kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P184 Iya Neri Abg 18Yo 184 PEMERSATUDOTFUN

P184 Iya Neri Abg 18Yo 184

Tidak ada voting
Iya, Neri, Abg
P184 Iya Neri Abg 18Yo 184
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Iya, Neri, Abg yang ada pada kategori TEEN published pada 14 April 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P184 Iya Neri Abg 18Yo 184 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Teman Lama


Nama gue Rio, saat ini umur gue 37 tahun, status kawin dengan dua anak. Gue pengen berbagi pengalaman waktu gue ketemu temen-temen lama gue.

*****

Tahun 1986 gue mulai masuk kuliah di salah satu universitas negeri di Depok. Sebelumnya, tahun 1984 gue pernah kuliah di Bandung, tapi berhubung ada masalah yang nggak bisa diselesaikan, akhirnya gue mutusin pindah ke Jakarta. Sebagai mahasiswa baru mau nggak mau harus diplonco lagi, tapi enak juga jadinya banyak kenal temen baru. Diantaranya yang paling dekat ada 4 orang yang semuanya wanita. Hehehe memang itu yang dicari.

Sebut saja namanya Sita, Via, Ranti dan Donna. Sita orangnya putih, tingginya 168, cantik sekali, orang Solo asli, kata orang-orang sih darahnya biru tapi paling marah kalau disinggung kebiruannya, sayangnya sudah punya cowok pada saat itu. Yang kedua Via, juga putih, tinggi 165, anaknya manis dengan lesung pipit, sunda tapi dari kecil sudah di Jakarta, belum pernah pacaran. Kalau Ranti cantik tapi tidak terlalu putih, tingginya se Via, aslinya dari Padang juga dari kecil sudah di Jakarta, status single. Yang terakhir Donna, diantara semua paling mungil, tingginya 160, putih banget maklum binyo asli (menado). Saking putihnya kalau minum kopi keliatan ditenggorokannya, hehe. Cantik, mata sipit katanya sih masih ada turunan cinanya, sudah punya pacar tapi waktu dia pindah ke Jakarta jadinya putus.

Sebagai mahasiswa baru kita selalu barengan, kuliah, ke kantin, belajar sampe kostnya juga barengan. Tapi berhubung saat itu gue masih polos banget, jadi nggak pernah kepikiran berbuat hal yang diinginkan. Paling-paling kalau lagi belajar bareng pegang-pegang sambil becanda. Itu berlangsung terus sampe tingkat tiga.

Tahun ke empat, akhirnya gue pacaran sama Donna, tapi kita tetep berteman. Setahun kemudian gue ngelanjutin ke Amerika, pertamanya sih hubungan masih lancar sama semua, tapi karena gue sibuk banget akhirnya gue putus hubungan, termasuk sama Donna yang nggak tahan berhubungan jarak jauh.

Suatu hari bulan Juni 2004, di Pondok Indah Mall,






"Rio?" ada suara merdu manggil nama gue dari samping.
"Ranti? Apa kabar.. Makin seksi aja lu, sama siapa kesini?"
"Gue sendirian, gile jadi gempal gitu lu, kapan lu balik? Koq nggak pernah kasih kabar sih?" Gue lagi kuliah memang ceking, tapi manis he.. He.
"Gue balik tahun 95, gue diterima kerja di Surabaya, terus ke Balikpapan, pindah ke Pekan Baru, terahir di Batam, baru tahun lalu gue pindah Jakarta. sudah kawin lu.."
"Ya sudah dong, anak gue dua. Lu sudah kawin sama masih ngecer.."
"Sialan lu, anak gue juga dua. Eh gimana kabarnya yang lain"
"Yang lain apa Donna.."
"Ya semuanya dong"
"Kalau Sita anaknya juga dua, sekarang tinggal di Bandung dia kerja di bank N. Via di Jakarta, paling rajin bikin anak, anaknya tiga, Donna juga di Jakarta, kerjanya juga di bank C, anaknya baru satu, lu telepon gih siapa atau dia mau nambah anak dari lu, he.. He.."
"Gue sih mau aja he.. He.. Eh bagi telepon lu dong sama yang lainnya sekalian"

Setelah tukeran kartu nama dan nomer telepon dan berhahahehe akhirnya kita berpisah dengan janji akan telepon-teleponan.

