Cerita Dewasa:
Gairah Ibu-ibu STW - 1
Aku seorang pria umur 31 th, namaku Hikam. Kehidupan sex ku masih OK. Belum lama ini aku mencoba mengingat-ingat, berapa banyak perempuan yang sudah aku gauli. Terlalu banyak untuk diingat. Beberapa wanita STW pun sudah aku setubuhi.
-Ibu Henny, Istri seorang usahawan terkenal. Tubuhnya mulus kulitnya halus, susunya keras, tempiknya kesat, liang senggamanya yang sempit masih harus aku lebarin lagi, mulut dengan bibir merahnya belum aku sumpalin kontolku, lubang anusnya belum aku jejalin kontolku
-Ibu Yanti istri seorang pejabat pemerintahan. Tubuhnya bahenol teteknya gede kencang, barangnya OK, lubang memeknya sesak, mulutnya udah lihai mensepong kontolku, lubang anusnya barusan aku sumbat sama kontolku, aku mesti ngesex dia dengan lebih kasar, aku mau siksa dia lebih lagi.
-Ibu Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di ranjang, tetanggaku yang memiliki tubuh montok buah dadanya indah, liang kemaluannya kecil, memeknya yang bisa empot ayam nikmat sekali, oral sexnya belum aku rasakan, lubang anusnya belum aku jajal. Ibu Diah mutiara indah yang mesti aku jaga
-Nuniek (istriku) yang bangkit kembali gairahnya, besar lagi nafsunya, sip lagi polah permainannya di ranjang,
*****
Pagi Hari Dengan Ibu Henny
Sekitar dua minggu lalu aku berhasil meniduri Ibu Henny, umur 40 th, dan bekerja di daerah Jl. Sudirman. Pagi itu Bu Henny dapat meluangkan waktu sampai siang hari, maka pagi hari jam 7. 00 aku jemput dia di tempat yang sudah ditentukan. Tentu saja aku persiapkan diriku dengan minum vitamin dan obat yang menambah keperkasaanku. Begitu ketemu, Bu Henny terus masuk mobil, aku cium dia yang kelihatan manis sekali dalam BLus putih celana panjang coklat dengan BLazer warna krem. Wangi sekali Ibu ini dan sangat fresh. Kami berdua meluncur ke sebuah motel di JakTim.
Singkat cerita sesudah masuk kamar dan dua kali terganggu telpon dari receptionist dan room boy yang menagih pembayaran kamar serta membawakan pesanan makanan dan minuman, aku mulai foreplay yang semakin panas dengan Bu Henny. Puncak birahi didaki, dalam kamar hanya ada dua anak manusia yang memadu nafsu, dua tubuh bugil bertindihan, lelaki diatas perempuan dibawah, bibir berpagutan, tangan lelaki meremas susu tangan perempuan mencakar, kontol menyodok tempik menjepit, batang kemaluan lelaki mengaduk pantat perempuan menggoyang nafas semakin memburu, detakan jantung semakin berdegup, desahan, desisan dan rintihan semakin keras bak orkestra klasik menuju irama crescendo Pose berganti, Ibu Henny aku miringkan, aku remas susunya dari samping belakang, aku cium lehernya, aku gigit-gigit punggungnya dan aku tusukkan batang kemaluanku yang berdiameter besar ke lubang tempiknya.
"Aduh Mas.", teriak Bu Henny.
Memang posisi miring menjadikan lubang perempuan menjadi lebih sempit tapi menjadikan lebih legit dan lebih enak, kontolku lebih terjepit sementara lubang Ibu Henny yang menyempit jadi lebih merasakan nikmat gesekanku aku terus kocok-kocokkan kontolku sambil tanganku meremas gundukan tempiknya dan menggelitiki itilnya permainan dengan dua pose ini sekitar 30 menit dan akhirnya disempurnakan dengan siraman air maniku kedalam rahim Ibu Henny. crot. crot. crot. crot. entah berapa cc cairan hangat itu aku tumpahkan kedalam tubuh Bu Henny yang menyambutnya dengan jeritan panjang."Maas. aduuh. enaak. Maas."
