura pura acuh. Dan kemudian ia melumat bibirku dengan liar dan aku akhirnya membalas lumatannya dengan liar juga. Lama juga kami saling melumat bibir satu sama lain. Kemudian Rani membuka kaos dalam yang masih kukenakan dan melepas celana pendekku. Dan langsung memegang kontolku yang masih setengah tegak. Aku tidak menyia?nyiakan kesempatan ini. Langsung saja kubuka tali BH-nya dan membuangnya ke lantai. Kuhisap boba susunya serta kuremas?remas toket yang satunya.
"Ooohh, Ndra teruss Ndra aahh", rintih Rani yang merasa kenikmatan karena kuhisap dan kuremas toketnya.
Secara bergantian kuhisap dan kuremas sepasang toket kenyal itu sampai puas. Setelah puas, aku langsung memasukkan jariku di lubang kenikmatannya. Kuelus?elus itilnya yang sudah basah oleh cairan memeknya.
Tiba-tiba Rani menarik kepalaku ke depan.
"Ndra Rani sudah nggak tahan lagi. Entot Rani ya, Ndra please.. memek Rani sudah nggak tahan pengen di entot.. please..", rintih Rani mengiba kepadaku.
Segera kubuka CD-nya dan Rani kuminta menghisap kontolku yang sudah tegang berdiri bagaikan tugu monas.
"Ran, hisap kontolku Ran", pintaku.
Rani kemudian dengan liar menghisap dan memainkan kontolku di dalam mulutnya.
"Terus Ran, enak Ran.. yaa.. teruss.. aahh".
Rani kemudian memintaku untuk berposisi 69. Aku turuti kemauan Rani. Dengan posisiku berada di bawah dan Rani di atas, memek Rani berada tepat di depan mulutku. Bau harum khas memek sudah tercium, tanpa permisi lagi aku langsung melumat bibir memek Rani yang sudah basah oleh cairan memeknya. Rani pun tak mau kalah, ia asyik dengan kontolku, menghisap dan mengocok di mulutnya, dijilat dan terkadang dikocok oleh mulutnya sehingga membuat kontolku langsung berdiri dengan tegak dan keras.
Puas dengan gaya 69, Rani langsung berdiri di atasku dan mengarahkan memeknya ke arah kontolku.
"Ndra, Rani udah nggak tahan lagi, biar Rani yang entot kontol kamu dulu, ya", pinta Rani.
Tidak lama kemudian kontolku sudah masuk ke liang kenikmatan yang sudah licin oleh cairan memeknya. Dengan posisi Rani yang berjongkok memegang bahuku, gerakan turun naik pantatnya menambah kenikmatan kocokan memeknya.
"Aahh.. Ndra kontol kamu enak Ndra, sshh.. aduh Ndra enak sekali..", rintih Rani yang menikmati permainannya sendiri.
Aku pun mengimbanginya dengan sesekali menekan ke atas dan Rani menghentakkan pantatnya dengan lebih cepat. Selang lima menit kemudian Rani memegang bahuku kuat sekali dan langsung melumat bibirku. Ternyata Rani sudah mencapai klimaks dan cairan memeknya terasa hangat membasahi kontolku yang masih menancap di dalam memeknya. Kugulingkan tubuh Rani ke samping, sekarang giliranku. Kutarik kontolku dari memeknya dan langsung menyerbu kearah lubang kenikmatan itu. Kumainkan itil Rani yang berwarna merah muda kecoklat coklatan dengan ujung lidahku, kulumat bibir memeknya yang masih basah dengan cairan yang baru saja keluar dari memeknya. Tidak ada pikiran jijik lagi dalam otakku, yang penting adalah merasakan kenikmatan.
"Teruss.. Ndra.. aahh enak Ndra ayo teruss..", erang Rani yang ternyata dia sudah siap untuk dientot lagi.
"Ayo Ndra, sekarang kamu yang entot aku, Rani udah nggak tahan pengen dientot lagi", pinta Rani.
Sekarang kuarahkan mulutku ke arah boba susunya yang sudah mengeras. Kuhisap dan kugigit sesekali.
"Aahh Ndra ayo entot Rani.. Aku sudah nggak tahan.. ayo dong pleasee.. aahh."
Kuturuti kemauan Rani untuk mengentot memeknya. Segera saja kuarahkan kontolku tepat di memeknya dan 'bless..', masuk sudah semua kontolku ke dalam memeknya.
"Aahh Ndra enak sekalii.. ayo Ndra teruss.. aahh", erangan Rani menikmati kontolku yang masuk ke liang memeknya.
Aku gerakkan pantatku turun naik secara berkala. Kadang cepat kadang lambat. Kulihat Rani menikmati permainanku sampai ia memelukku erat sekali.
"Ndra teruss.. sebentar lagi aku keluar ayo terus entot.. aahh enak Ndra.."