Besoknya, jam 9 pagi, direct line gue bunyi.

"Hallo, bisa bicara dengan Pak Rio?" suara wanita.
"Ya saya sendiri".
"Begini Pak, saya dari PT. X mau menawarkan produk kami, bisa mengganggu waktu bapak sebentar?"
"Ya nggak apa-apa"
"Ini Pak, produk kita ini dari Amerika, bagus banget cocok sekali buat bapak"
"Produk apa sih?"
"Kontol Enlargement Pak" Pasti becanda nih cewek.
"Ini siapa sih?"
"Ha.. Ha.. Ha masak lupa sih"
"Kamu salah satu koleksi saya bukan?"
"Sialan, gue Donna sayang.."
"Hai honey.. Apa kabar cintaku.."
"Baik, gue kesitu yah, kangen nih.."
"Eh.. Masih jam kerja nih, pulang kerja aja yah, lu pulang sama siapa?"
"Sendiri, gue naik taksi"
"Ya sudah ntar pulangnya gue samper, lu di Bapindo plaza kan?"
"Betul sodara.. Jam lima ya, kalau lu sudah nyampe telepon gue. Sampe nanti yah, bye..".

Jam 5.40 gue baru nyampe di Lobby kantornya, macet banget.

"Gue sudah di lobby nih"
"Gila lu, gue sudah bengong dari tadi nih"

Begitu ketemu dia langsung maen gabruk aja, untungnya nggak ada orang kecuali dua satpam yang cengar cengir ngeliatin. Komentarnya pertama kali sama sama komentar Ranti, gue dibilang gempal.

Setelah telepon suaminya bahwa dia harus ketemu client dulu, sore itu kita ke daerah Kemang, ke sebuah restoran Chinese yang lumayan sepi dan temaram. Kita ngobrol kesana kemari, tapi gue belum berani berbuat sesuatu, paling cumin pegang tangannya. Lumayan lama juga kita disitu, sekitar jam 8 kita baru keluar dari situ. Gue anter dia sampai rumahnya di daerah Cinere, sebelum turun dia cium bibir gue, gila nekat juga nih anak.

Hari Sabtu pagi, sehabis nganter istri sama anak-anak gue ke Gambir, iseng-iseng gue telepon Donna.

"Hai.. Lagi ngapain?"
"Gak ngapa-ngapain, tumben sabtu telepon"
"Iya nih gue lagi jadi bujangan, istri gue sama anak-anak lagi pada ke Bandung, nengokin nyokapnya lagi sakit"
"Sama dong.. Suami gue juga lagi ke Medan, ketemuan yuk"
"Ya sudah, jam sepuluh gue samper ke rumah"
"Jangan ke rumah, ketemu di Cinere mall aja, gue tunggu di toko buku Kharisma"
"Oke, lu pake rok yang pendek yah"
"Mo ngapain?"
"Sudah.. Nurut aja"

Begitu liat mobil gue Donna langsung nyamperin.

"Mau kemana sih say?"
"Atau, kita jalan dulu aja"
"Terus ngapain gue disuruh pake rok pendek gini?"
"Biar gue bisa gini.." sambil gue elus-elus pahanya. Halus banget..
"Ih.. Nakal ya" tapi dianya nggak nyegah.

Untungnya kaca mobil gue lumayan gelap, jadi nggak ada yang lihat. Sambil ngobrol sepanjang jalan tangan gue menjalar sepanjang pahanya sampe mendekati CDnya. Dianya sendiri sudah nggak konsentrasi sama omongannya. Begitu gue elus permukaan CDnya, Donna langsung mendesah,

"Say.. Gue jadi pengen nih.."
"Kita ke apartemen gue aja yah"

Gue kebetulan punya apartemen di daerah Kuningan, rencananya mau disewain, tapi sampai sekarang masih belum laku. Gue langsung ngebut ke sana, sampai-sampai mau nabrak. Sudah diujung soalnya..