Waktu menunjukkan jam 10. 00, ketika aku masih berbaring telanjang berbalut handuk dan Bu Henny ada disampingku dengan memakai handuk juga, setelah berdua membersihkan diri. dan makan serta minum pesanan tadi. Aku belai rambut Bu Henny dengan penuh sayang, aku kecup bibirnya, sambil kita bercerita soal pekerjaan masing-masing. Ala mak, adik kecil ini mau lagi. Kontolku keras lagi. Aku bangun dan terus menarik handuk yang dipakai Bu Henny tubuh sexy yang tergolek pasrah ini mesti disetubuhi lagi. Aku mulai permainan dari atas ke bawah.
"Mas, geli Mas, jangan Mas", rintih Bu Henny waktu jari-jariku menyibak belahan kemaluannya.
"Tahan dikit, Bu", rayuku sambil terus menyibak dan terus mengelus-elus bibir bawah yang lembut itu.
Aku buka melebar belahan itu, kelihatan merah, dan kacang merah itu benar-benar merah itil Bu Henny seukuran kacang merah besar dan merah sekali. aku cium daging nyempil itu aku sedot dalam-dalam hingga Ibu Henny menjerit. Tapi mana aku peduli dengan jeritan Bu Henny, aku terusin sedotan itu dan aku masukin lidahku kedalam lubang berdinding lembut berwarna merah aku jilat-jilat sampai dalam aku gelitikin Bu Henny menggelinjang, tubuhnya berkelejotan, tangannya menjambak rambutku enggak tahan dia dengan gelitikkan lidahku didaerahnya yang paling sensitive. Sengaja aku lama-lamain oral sex-ku.
"Udah Mas, udah.".
Tapi aku terus aja dan makin hot lidahku naik turun membelai belahan tempik Ibu Henny. Ada sekitar 20 menit. Kontolku sudah keras sekali, kepalanya udah sangat mengkilat. Aku mau tancapkan kontolku. Aku pindahkan posisi tubuh Ibu Henny, badannya berbaring melintang dengan pantat setengah menggantung, kaki terjulur kebawah. Aku angkat kedua kakinya, aku buka lebar-lebar, aku naikkan dan tahan diatas pundakku. Bu Henny hanya mendesis dan pasrah, aku senang melihat mimiknya, matanya setengah terpejam, mulutnya setengah terbuka, tangannya diatas kepala, dia menunggu tempiknya yang mungil siap ditusuk kontolku. Aku juga sudah enggak tahan lagi, Ibu Henny yang bertubuh ranum dan belum berpengalaman banyak dalam permainan sex ini perlu segera dipenuhi hasratnya, dipuaskan nafsunya.
"Mas, sakit Mas", jerit Ibu Henny waktu kontolku aku tusukkan kedalam lubang kemaluannya.
Memang aku agak kasar, enggak seperti permainan pertama tadi. Aku peluk kedua pahanya, agak aku tarik, aku agak kebawah sehingga kontolku menyodok-nyodok dari posisi yang pas sekali. tusuk-tusuk-tusuk kocok-kocok kiri-kanan kontolku perkasa sekali mengaduk-aduk tempik Bu Henny yang enggak aku beri kesempatan mengatur nafas. Kedua tangannya turun kebawah, kesamping perutnya memegang sprei dan kepalanya menggeleng kekiri-kekanan aku senang melihat polah dia aku suka memandang dia aku siksa dengan kejantananku. Aku mulai agak merapat, pantat Bu Henny yang kenyal jadi sasaran remasanku, susu Bu Henny bergantian kiri kanan aku sedot dan sedot sampai akhirnya untuk kedua kalinya aku muncratkan airmaniku kedalam lubang kenikmatan Bu Henny.
"Maas. maas. maas".
Aku tahu Ibu Henny puas sekali
Jam 11. 30 persis kami meninggalkan motel, menuju kantor Bu Henny. Dia enggak mau makan siang dulu. Aku antar dia, sebelum turun aku sun dia.
Belum sempat aku ngomong dia sudah bilang dulu"Thanks ya Kam".
"Aku yang thanks berat Bu", jawabku agak gagap.
