Cerita Dewasa:
Keindahan White Venus
Ternyata konotasi indah pada nick name-nya bukan sekedar basa-basi. Aku sempat terkejut juga, ketika dia kirim fotonya ke emailku, matanya biru khas Indo, wajahnya paduan Mandarin Indonesia, belahan dadanya meskipun tidak besar tapi kelihatannya sangat putih dan sekal.
Otakku langsung ngeres berpikir, "Bagaimana caranya untuk mendapatkan semua keindahan itu..?"
Tapi aku pun sempat berpikir bahwa si White Venus mengirimkan foto orang yang diambil dari situs-situs Mandarin, Penasaran aku pun reply emailnya dengan catatan bahwa aku tidak percaya itu foto dirinya, eh malah dia nantang mengajak ketemu. Ini dia yang aku tunggu..!
Aku mencoba mengorek terus keberaniannya dalam hal seks, jadi aku pikir kalau ketemu kan bisa langsung tancap gas. Tapi balasan emailnya sungguh di luar dugaanku, dia malah bilang kepadaku agar jangan sekali-kali berpikir tentang seks kepada dia kalau masih mau berhubungan. Aku langsung lemas membaca emailnya. Tapi karena kecantikannya di atas rata-rata, tetap aku balas emailnya dengan sopan dan penuh etika.
Dua bulan lebih sudah kami hanya saling kirim email sekedar bercerita, tentang kuliahnya, tentang anjingnya yang sakit sampai tentang tetangganya yang suka usil, pokoknya macam-macam yang menurut aku hanya mengabiskan pulsa telepon. Sampai akhirnya Malam Minggu bulan kemarin kami janjian di restoran **** (edited), Ketapang.
Sambil menunggunya aku pesan segelas bir hitam untuk menghangatkan badan. Tepat pukul 19.00, seraut wajah cantik berada di hadapanku dengan tersenyum manis, "Gala, yah..? Saya Angel.." sambil tangannya mengajaku bersalaman, dia memperkenalkan diri.
Kusambut tangannya, kami saling bersalaman, desiran halus akibat pergesekan kulit lembut jarinya membuat imajinasiku melambung tinggi.
"Silakan duduk..!" aku mempersilakannya.
Mungkin akibat keakraban kami lewat dunia maya membuat kami cepat akrab seperti teman lama, obrolan kami semakin seru dan terus berkembang hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Setelah kami bertukar kartu nama, kami pun berpisah dan pergi dengan pikiran dan khayalan masing-masing.
Namun Akibat dari pertemuan itu, aku jadi kangen sekali kepada dia, padahal aku sudah nemui puluhan, bahkan mungkin ratusan cewek untuk kencan, tapi kenapa kepada Angel perasaan kangenku menggebu-gebu..? Apakah ini yang namanya Falling in love..?
Karena tidak tahan didera rindu, aku pun mencoba mengontaknya via telepon. Ternyata tepat sekali, dia pun kangen sama aku, cuma dia tidak berani mengontak aku, bahkan saat itu juga dia mengundang ke apartemennya di daerah Sunter. Secepat kilat aku pun langsung meluncur ke tempatnya.
Begitu ketemu, pandangan mata kami beradu menumpahkan hasrat kerinduan di hati, kami terpaku sejenak di depan pintu apartemennya.
"Eh, silakan masuk, La..!" kami baru sadar dari keterpakuan kami.
Setelah mengunci pintu, kami pun berduaan duduk di sofa menonton acara TV yang menurutku kurang menarik. Obrolan kami semakin akrab, dan aku sendiri pun mulai berani menyentuh pundaknya, kadang mencubit pipinya yang lembut.
Waktu terasa berjalan cepat sekali. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam.
"Angel, aku pamit dulu yah, sudah malam..! Nggak enak kalau orang tua kamu pulang..!"
"Aku tinggal sendiri disini..! Tenang aja..! Papa Mamaku tinggal di Singapore..!"
Olala kalau begitu menginap pun aku mau, aku tidak jadi pulang dan meneruskan obrolan kami. Suasana romantis yang sepi, ditambah hati kami yang sudah berpadu tanpa sadar membuat duduk kami semakin dekat, bahkan sudah tidak ada jarak lagi. Aroma tubuhnya dan rambutnya yang harum membuat darah lelakiku bergolak keras. Aku beranikan diri menariknya ke pelukanku, ternyata dia malah memelukku, tidak buang waktu lagi aku wujudkan segala isi di hati ini.
Sambil membelai rambutnya aku ucapkan kata sayang kepadanya, Angel hanya tersipu malu. Kukecup lembut keningnya dan kedua matanya, dagunya yang lancip kutengadahkan, bibirnya yang sensual terbuka sedikit seakan menanti kecupan bibirku. Kukulum bibirnya dengan penuh perasaan, tubuh Angel bergetar seperti terserang demam dalam rengkuhanku. Lama sekali kami berciuman, aku sampai kehabisan nafas, tanganku yang sudah terlatih mulai bergerilnya. Sambil berciuman tanganku meraba punggungnya, pinggangnya, terus ke arah depan kubuka kancing blous-nya satu persatu, dan jari-jariku menyelinap masuk ke dalam bra-nya. Meskipun buah dadanya tidak besar tapi kenyal sekali dan bobanya mungil kemerahan pertanda belum dijamah oleh siapapun.
