Cerita Dewasa:
Berbagi Kebahagiaan Dengan Kenalan Baru - 3
Dari Bagian 2
Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Lambat laun aku mulai menikmati caranya memperlakukanku. Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh memekku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok itilku. Aku hanya mendesah dengan pelan.
"Kita mulai lagi ya, Al" pintanya sopan.
Aku hanya mengangguk walau aku tidak tahu apa aku masih bisa mengimbanginya karena rasa lelah sudah menguasaiku. Tapi keinginan untuk memuaskannya mengalahkan rasa lelahku.
Stanco lalu mengangkat pantatku ke atas dan kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Dia nampaknya ingin doggy style, aku jadi teringat Alan yang sangat suka dengan gaya tersebut. Shit.., bisa-bisanya aku mau dengan lelaki yang telah memutuskanku itu. Mendingan aku menikmati kenikmatan ini dengan dengan Stanco, pikirku. Belum habis pikiranku, kurasakan benda tumpul menyeruak ke memekku. Aku meringis dengan mata terpejam menghayati momen-momen penetrasi itu. Tenagaku yang sudah terkuras mengakibatkan jeritanku berubah menjadi desahan pelan.
"Sh.. Hh.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
Dia kembali memacu tubuhku. Dimaju-mundurkannya batangannya di lubangku. Dengan posisi doggy seperti ini kurasakan sodokannya semakin mantap. Aku tak kuasa menahan desahanku demi menerima hunjaman-hunjaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan, terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di memekku, rasanya seperti sedang dibor saja. Walau sangat letih aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu hingga aku mulai mengimbangi sodokannya. Aku selalu mendesah menikmati saat penisnya ditelan memekku. Selangkanganku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
Stanco benar-benar ahli, sambil mengocok memekku dia juga meremas-remas pantat sekalku. Dia sangat bernafsu melihat pantatku yang maju mundur di hadapannya. Hal itu terbukti dari remasannya yang tak ada henti-hentinnya, bahkan sesekali dicengkeramnya bulatan pantatku dengan keras. Aku tak kuasa untuk tidak mendesah kala titik sensitifku itu di perlakukannya sesukanya.
Kontolnya masih beroperasi dengan bebasnya di memekku. Diaduk-aduknya sambil sesekali digoyang-goyangkan di dalam ronggaku. Permainannya sungguh membuatku terhanyut, dia selalu memulainya dengan entotan-entotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa semakin keras sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Setelah itu kembali pelan lalu keras lagi. Saat tubuhku berguncang dengan hebatnya, otomatis dadaku juga semakin berguncang juga. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, langsung disambarnya dadaku yang semakin membesar karena aku menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya.
Aku merasakan tubuhku semakin terbakar, aku menggeliat sambil meremas-remas ranjangku yang sudah berantakan. Desahanku semakin menjadi-jadi. Tenagaku terkumpul kembali aku aku mulai ikut mengimbangan sodokannya. Sambil menyodokku tangannya berpindah dari punggung ke dada dan ke pantatku. Tapi paling lama tanganya bergerilya di dadaku. Dia tampaknya sangat menyukai benda itu. Selain diremas, sesekali juga ditarik-tariknya ke bawah sehingga membuatku semakin bersemangat melawan pompaannya.
"Ah.. Euh.. Ah.. Aw.." aku cuma bisa mendesah setiap kali Stanco menyodokkan penisnya ke memekku.
Aku sudah tidak bisa apa-apa setiap kali dia menyodokkan penisnya, selain ikut juga bergoyang seirama dengannya. Stanco semakin bersemangat menyerang titik-titik sensitifku. Pinggulnya bergerak cepat di antara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala dan mendesah sejadi-jadinya. Dari pantat, lalu dada, kini leher dan pundakku menjadi bulan-bulanan lidahnya. Goncangan kami semakin lama semakin cepat. Goncangan yang semakin cepat itu juga membuat ranjangku ikut berderak-derak.