Aku ikutin dia melangkah dengan lenggang menawan masuk ke gedung kantornya, dia menoleh dan melambai kecil Aku tersenyum dan terus tancap gas, aku menuju mall PS mencari makan. Di jalan aku berjanji, aku mau mengebor lagi tempik Bu Henny biar lubang itu tambah lebar
Siang Hari Dengan Ibu Yanti
Sesudah makan di food court mall PS, aku beli roti di super market yang ada di basement. Sesudah itu rencanaku mau pulang enggak masuk kantor. Waktu antri mau bayar di kasir, tiba-tiba ada suara wanita memanggil aku dari samping, aku menoleh dan belum tahu siapa dia.
"Mas Hikam lupa ya?"
"Sorry, siapa ya?".
"Aku, Bu Yanti yang di Setiabudi dulu".
"Oh, Ibu Yanti ya, aduh sorry lho, aku enggak ingat, habis sekarang udah berubah sich".
Sesudah selesai membayar, belanjaan Yanti enggak banyak, kami keluar. Aku tanya mobil dia dimana, dijawab kalo dia enggak bawa mobil karena dia didrop sopir yang ngantar suaminya ke airport. Dia rencananya mau jalan-jalan terus fitness dan BL. Akhirnya aku mau antar dia kerumahnya didaerah Tebet. Dalam mobil kami banyak cerita, soal anak, soal pekerjaan, soal keluarga.
"Mas Yus banyak keluar kota Mas. Kalo enggak keluar kota juga cuman kerja aja dikantor sampai malam. Maklum pegawai negeri eselon II kan banyak gawenya".
Sepertinya dia mengeluhkan sesuatu dan ini aku tangkap sebagai kesempatan baik.
"Yach, banyak kerja dan banyak keluar kota berarti banyak dokat dong Bu", kataku sambil aku memberanikan diri memegang lututnya.
"Ya, enggak juga lah, semua ada plus minusnya", sahut Bu Yanti tanpa menepis tanganku.
Percakapan semakin akrab, dia menjadi agak manja.
"Nih, tangannya mulai nakal, kan".
"Habis tangan enggak pernah sekolah, sich", jawab aku dengan tetap menaruh tangan semakin menekan dan keatas.
"Ih, nakal nih", kata Bu Yanti sambil menyentil tanganku.
Aku pandang dia dan aku beranikan bilang"Bu, kita cari tempat ngobrol yang enak, yok".
"Kalo Mas Hikam punya waktu, aku mau aja sich, tapi dimana?".
Ini dia, pucuk dicinta ulam tiba.
"Kita muter-muter aja dulu, entar kalo ketemu kita berhenti", ucap aku yang udah mikirin mau masuk motel lagi aja.
"Terserah Mas Hikam lah".
Akhirnya aku arahkan mobil ke motel yang tadi pagi aku pakai. Sesudah sampai disana, room boy mengarahkan ke kamar yang aku pakai tadi pagi juga dan parkir didalamnya.
Ibu Yanti bertanya"Mas, sering kesini ya?".
"Enggak koq, cuman tahu dari teman aja".
"Tahu atau tahu.", goda Bu Yanti yang terus bilang"Kita ngobrol aja lho, jangan ngapa-ngapain, ya Mas".
"Iya, Bu", kataku.
Akhirnya sesudah agak lama merayu di mobil, Bu Yanti mau juga masuk kedalam. Room boy kelihatannya yang tadi dan tersenyum melihat aku yang datang sama perempuan lain lagi. Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali. Bu Yanti memang mulus dan singset karena kerjanya cuman berdandan, fitness, BL, belanja, sesudah enggak kerja lagi di kantor swasta. Umurnya yang 42 th terlalu tua untuk tubuhnya yang sangat sintal, meski sudah berputera dua. Sambil terus mendengarkan cerita Bu Yanti, yang dari dulu memang sangat ramah, aku cium keningnya, aku kecup bibirnya dan aku mulai merapatkan pelukan sambil mencium bibirnya.
Dari obrolannya, aku menangkap suatu kekecewaan Ibu Yanti dengan suaminya dan kelihatannya dia kesepian. Aku enggak mau melepaskan peluang emas ini. Aku pagut keras bibir merahnya, aku isap, aku cium lehernya hemm wangi sekali perempuan ini dan wangi ini aneh sekali pengaruhnya seakan membius aku mengajak kedalam kesenangan syahwati. Aku menjadi agak liar, aku remas buah dada Bu Yanti dari luar BLus warna merah mudanya, aku lepasin kancingnya dengan cepat, aku buka BLus itu, aku lemparkan ke kursi sebelah. Aku perosotkan beha dia yang masih membungkus buah dada yang besar, lebih besar dari punya Ibu Henny tadi. Aku cium-cium buah dada itu, aku buka behanya dan aku taruh ditempat BLus tadi. Puting yang berwarna coklat itu mulai mengeras, aku pelintir-pelintir, aku cium dan aku gigit-gigit. Bu Yanti enggak menolak sama sekali.