Untungnya dari parkiran di basement bisa langsung ke kamar, jadi nggak ketemu orang di lobby. Begitu masuk ke dalam, dia langsung mencium gue, sambil bukain kaos gue. Dalam hitungan detik kita berdua hanya tinggal bercelana dalam. Sengaja gue CDnya nggak gue buka dulu biar ritualnya lebih lamaan. Gue rebahin dia di sofa pelan-pelan ciuman gue mulai turun ke teteknya.

"Ah.. Enak banget say.. Isep bobanya dong.."

Gue nggak turutin, gue malah berdiri mandangin badannya. Masih seperti dulu, pentilnya masih coklat muda, perutnya masih rata, sekarang malah lebih seksi. Waktu pacaran dulu gue baru sampai tahapan nyium tetek, nggak punya keberanian berbuat yang lebih enak. Takut kejadian.

"Ayo dong say.. Terusin.."

Kali ini gue langsung isep bobanya,

"Ah.. Enak banget.. Gigit dong sayang.. Remes yang kencang.."

Dari tetek gue turun ke perutnya. Wuih licin banget.. Laler juga pasti kepeleset, he.. He.. Pusernya gue ciumin, Donna langsung menggeliat kegelian "Geli banget say.." Sengaja gue lewatin daerah kewanitaannya, langsung gue ciumin pahanya turun terus kebetis.

"Ah.. Ayo dong buka CD gue.. sudah nggak tahan nih.."

Nggak sabar ditarik kepala gue kearah memeknya. Pelan-pelan gue buka G-stringnya sambil gue ciumin paha dekat memeknya. Memeknya bagus banget, dengan bulu yang tidak terlalu lebat, belahannya terlihat masih berwarna pink, sama sekali nggak ada warna gelapnya.

Begitu klitnya gue jilat, "Ah.." Donna langsung teriak.
"Masukin jarinya dong sah.. Ah.. Enak banget.. Kamu apain sih.. Enak banget say.."

Dua menit kemudian kepala gue dikempit pahanya, sampai gue nggak bisa nafas.

"Ah.. Gue keluar sayang.. Ah.. Ah.. Ah.."

Gila, banyak banget cairan yang keluar. Gue sedot terus clitnya, gue gigit pelan-pelan, sambil jari gue ngubek-ngubek daerah Gspotnya. Semenit kemudian "Ah.. Gue keluar lagi.. Aduh.. Enak banget.."

Donna langsung tergeletak lemas, gue belai rambutya sambil gue cium pipinya, "Coba dari dulu kita gini" kata gue.
"He.. He.. Kamu waktu itu kan culun banget, cium tetek aja sambil gemeteran".
"Gantian sekarang kamu yang tiduran".

Begitu gue tiduran, langsung CD gue diperosotin.

"Gede banget say..".

Bibirnya yang mungil langsung mengulum kontol gue. Walaupun nggak bisa masuk seluruhnya, tapi sedotannya enak banget. Kata siapa kalau bibir tipis sedotannya nggak enak, ternyata salah besar. Gue inget kalau ponsel gue ada videocamnya,

"Say gue filmin yah.." Donna ngangguk.

Sambil gue shoot jari gue masuk ke memeknya "Ah.." Donna langsung teriak.

Ekspresi Donna yang ketangkap kamera bener-benar seksi. Lima menit Donna blow job gue, akhirnya dia nggak tahan, dia langsung duduk diatas kontol gue. Pelan-pelan diarahin kontol gue ke liangnya. Walaupun sudah basah, masuknya susah banget, sempit.

"Ah.. Lu kayak masih perawan aja Don..".
"Kontol lu kayanya yang kegedean..".

Akhir masuk juga, "Ah.. Penuh banget memek gue say.. Enak banget.. Akhirnya kita ngentot juga.. Kontol lu enak banget.. atau gitu dari dulu.. Teken terus say.. sampai mentok.. Ah.. Ngentotin terus.. Ah.. Goyangin yang kenceng.. Lebih kenceng lagi.. Yah gitu.. Ah.."

