Cerita Dewasa:
Makiko Suster Jepang 02
Sambungan dari bagian 01
Kembali ke Kiko, mungkin karena melihat si Jendral yang tegap, tinggi dan gagah, dia jadi sangat bernafsu, atau mungkin juga khas cewe Nippon kalau oral suka liar seperti itu kali ya. Lidahnya semangat sekali mengitari palkon sambil sesekali menggigit kantung zakarku yang sudah mengeras. Sesekali disedotnya ujung palkonku lalu ditarik mulutnya sehingga mengeluarkan bunyi, "Spok.. spok..". Mulut mungil indahnya bagaikan vacuum cleaner, menyedot si Jendral. Jemari halusnya menyelinap di antara celah pantatku dan sekali-kali menggenggam si Jendral yang mulai berontak terkena siksaan.
Anyway, sementara itu, saya yang memang terasa mabok berat, hanya bisa ngelus-elus kepala dan mencengkeram rambut merah Kiko. Tetapi mendadak saya merasa mual sekali, lalu yang berikutnya terjadi sangat tidak hot. Saya tarik Kiko ke samping.
"Hooekk.." saya muntah berupa gumpalan kehijauan, tentu akibat minum sembarangan tadi. Kiko sempat tertegun sejenak tetapi kemudian tergelak melihatku terkena akibat polahku sendiri. Satu tangannya masih menggenggam si Jendral, satunya lagi menutup mulutnya. Tawanya lucu sekali seperti anak kecil. Itulah sifat kawai atau cute (lucu dan menggemaskan) yang khas cewe Jepang. Insting perawat yang dimilikinya membuat dia beralih membantu memijat tengkukku agar seluruh racun serangga itu bisa keluar. Lalu dia membantuku membersihkan dengan tissue. Akhirnya kami keluar dan duduk-duduk di tangga masuk.
Sepi. Kiko mengajakku ke apartemennya tetapi baru ada subway jam 4:30. Saya bersandar lemas ke pundaknya sambil merangkul. Tangan kananku menyelinap masuk ke dalam blazer sekaligus BH-nya, wah hangat. Terasa bongkahan susunya yang besar enak sekali diremas. Kumainkan boba susunyaibarat mencari gelombang siaran radio. Wah masih belum tune, sebab yang keluar hanya suara desis dari mulut Kiko yang lama-lama keenakan. Akhirnya kami berjalan berpelukan menembus udara dingin fajar Osaka. Untung ada tukang yakimot (ubi rebus). Kami makan sambil minum kopi otomat.
Singkat saja, kami sampai di apartemen (mansion) Kiko. Kecil memang ukurannya. Terdiri dari ruang utama yang sekaligus ada dapur dan sofa TV. Lalu kamar tidur 4 tatami (3X4m) dan kamar mandi. Rapih juga ruangannya. Tampak di sofa ada keranjang laundry, wah ada panties merahnya, ternyata Kiko hot betul. Aha, untuk apa lagi cewe pakai CD merah kalau tidak untuk memikat cowok di ranjang? Melihat arah pandanganku, Kiko dengan sigap memindahkan keranjang ke dalam lemari dinding. Kami lalu duduk di sofa kulit empuk. Otomatis tangan saya meraih remote dan menyalakan TV. Wah ada Doraemon, aneh, sepagi ini ada siaran kartun. Kiko lalu tiduran di pangkuanku sambil ikut menonton. Jemariku menelusuri rambutnya dan menyisirnya. Kadangkala kami tertawa bersama. Perlahan kami mulai tertidur dengan posisi tetap, dan jemariku sudah bersarang pada bukit lembutnya. Entah kenapa, saya merasa nyaman dan jantan sekali. Mungkin karena alkoholnya perlahan-lahan mulai hilang dan sikap manja Kiko yang membuatku merasa jantan.
Cewe Nippon memang terkenal top servisnya. Kira-kira jam 8 lebih, saya terbangun oleh sinar matahari yang menerobos melalui celah gordin jendela. Kiko masih terlelap dalam pangkuanku. Tubuhnya meringkuk seperti anak kecil, dan yang lucu dia sedang mengenyot jempolnya seperti bayi. Nah, kawan-kawan, cewe yang punya kebiasaan begini, oralnya pasti oke, sebab palkon kita mereka anggap dot. Hehehe. Tidak tahan kubelai juga rambut Kiko yang tergerai di atas pahaku. Oh ya, pada saat ini, pakaian saya sudah tinggal boxer shorts dengan kemeja digulung saja. Sementara Kiko memakai kaos kebesaran dengan celana pendek tidur berbahan sutra hitam. Masih memakai pakaian dalam lengkap. Karena rambut Kiko tergerai di paha, terus karena memang sudah kebiasaan tiap pagi, maka si Jendral menggeliat dan menegak. Kalau di film To Liong To, ini jurus Pilar Penyangga Langit.