Dia merintih keras, "Auch. auch. auch.".
Aku makin gila, aku gigit bergantian buah dada itu, lama sekali aku gigit sambil tanganku turun kebawah membuka rok Bu Yanti yang berwarna hitam. Bu Yanti menjerit keras, gila keras banget, dan waktu aku lepas gigitanku memang ada cupang di buah dadanya sebelah kiri. Aku mau bikin seimbang, aku gigit lagi yang sebelah kanan, sampai ada cupang dan Bu Yanti berteriak lagi. Tapi aneh, dia enggak melarang sama sekali, jadi aku pikir kalo Bu Yanti ini tipe wanita yang suka dikasarin. Aku bangkit dari sofa dan jongkok didepan Bu Yanti, aku perosotkan roknya aduh putih sekali pahanya, mulus sekali kakinya yang panjang itu aku elus dari bawah keatas, sampai pangkal pahanya.
Dia menggelinjang dengan belaianku, tapi justru saat dia menggelinjang aku tarik CDnya, aku lepaskan dan lempar entah kemana. Munculah daging cembung besar dengan rambut hitam keriting yang lebat. Aku mau menikmati serabi Bandung ini, maka aku tarik Bu Yanti dan sambil aku rangkul aku dorong dia ke meja kayu yang kelihatannya khusus buat acara 'buka duren'. Bu Yanti pasrah sekali, badannya terbaring diatas meja, buah dadanya besar padat menjulang, pantatnya yang besar menyangga memeknya yang gembul. Aku pandangin tubuh molek itu, aku angkat pahanya. dan aku serang serabi belah saus istimewa itu dengan serudukan mulutku, aku acak-acak jembutnya dengan usapan mulutku, sementara tangan-tanganku dengan ahlinya meremas-remas buah dada yang menantang itu.
"Maas, Maass. Mass.", Bu Yanti berteriak dan gila baru kali ini aku tahu ada wanita teriak begitu keras waktu dikerjain.
Jariku mulai menyibak belahan kemaluannya, aku usap-usap dan aku cari kelentitnya lain perempuan lain kelentitnya kalo Ibu Henny punya seperti kacang merah besar, Bu Yanti punya seperti kacang mede, yang aku heran kenapa kacang mede merah Bu Yanti menyembul keluar, jadi gampang dan enak sekali dimakan. Betul-betul aku kunyah kacang mede Bu Yanti, dia semakin teriak kencang, aku masukin jariku kedalam lubang perempuannya aku korek-korek dinding yang hangat lembut didalamnya gantian aku masukin lidahku kedalamnya, aku jilati habis kelamin Bu Yanti luar dalam.
Ada sekitar 20 menit oral sex ini, sementara tanganku sudah kemana-kemana dan aku surprised banget sama pantat Bu Yanti yang benar-benar bulat dan besar padat, pantat yang pantas 'dihajar'. Tapi sebelumnya aku mau permainkan dulu kelentit Bu Yanti, maka aku masukin kontolku yang keras, aku tancap keras-keras hingga Bu Yanti menjerit lagi.
"Mas, pelan-pelan Mas, aku sakit.".
Aku tekan dalam-dalam sekitar 10 kali sambil tanganku mencengkeram pahanya yang indah sekali yang ada dipundakku. Aku maju sedikit, aku keluar-masukinin kontolku mencongkel-congkel kelentit Bu Yanti, dia semakin menggelinjang.
"Auch. auch. auch.", itu saja yang dia bisa keluarkan.
Belum puas aku menghajar kemaluan Bu Yanti, mendadak Bu Yanti bangun dan bilang"Mas, kita pindah ke ranjang".
"OK", kataku.
Bu Yanti cepat bangun dan menarik aku ke ranjang, dia bilang"Aku mau diatas".