Rame banget.. Kayanya Donna seneng ngomong vulgar kalau lagi berhubungan. Gue terus filmin semua gerakan Donna. Kemudian dengan tanpa melepas, Donna balik arah. Sekarang posisinya munggungin gue. Asik juga ngeliatin pantatnya naik turun. Waktu naik kontol gue seperti tersedot keatas. Ahirnya beberapa saat kemudian.

"Gue mau nyampe.. Goyangin yang keras say.. Ah.. Ah.. Gue keluar.. Gila kontol lu enak banget.. Ah.."

Memeknya berdenyut kencang, kontol gue serasa disedot, gue jadi nggak tahan, langsung gue suruh nungging, gue masukin dari belakang. Ugh sempit banget.. nggak tahan gue "Gue juga keluar say.. Ah.."

Akhirnya kita ketiduran di sofa sambil berpelukan. Sampai sore kita ngelakuin beberapa kali lagi, segala macam posisi yang ada kita coba, sampai memori telepon gue penuh.

Minggu pagi HP gue bunyi, Donna.

"Pasti lagi bengong"
"Koq atau?"
"Soalnya telepon gue langsung diangkat, kesini dong.."
"Memang laki lu belum pulang?"
"Belum, selasa kali, itu juga kalau kerjaannya beres"
"Lagi ngerjain cewek medan kali.. He.. He.."
"Sialan lu.., gue tungguin ditempat kemarin yah.."
"Oke"

45 menit kemudian.

"Lama banget sih.."
"Macet say"

Pagi itu Donna pake rok mini dengan kaos tanpa lengan, seksi banget.

"Kemana kita?"
"Disini aja, gue pengen ML di mobil"
"Ah gila lu, banyak orang lagi"

Donna nggak peduli, dia langsung nunduk membuka resleting celana gue, kontol gue langsung dikeluarin, di kocok-kocok terus dijilatin. Untungnya gue parker agak mojok. Jadi ada mobil di bagian depan. Sambil ngisep, Donna nyopotin celana dalam sama behanya.

"Pindah ke belakang yuk" ajak gue.

Soalnya kalau didepan keliatan banget dari luar. Dibelakang, joknya langsung gue rebahin. Donna melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Kayanya sih dia belum puas dengan yang kemarin, atau memang maniak.

"Gila sedotan kamu enak banget.. Kontol gue kaya disedot vacuum cleaner ah.."
"He.. He.. He.. Emangnya pernah?"

Nggak tahan gue angkat kaosnya ke atas, gue remes teteknya, gue mainin niplenya.

"Ah.. Yang kenceng say..".

Lima menit saling kulum, saling remas, akhirnya Donna nggak tahan juga. Sambil berpegangan ke jok depan, perlahan-lahan Donna menurunkan pantatnya sambil ngarahin kontol gue ke lobang memeknya.

"Aduh.. Enak banget yo.. Sodokin yang kenceng say.. Ah.."

Gue ciumin punggungnya sambil gue remes teteknya dari belakang. Sambil melihat situasi sekeliling gue entot terus Donna. Lima menit kemudian, "Say gue mau keluar.. Ah.. Teken say.. Gue keluar.." goyangan Donna benar-benar gila. sampai-sampai kontol gue serasa dipelintir-pelintir.

Donna langsung berbalik, tanpa menunggu lagi dia langsung bergoyang lagi, lebih gila. Kaosnya diangkat keatas, "Isep say.. Gigit bobanya.. Ah.. Enak say.."

Nggak sampai dua menit kontol gua sudah berdenyut.

"Gue mau keluar say.."
"Gue juga, barengan ya say.. Ah.."
"Ah.."

Ternyata ML sambil deg-degan takut dipergokin, enak banget.

Beberapa kali sesudah itu kita mengulangi lagi di beberapa tempat parkir, di tol sambil nyetir, di motel, yang paling gila dirumahnya sewaktu suaminya keluar kota sementara anaknya main diluar.

Tiga minggu kemudian Ranti telepon gue, "Gila lu ya.."
"Apaan.."
"Gue sama via sudah lihat film lu sama Donna"

Terus..?


E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.