Kulirik paha Kiko yang tersingkap, hmm, coklat kemerahan. Kebayang cewe ini sering berjemur. Pasti seksi keringatan begitu. Ah, yang penting kubelai dulu gadis imut nan lucu ini. Ternyata belaianku membuat Kiko terbangun. Walaupun tidak membuka mata tetapi senyumannya mengembang, masih sambil menghisap jempolnya. Tangan satunya kini menyelinap di antara pahanya dan pahanya semakin dirapatkan. Kuperhatikan betisnya yang lencir bulir padi, indah sekali, ditambah tumit yang lancip kecil berwarna pink. Walaupun udara kamar tidak terlalu dingin, namun tetap saja kulit kami merinding terkena dinginnya udara pagi. Tampaknya heaternya otomatis mati kalau jam segini. Biasanya sudah jamnya pergi ke kantor.
Insting gentlemanku membuatku berusaha meraih jas woolku di meja, lalu kupakai menyelimuti Kiko, kontras dengan warna kulit putih mulusnya.
"Samui desuka?" (dinginkah) tanyaku.
Kiko hanya mendesah sambil tubuhnya menggeliat merapat. Sudah tidak tahan saya dibuatnya. Toh, lagipula jelas Kiko sadar dan pasti merasakan kalau si Jendral tegak di dekat kepalanya, lalu tanganku menyelinap ke balik jas hitamku mengelus paha mulus Kiko.
"Jay, nemui desuyo" (Jay ngantuk nih), tiba-tiba Kiko protes manja.
Mendengar itu bukannya saya berhenti malah jemariku mulai menyelinap ke arah pangkal pahanya. Kiko hanya mendesah manja. Kini terasa lembutnya celana pendek piyama sutra. Kugesek sebentar kawasan seks spotnya, wah, langsung merembes pada celana sutra hitamnya. Kalau putih pasti jadi pulau!
"Oooh, Jay, I like that!" erang Kiko.
Kusingkirkan jasku lalu kutegakkan tubuh Kiko sejenak dan kubaringkan. Lalu kuambil posisi menindihnya tetapi masih kutopang dengan tanganku. Lembut kukecup bibir Kiko yang merekah. Dia langsung menyedot dan mengulum bibir bawahku. Tangan Kiko kini merangkul tengkukku dan bermain dengan rambutku. Tangan kananku masih menopang tubuhku, sementara yang kiri merangsang celah mecky Kiko. Jemariku kini menyelinap ke dalam celana sutra dan CD-nya dan merasakan halusnya labia mayoranya yang sudah basah, ternyata meckynya tercukur rapih. Jari tengahku mulai berani menembus celah basah itu.
Wah, sempit juga. Clup..clup..clup, jarang dipakai. Heran kan? Cewek sophisticated seliar ini masih rapat. Memang cewek Jepang biasanya walaupun liar tetapi kalau dalam kenyataannya pemalu, pemalu artinya tidak dapat banyak batang kejantanan (rea kanjeut). Kiko mulai mendesah dan menggelinjang. Sekalian saja saya tanggalkan semua. Kiko tidak protes, malah membantu. Giliran kini boxer shorts, saya tanggalkan. Kiko tampaknya tidak sabaran juga, kaosnya yang longgar langsung dilepas, lalu BH-nya. Kemudian dengan ganasnya dia mencopoti kancing kemejaku. Satu kancingnya sampai putus (sekarang masih saya simpan untuk memorabilia). Jadilah kami berdua totally naked and ready to pump.
Perlahan kugesekkan si jendral ke medan pertempuran. Palkonku mulai menyentuh labia minora Makiko. Woow.. rasanya panas, kontras dengan hawa kamar yang dingin. Lalu perlahan-lahan Makiko mulai mencoba memasukkan si Jendral ke liang memeknya dengan bantuan tangannya. Kedua tanganku kekar menopang tubuhku pada sofa.
"Aaah.. Kiko oishi desuyo." desahnya.
Palkonku menembus bibir meckynya. Enak. Wah dengan hanya masuk kepalanya saja jelas saya tidak tahan.
"Blesek." Dengan sentakan saya mulai menekan ke bawah supaya si Jendral bisa masuk lebih dalam, untung si Kiko sudah basah. Dia hanya melotot kaget sebentar, sebelum akhirnya dia merangkul tengkukku dan menekanku pada dadanya yang bulat sintal putih. (Buah dadanya putih karena ketika berjemur tertutup BH, jadi seperti bikini line tampaknya).
"Jay, iku.. iku.. iku.. Jay, mo okii na." (Jay sakit, kebesaran tuh) Kiko terus merintih, sepertinya kesakitan betul.