Aku senang sikap dia, aku berbaring dan Bu Yanti sendiri yang aktif mengarahkan kontolku ke lubang kemaluannya yang sudah tepat diatas kontolku, karena dia jongkok diatas pinggulku menghadap aku. Bleess pistol tumpul itu sudah dijepit kemaluan Bu Yanti. Dia menaik-turunkan pantatnya kencang sekali, dia aktif sekali, nafasnya panas menggebu, tangannya berpegangan pada tanganku, kepalanya bergoyang sehingga rambutnya yang cukup panjang berderai-derai. cukup lama dia beraksi, sementara aku enak-enak diam saja karena bisa memeras susu besar yang menggelantung sepuas-puasnya tanganku turun kebawah meremas pantat bulat besar Bu Yanti aku remas-remas dan aku beranikan tampar.
Bu Yanti hanya berteriak, jadi aku semakin berani menampar-nampar pantatnya makin lama makin keras dan pantat itu memerah Bu Yanti belum puas juga menggesekkan dinding-dinding lubang kemaluannya dengan kontolku, dengan tetap kontolku tertancap, Bu Yanti membalikkan badannya membelakangi aku dan mulai naik-turun cepat sekali sambil mengaduh-aduh dia geser kesana kemari memuaskan nafsunya, aku tetap menampar-nampar pantatnya yang menjadi merah sekali. Sesudah sekitar 25 menit permainan di ranjang, bendunganku mau jebol, maka aku bangkit dan aku rangkul Bu Yanti dari belakang, dengan meremas susunya dan menekan pahanya aku pancarkan air maniku kedalam kemaluan Bu Yanti ada surprise lagi Bu Yanti bangkit dan berbalik, dia tangkap kontolku yang memuncratkan air mani itu, dia masukin ke mulutnya, dia isap-isap air mani yang melekat di kontolku dia telan habis cairan hangat yang tersisa
Sekitar jam 3. 00 aku masih berbaring di tempat tidur. Capek Bu Yanti sudah mandi sekitar 10 menit lalu, sekarang pakai beha dan CD, Dia kasih aku makanan kecil dan minuman. Bu Yanti lebih banyak bicara, dia kasih nomer telpon dan HPnya, aku juga, dan akhirnya Bu Yanti buka rahasia kalo suaminya sangat lemah di ranjang, paling sekali sebulan dia main, itu saja sebentar dan tidak berkwalitas. Aku kecup dia untuk membesarkan hatinya. Bu Yanti melihat kontolku mulai bangun, dia pegang dan dia elus-elus. menjadi besar dan keras lagi Bu Yanti pindah posisi didepanku, dia lepas behanya dengan gerakan pelan menggeliat, dia buka celana dalamnya dengan godaan kaki terbuka "Kamu sebetulnya pintar memuaskan laki-laki, Bu", aku enggak tahan berkomentar.
"Ach, Mas bisa aja", kata Bu Yanti.
Ibu Yanti yang aktif mencium-cium aku, sementara aku bersandar, semuanya dia jilati, bulu kudukku berdiri semua dengan kecupan-kecupan halus Bu Yanti, pentilku juga dia jilat dan buah dadanya menyentuh-nyentuh kontolku, kemudian dia jepit kontolku diantara buah dadanya yang besar, dia naik-turunkan gaya French Fuck, dia pegang kontolku, dia kocok-kocok sementara aku sedikit dimiringkan karena dia mulai menjilati pantatku, menjilati selangkanganku menyedot biji pelerku mengulum kepala kontolku dan mengisap-isapnya dalam-dalam di mulutnya yang merah merekah.
Timbul pikiran jahatku untuk menjadikannya 'budak seks'. Setelah aku tekan kepala Bu Yanti keras-keras supaya kontolku mentok di tenggorokannya, aku bangkit berdiri diatas ranjang dan menarik Bu Yanti supaya berlutut dan tetap men-sepongku. Aku berdiri tegap sementara rambut Bu Yanti aku tarik-tarik, aku agak mundur menyandar di dinding, Ibu Yanti mengikuti gerakanku tanpa melepas jollynya dia terus isep dan kemaluannya aku mainkan dengan jempol kaki kananku, aku gesek-gesek rambutnya, aku jembreng-jembreng mulut kemaluannya dengan jari-jari kaki, aku gosok-gosk dengan telapak kakiku jempol kakiku masuk kedalam lubang kemaluannya sementara jari telunjuk kaki diluar, keduanya menjepit bibir kemaluan Bu Yanti, aku naik turunkan Bu Yanti hingga dia berteriak kesakitan"Sakit maas". Aku pindahin ke kelentitnya, aku gesek-gesek dengan jempol kakiku Aku enggak tahu perasaan Bu Yanti, tapi inilah bukti kangkanganku yang sakti terhadap Ibu Yanti.