Aku menjerit keras ketika tiba-tiba dia menarik rambutku dan tangan kanannya juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang pas, kami pun kembali meneruskan permainan dengan posisi berpangku membelakanginya. Dengan posisi itu penisnya semakin dalam menerobos memekku. Kurasakan hampir sampai di rahimku. Dengan mendesah-desah aku membantunya menggoyang-goyangkan pantatku. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku hingga aku sudah dibuatnya 2 kali orgasme tapi dia sendiri masih perkasa.
Stanco melancarkan pompaannya terhadapku dengan bersemangat sekali. Kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku. Aku hanya tertunduk membiarkannya menikmati leher jenjangku. Tangannya juga ikut-ikutan meremas toketku yang bergerak bebas. Aku sudah tidak bisa lagi melukiskan keindahan yang kurasakan. Lebih indah dari segala hal.
"Ahh.. Aahh.. Yeahh, tee.. russ.." desahku dengan terbata-bata..
Entotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar hingga membuat memekku terasa diobok-obok. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin cepat menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Aku berusaha mengimbangi entotannya. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku. Putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkannya. Malah kini bibirnya mulai menjelajahi dadaku. Sambil terus mengentot, Stanco menyorongkan kepalanya ke toketku. Mulutnya melumat toketku dan mengisapnya dengan gemas hingga membuatku semakin tak karuan.
Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Kontolnya masih keluar masuk dengan bebasnya di memekku yang sudah sangat becek. Aku mendesah semakin tak karuan kala dadaku yang satu lagi diremas oleh tangan kirinya. Tubuhku menggelinjang, kujambak rambutnya, pinggulku kugerak-gerakkan terus sebagai ekspresi rasa nikmat.
Gelinjang tubuhku semakin tak terkendali karena merasa akan segera keluar. Kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam. Mulutnya terlepas dari dadaku karena aku semakin bersemangat mengentotnya. Dia justru semakin rakus mengerjai dadaku. Putingku kembali ditangkap dengan mulutnya kemudian digigit dengan pelan hingga aku merintih dan meringis karena merasa sedikit nyeri namun juga merasa nikmat. Kami masih terus bergoyang berirama. Aku merasakan akan segera orgasme kembali hingga aku mendesah sejadi-jadinya.
Mengetahui bahwa aku sudah berada di ambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Ada perasaan kesal kala dia melepaskan penisnya saat aku telah di ambang orgasmeku. Tapi kekesalanku segera hilang setelah dimintanya aku membalikkan badanku berhadapan dengannya. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Aku sangat senang karena posisi ini adalah posisi favoritku yang sering kulakukan bersama mantan pacarku. Aku tanpa ragu menuntun penisnya yang masih mengeras ke arah memekku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya.
Setelah penisnya memasuki memekku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku di atas tubuhnya. Kini justru aku yang aktif memacu kenikmatan di atas tubuh tegapnya. Perasaan nikmat mengalir dengan deras di sekujur tubuhku. Kembali kurasakan kenikmatan yang tertunda tadi. Aku berusaha sekuat tenaga menahan klimaksku. Aku mendesah tak karuan seperti semula, merasakan batangnya yang masih kokoh mengaduk-aduk liang kewanitaanku. Dia dengan sibuk menggerakkan pinggulnya membalas goyanganku. Aku semakin menikmati persetubuhan ini.
Dadaku kembali terayun-ayun seiring goyangan tubuhku. Warnanya sudah kemerah-merahan karena diremas dan dikulum olehnya. Dan bahkan kini semakin mencuat dan menjulang ke atas seiring dengan nafsuku yang sudah berada di ubun-ubun. Stanco masih sibuk membantuku menaik-turunkan tubuhku dengan cara mengangkat pantatku. Hal itu justru membuatku semakin gila. Dia tidak hanya mengangkat pantatku bahkan meremasnya juga. Hal itu membuat toketku semakin hebat bergoncang. Pasti orang lain yang melihatnya akan sangat bernafsu sekali melihat dadaku bergerak dengan indah ke atas ke bawah.