Rani lemas dan terasa kontolku tersiram cairan hangat memeknya. Gerakan pantatku masih turun naik, kupacu terus, kulihat Rani sudah telentang lemas.
Kuminta Rina untuk ber-"dodgy style". Rani segera mengubah posisinya hingga dapat kulihat gelambir bibir memeknya yang basah oleh cairan memeknya. Segera kuarahkan kontolku ke arah memeknya dan bless..
"Oohh Ndra masukin semuanya, teruss.. aahh".
"Gimana Ran, masih kuat?", tanyaku.
"Terserah kamu Ndra, mau diapain aja memek Rani, yang penting memek Rani puas kamu entot", jawab Rani sambil tersenyum puas.
Segera kumainkan perananku lagi. Kugerakkan maju mundur pantatku.
"Aahh Ndra teruss..", Rani mengerang halus.
"Gimana Ran, enak nggak kontolku?" tanyaku.
"Aduhh Ndra enak sekali kontol kamu, memek Rani puas sekali", jawabnya.
Kuminta Rani mengangkat kakinya sebelah, seperti anjing sedang kencing. Kutahan kakinya dengan lenganku dan sambil meremas toketnya yang basah oleh keringatnya.
"Ayo Ran sekarang nikmati permainanku".
Kupacu gerakan pantatku maju mundur.
"Ayo Ndra terus.. terus.. terus.. enak sekali Ndra, terus..".
Dan Rina mengimbangi dengan menggoyang pantatnya.
"Ayo Ran sedikit lagi aku keluar", sambil kupercepat gerakan pantatku.
"Ran, mau dikeluarin di dalam apa di luar?", tanyaku.
"Terserah kamu Ndra.. aahh.. ayo Ndra kita keluar bareng.. aahh", erangan Rani mengejang kenikmatan.
"Ran aahh.. enak Ran, aahh", kupercepat gerakan pantatku.
"Ndra teruss.. kontol kamu enak sekalii.. aahh enak Ndra.. entot terus memek Rani sampai jebol.. aahkk..", itulah teriakan Rani seiring spermaku yang akhirnya keluar membanjiri memeknya.
Dengan kontol yang masih menancap di memeknya, kupeluk Rani dengan erat.
"Terima kasih ya Ndra, kamu sudah memberi kepuasan ke memek Rani", kata Rani sambil tersenyum kepadaku.
Setelah itu kami bergegas ke kamar mandi. Di kamar mandi Rani mencuci kontolku. Pertama ia hisap kontolku dan dijilatinya sisa sperma yang kemudian ia siramkan dengan air hangat yang ada di 'bath tub'. Tiba tiba kontolku berdiri kembali. Kubalikkan tubuh Rani dan kuminta ia menungging dengan tangan memegang dinding kamar mandi.
"Ayo Ran, aku entot lagi kamu", kataku.
Rani pun menuruti kemauanku. Segera kuarahkan kontolku ke memek Rani. Dan bless.. masuk sudah semua kontolku ke memek Rani.
"Aahh.. enak sekali Ndra.. ayo dong Ndra dikocok lagi yang keras", pinta Rani.
Kukocok kontolku di memek Rani.
"Aduh Ran.. kok enak sekali memek kamu.. diapain Ran", gumamku.
"Di entot kontol kamu sayang.. Please fuck me longer honey..", jawab rani sambil menggoyang pinggulnya.
Aku pun tambah keenakan digoyang seperti itu. Kupercepat ayunan pinggulku menghantam pantat Rani yang sintal.
"Aahh.. oohh yes honey fuck me fuck me harder oohh.. yes enak sekali Ndra..", rintih Rani.
Aku pun tak tahan lagi.
"Ran aku mau keluar.. aahh Ran.. yes.. yes.. memek kamu enak sekali.. Ran.. oohh yess..", eranganku bersamaan dengan spermaku muncrat di dalam memek Rani.
Rani pun segera berbalik menghadapku dan langsung menghisap sisa sperma yang masih ada di kepala kontolku dan menelannya.
"Sperma kamu enak Ndra.. enak sekali", kata Rani sambil terus menguras sisa spermaku yang masih ada di kepala kontolku.
Kulihat senyuman puas di bibir Rani. Kami pun mandi berdua di bath tub dan melanjutkan permainan itu sampai pukul 3 pagi, sampai?sampai kami tidak sempat untuk ke tempat tidur lagi, saking asyiknya menikmati surga dunia. Esoknya kami langsung check out dari hotel dan aku mengantar Rani sampai ke depan rumahnya tanpa aku turun dari taksi yang mengantar kami.
Itulah ceritaku tentang "kencan kilat" kami yang membekas, tanpa paksaan apapun. Untuk Rina, terima kasih atas kepuasan yang kamu berikan sepanjang malam itu, semoga kita bisa berbagi lagi..