Kuplintir boba dadanya dengan jariku, Angel mendesah nikmat, dan tanpa sadar meracau mengekspesikan rasa nikmat yang mungkin baru pertama diterimanya. Cumbuan kami semakin panas bergelora, ciuman dan rabaan tidak mampu lagi meredam gejolak darah muda kami. Satu persatu kain yang melekat di tubuh kami berterbangan ke lantai, kini keadaan kami bagai sosok bayi yang baru lahir. Senjataku yang sudah meregang kaku menunjuk ke langit-langit apartemen seperti seorang prajurit yang siap menghadapi musuhnya.
Tidak puas-puasnya aku memandang kemulusan tubuhnya yang putih. Lidahku yang basah dengan bebasnya menelusuri seluruh permukaan tubuhnya, rintihan kecil dari mulut Angel pertanda ia mulai terbawa oleh permainan birahi yang kami ciptakan. Kala lidah dan mulutku menyelimuti itilnya dan melumatnya lembut, Angel semakin blingsatan dan menjambak rambutku dengan kuat, tapi sungguh tidak kuduga sama sekali, tiba-tiba saja Angel menjadi buas sekali. Aku yang sedang menguasai permainan didorong agak kuat, sehingga tubuhku telentang di ranjangnya yang empuk. Dan dengan binalnya Angel langsung menelusuri permukaan tubuhku dengan lidahnya yang hangat.
Aliran kenikmatan yang datang dari perlakuannya terasa membuat tubuhku panas. Kepala senjataku semakin mengkilap oleh cairan pelumas, pertanda siap tempur. Tapi rupanya Angel tidak puas samapi disitu, aku hanya dapat mengelus bokong dan pinggulnya, kadang memelintir boba buah dadanya saat lidahnya menyapu-nyapu ujung dadaku dan menariknya kuat, apalagi saat senjataku dilumat dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Aku semakin terlena dengan permainannya, sementara Angel sibuk dengan kegiatannya aku pun tidak tinggal diam mencoba mengorek memeknya dengan jari-jariku. G-spot-nya yang beruas halus kusentuh lembut, dan ternyata hisapan di kepala kemaluanku terasa semakin kuat.
Tidak kuat dengan panas birahi yang semakin memuncak, Angel pun langsung menduduki pinggangku dan dengan sekali sentak amblaslah seluruh senjataku ke dalam memeknya.
Aku sempat berpikir, "Kok gampang banget..?"
Berarti sudah tidak virgin, tapi remasan lembut memek Angel di seluruh batang senjataku membuatku tidak sempat memikirkannya lebih lama. Pinggul Angel terus bergerak di atas tubuhku, Buah dadanya yang sekal kuhisap dengan kuat, kadang kusapu lembut dengan lidahku, sementara goyangan pinggul Angel semakin kuat.
Tidak lebih dari 10 menit, tubuh Angel bergetar hebat, dan mulutnya menjerit lirih melepaskan orgasmenya. Kepala senjataku terasa hangat dan semakin basah, tidak lama kemudian tubuhnya yang bak pualam telah menggelimpang di sisi tubuhku. Kulihat nafasnya naik turun seirama dengan naik turun buah dadanya yang dihiasi oleh butiran-butiran keringat yang belum hilang meskipun dihembus oleh hawa AC yang sejuk.
"La, aku sangat puas sekali..!"
Angel merebahkan kepalanya di dadaku sambil memainkan ujung dadaku. Aku hanya dapat tersenyum lirih memikirkan senjataku yang masih kaku mencari pelepasan yang tertunda.
"Maaf yah, La..! Aku tidak bisa main berkali-kali, memek aku ngilu kalau kelamaan.."
"Jadi Aku gimana, dong..?" tanyaku spontan.
"Yah sudah, kamu pejamkan mata, dan nikmati cumbuanku, oke..?"
Aku mengangguk dan memejamkan mataku.
Ternyata dengan mata terpejam terasa lebih nikmat sekali sapuan lidah Angel di seluruh tubuhku, mungkin karena konsentrasiku yang terpusat, apalagi saat jari tangannya yang lembut menggenggam senjataku dan mengocoknya dengan cepat. Aku semakin melayang setengah sadar, semakin lama kocokan tangan Angel di senjataku semakin cepat. Angel yang kelihatannya sudah berpengalaman tahu sekali kelemahanku. Sambil terus mengocok, lidahnya yang basah dan hangat memainkan ujung dadaku. Seluruh pergelangan sendiku bagai tertarik dan telah mengumpul di ujung senjataku, dan tidak sampai setengah jam, saat kocokan tangan Angel semakin cepat, dan ujung dadaku dihisap kuat, seluruh tubuhku bergetar kuat dan muncratlah spermaku dengan kuatnya sampai mengenai telinga Angel yang saat itu wajahnya masih di dadaku.
Ternyata Orgasme dengan cara seperti ini lebih nikmat dibandingkan disemprotkan ke dalam memek. Akhirnya kami tidur berpelukan telanjang menikmati sisa malam. Di kemudian hari barulah aku ketahui ternyata Angel menjalani kehidupan freesex, tapi tidak dengan sembarang lelaki, dia bisa ML kalau dia suka.
TAMAT