Stanco tampaknya sangat senang menyaksikan toketku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Matanya tak pernah lepas dari toketku. Hal itu membuatku semakin bernafsu saja. Aku sangat senang jika orang lain mengagumi keindahan tubuhku hingga aku ikut membantu kedua belah telapak tangannya meremas toketku. Dia mencengkeramkan kedua tangannya pada toketku. Aku sudah tak kuat untuk menahan orgasmeku. Apalagi ketika dia mendekatkan kepalanya ke dadaku. Tanpa menghentikan goyangannya, dicondongkannya wajahnya ke depan meraih dadaku.
Stanco menikmati goyanganku sambil 'menyusu' toketku yang tepat di depan wajahnya. Toketku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Aku meresapi setiap detil kenikmatan yang sedang menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat pula aku melakukan persetubuhan ini. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga memekku terasa seperti diaduk-aduk. Sama sepertiku, Stanco juga mendesah-desah sambil menyebut-nyebut namaku.
Dengan posisi wanita di atas seperti ini, aku merasakan bukan hanya dinding memekku yang tergesek, melainkan itilku juga tergesek-gesek hingga aku semakin lemas dan bnerkejap-kejap keenakan. Entotan dan dengusannya semakin keras, menandakan bahwa dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Kontolnya terus dan terus menghunjam-hunjam keluar masuk memekku.
"Yess.. Dikit lagi.. Aahh.. Stan.. Udah mau.." desahku.
Aku mempercepat iramaku. Walau sudah mulai lemas, aku terus mempercepat goyanganku karena merasa sudah mau keluar. Semakin lama gerakanku semakin liar dan eranganku pun semakin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Pada detik-detik mencapai puncak, tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya hingga menimbulkan suara kecipak. Dan ketika klimaks itu sampai, aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat kenikmatan yang kuperoleh darinya.
Sementara itu dia masih terus menggoyangkan penisnya sehingga orgasmeku semakin panjang, bahkan kini dia melenguh-lenguh lebih cepat.
"Oh.. Ookkhh.. Akuuhh maauu.. Keluuaarr Aliah..", dia berteriak kesetanan dan entotannya semakin bertambah cepat.
Dalam hitungan detik kurasakan cairan kental menembak ke liang senggamaku. Setidaknya ada 3 kali tembakan sebelum akhirnya seluruh spermanya masuk ke rahimku. Untung saja saat itu bukan masa suburku sehingga aku tidak perlu takut hamil. Akhirnya aku ambruk di atas tubuhnya. Kurasakan sisa spermanya mengalir keluar dari memekku. Dia mencium keningku sambil mengucapkan terima kasih. Menurutnya dia sangat menikmati percintaan tadi. Aku sangat tersanjung, setidaknya dia tidak menganggapku cewek murahan.
Setelah kupikir-pikir, kalau saja aku tidak dipengaruhi alkohol tadi, pasti aku tidak akan merasakan kenikmatan seperti tadi. Bayangkan, aku telah tiga kali orgasme dibuatnya. Sungguh indah dan belum pernah kurasakan dari siapapun, bahkan dari mantan-mantanku juga.
Setelah membersihkan badan akhirnya kami tertidur. Aku bangun pada pagi harinya dengan bahagia sekali. Kulihat Stanco masih terbaring di sampingku dengan nyenyak. Sebelum berpamitan pulang pagi itu, Stanco memberikan kehangatan yang terakhir kalinya denganku. Kami bersetubuh sekali lagi di bathtub kamar mandiku. Kami sama-sama menikmati puncak kenikmatan secara bersamaan. Sungguh kenikmatan yang tiada tara. Dia memperlakukanku seperti layaknya seorang ratu. Tapi aku sangat menyesal karena Stanco harus kembali ke Malaysia beberapa hari kemudian.
Di saat-saat libidoku sedang naik, terkadang aku masih merindukan Stanco di sisiku. Walau ia berjanji akan sering kembali ke Bandung, tapi aku akan mencoba melupakannya dan berusaha mencari petualanganku yang lain, tentunya dengan cowok-cowok macho lainya.
E N D