Ya sudah, saya lalu pelankan sedikit temponya. Kalau cewe bule pasti akan bilang: kurang-kurangmasukinnya.
"Sori Kiko, kalau sakit bilang yah!" (dengan bahasa Indonesia setelah mengalami pengeditan) seruku berbisik lembut.
Kiko mengangguk, tampak setetes air mata di sudut matanya. Wah tidak tega saya. Ya sudah kubiarkan dia yang menentukan kecepatannya. Walaupun terasa memeknya licin dan basah, tetapi sempit sekali. Dengan perlahan tetapi pasti, Kiko tetap memaksa si Jendral masuk. Perlahan dia menaikkan pinggulnya. Dengan gerakan setengah berputar, si Jendral tertekan untuk menyodok meckynya kembali. Si Jendral sudah tidak sekeras tadi gara-gara saya kasihan melihat nafsuku membuat Kiko kesakitan.
Lama-lama longgar juga (sedikit), lalu kuberanikan mulai menentot Si Jendral di dalam liang kemaluannya. Kiko mulai mengerang-ngerang tidak karuan. Liar dan seksi, tangannya kini meremaspantatku.
"Mpffhh, shh, ahh, ughh." desahnya tidak menentu sambil memintaku untuk tidak berhenti.
Gila apa berhenti? Jelas-jelas lagi enak. Beberapa menit kami begitu bersemangat berpacu dalam melodi hingga suatu saat, seketika si Jendral serasa dijepit oleh mecky Makiko, terasa dinding memeknya meremas-remas dengan dahsyat sekali. Lalu pinggulnya liar menggelinjang dengan kuat, rupanya orgasme. Setelah itu terasa basah sekali sampai cairannya menetes pada kantung zakarku.
Tiba-tiba muncul seleraku menikmati juicenya yang jelas banjir itu. Kucabut si Jendral yang disambut protes wajah Kiko yang merengut. Namun begitu kuraih pinggulnya dia tahu maksudku. Dengan cepat dia berbalik lalu nungging, kedua tangannya menopang pada sandaran sofa sedang lututnya terkembang pada dudukan. Pantatnya yang bulat indah, megal-megol menggoda untuk dimasuki. Kiko tersentak kaget ketika ternyata saya tidak kembali melakukan penetrasi melainkan berlutut dibelakangnya lalu menjilati celah meckynya. Satu tangannya meraih ke belakang menjambak rambutku. Dia melenguh keras dan menikmatinya. Tidak lama kemudian kembali Kiko mengejang dan hidungku mendadak basah terkena cairan berbau khas yang meleleh. Ya sudah, sekarang giliran saya.
Tubuh Kiko langsung merosot lemas di atas sofa. Langsung saja kuangkat pantatnya lalu, bless.. Si Jendral masuk lagi dari belakang. Licin sekali sampai bunyi seperti orang kentut karena terlalu kencangnya entotan.
"Iie, dame, dame Jay, dame!" Kiko berteriak menyuruhku berhenti tetapi mana mau saya berhenti.
Tangannya mencengkeram erat sofa dan tubuhnya terus menggelinjang hebat. Setelah kurang lebih 10 menit mengentot liar, akhirnya saya cabut si Jendral, lalu kubalikkan tubuh Kiko. Dengan gerakan cepat kusodorkan saja batang kemaluan saya itu ke mukanya, langsung disosor, seketika rasanya sampai puncak. Kukeluarkan segenap benih cintaku ke dalam mulut Kiko yang terus menyedot. Wah, banyak sekali (sudah 2 minggu no sex). Sesekali si Jendral lolos, lalu muncrat ke mukanya. Kira-kira 6-7 semprotan kukeluarkan, dilahap habis oleh Kiko. Ternyata pengalaman nonton film bokep Jepang ada gunanya. Hari sabtu itu kami mandi bersama sebentar, lalu keluar mencari sarapan ke Ohsho (fast food Jepun). Lalu bisa dong ditebak, apa yang kami lakukan siang sampai malamnya. Bahkan malam Minggu pun saya masih menginap di sana. Setelah malamnya kami mencari ramen dan melakukan ML terus.
Tetapi hari Minggunya, saya ganti aktivitas, setelah mengambil notebook dan baju di hotel (sebelumnya di rumah Kiko pakai boxer shorts saja) lalu kembali lagi ke tempat Kiko. Membuat laporan sambil dipijat Kiko sang perawat seksi yang bugil. Tetapi ya, mana tahan sih? Lebih baik besok senin dimarahi sama boss daripada melewaktan kesempatan emas, hehehe. Selanjutnya kami masih kadang beremu walaupun no strings attached tetapi ya bukan sekedar weekend fling saja. Kan gentleman? Hehehe.
TAMAT
Iya