Aku berbuat kasar, aku cabut kontolku dari mulut Bu Yanti, aku berpindah dibelakangnya, aku suruh dia menungging, aku tekan kepalanya dan aku majukan kakinya. yah bagus sekali dia menungging, pantatnya terangkat tinggi-tinggi, sementara kepalanya nempel dikasur. Dari belakang aku usap dulu kemaluan Bu Yanti yang sudah memerah, dia goyang kekiri-kekanan menahan geli, aku lebarin kakiknya, indah sekali lekuk liku tubuhnya. Aku tancap aja kontolku kelubang kemaluan Bu Yanti.
"Aduh", teriaknya, tapi aku enggak peduli, aku entot terus, aku tancap terus, aku sodok terus, bunyi ceplak-ceplak-ceplak terdengar teratur irama musik rock. Aku embat terus kemaluan Bu Yanti dengan gaya naikin anjing betina sekitar 10 menit dan tanganku mulai mengorek-ngorek lubang anusnya. Aku buka lebar-lebar, Bu Yanti mendesis.
Tak ayal lagi, aku pindahin kontolku dari lubang kemaluan ke lubang anus Bu Yanti, Bu Yanti teriak lagi dan menggoyang-goyangkan kepalanya, aku lihat dia meneteskan air mata, tangannya mencengkeram seprei kuat-kuat. Aku perbaiki posisi, aku tarik pantat Bu Yanti lebih mepet ke kontoku, aku tekan kepalanya dan hajaran-hajaran kontolku membuat Bu Yanti teriak-teriak aku remas buah dadanya, aku pelintir pentilnya Ibu Yanti semakin teriak keras kesakitan, sebetulnya aku sendiri juga kesakitan karena kontolku terjepit lubang anus Bu Yanti yang kencang sekali. Tapi aku terusin hajaranku sampai sekitar 10 menit dan muncrat lagi cairan kental hangat dari kontolku. Kali ini Bu Yanti biarkan lubang pantatnya disiram air kejantananku, mungkin dia sudah kecapaian akhirnya dia jatuh tertelungkup di kasur dan masih juga aku tindihin dengan berat badanku yang 70 kg ini, aku masih menggiigit punggungnya yang putih mulus dan memencet pentilnya, dan memepetkan kontolku di pantatnya yang bulat besar Yanti sesenggukan meneteskan air mata.
Tiba-tiba dia berbalik dan aku didorongnya, aku ditindihnya dan dipukulinya dadaku bertubi-tubi, sambil Bu Yanti teriak-teriak"Mas, koq gini sich jadinya, Mas enggak jaga aku, Mas gila".
Aku biarkan Bu Yanti puas memukuliku, aku biarkan Yanti melepas emosinya, emosi seorang isteri yang barusan selingkuh
Sesudah reda tangis Bu Yanti dan tenang hatinya, aku ajak dia mandi bersama, aku sabunin seluruh tubuhnya, terlebih bagian terpenting buah dada dan kemaluannya. Selesai mandi kami berpakaian, minum minuman yang masih ada. Bu Yanti semprotkan parfumnya lagi, wangi kembali tubuhnya. Kami meninggalkan motel sekitar jam 5. 00. Aku antar dia ke Tebet, selama perjalanan dia manja sekali bak pengantin baru, dia sering cubit pahaku, tapi lebih sering lagi dia masukin tangan kanannya kedalam CD ku mengelus-elus kontolku yang sudah memberikan kenikmatan luar biasa buat Bu Yanti. Sebelum turun dari mobil Bu Yanti dengan cepat menyambar bibirku dengan bibirnya - takut kelihatan tetangga - cup-cup.
Aku bilang padanya"Sorry, but someday we have to do it again".
Bu Yanti hanya tersenyum dan menghilang masuk kerumahnya. Aku puas.
Ke bagian 2