kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P186 Iya Neri Abg 18Yo 186 PEMERSATUDOTFUN

P186 Iya Neri Abg 18Yo 186

Tidak ada voting
Iya, Neri, Abg
P186 Iya Neri Abg 18Yo 186
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Iya, Neri, Abg yang ada pada kategori TEEN published pada 14 April 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P186 Iya Neri Abg 18Yo 186 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


I've Been Waiting for You 01


Namaku adalah Sarah Campbell. Aku sebenarnya bukan orang Indonesia asli jika anda melihat dari nama asliku. Ayahku berasal dari Australia dan ibuku juga sama halnya seperti aku. Dia juga campuran dari belanda dan Indonesia, tetapi bahasa Indonesia-nya fasih sekali tidak seperti ayahku yang hanya bisa mengerti bahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Aku memiliki hobby menonton film horror dan banyak sekali film favoritku yang mungkin bisa sekitar 1000 judul yang tidak bisa kuceritakan satu persatu di sini.

Wajahku cukup cantik menurut orang-orang. Menurut saudara sepupuku, wajahku mirip sekali dengan Neve Campbell dan mungkin karena itu orang tuaku memberi nama Campbell di belakang namaku atau karena ayahku bernama Campbell, aku sendiri tidak tahu. Aku memiliki tubuh berukuran 170 cm dan cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan, toketku berukuran 36B dan sungguh kontras dengan rambutku yang berwarna kuning keemasan. Banyak sekali laki-laki di kampusku yang mengejarku, mungkin karena aku satu-satunya bule di kelasku. Aku sendiri tidak tahu.

Ayahku bekerja di sebuah perusahaan finansial yang cukup terkenal di Australia dan dia sering dikirim pulang-pergi dari Australia ke Indonesia karena urusan bisnis apalagi perusahaan tempat ayahku bekerja memiliki anak perusahaan di Jakarta. Suatu hari ayahku kembali ke rumahku di Jakarta bersama salah seorang temannya yang bernama Simon. Simon adalah pimpinan ayahku dan usianya lebih tua dari ayahku, dia berusia 65 tahun sedangkan ayahku baru saja mencapai 50 tahun. Dalam kepulangannya ke Jakarta, dia membawakan film horror yang dia beli dari Sydney dalam bentuk VCD berjudul "I've been waiting for you."

Malam harinya disaat orang tuaku sudah tidur, aku masih tidak bisa nonton karena aku masih penasaran dengan film horror yang dibeli ayahku. Karena penasaran ingin menonton, aku keluar kamarku dan mulai mendekati VCD yang kuletakkan di meja makan dan mulai menyetel film tersebut. Menit demi menit kulalui menonton film horror itu. Suasana hati yang dicekam oleh film horror membuatku sangat kaget apalagi disaat ada sebuah tangan yang menyentuh bahuku sehingga membuatku menahan nafas dan aku ingin sekali berteriak tetapi dengan secepat kilat, tangan itu menutup mulutku dan disaat aku menepis tangan itu dan aku kaget ketika melihat bahwa tangan itu adalah milik Mr.Simon, pimpinan di perusahaan dimana ayahku bekerja.

Ketika aku memperlihatkan wajah kesal kepadanya, dia hanya berkata kepadaku "I've been waiting for you, Sarah" dan seolah-olah menirukan apa yang diucapkan oleh salah seorang karakter di dalam film horror tersebut. Aku semakin kesal karena dia mencoba menakut-nakutiku apalagi ditambah dengan suara suara background dari film yang sedang kutonton di depan mataku sehingga aku hanya membiarkan dia dan kembali menonton film yang dibeli oleh ayahku.

Akhirnya aku bersama Mr.Simon menonton film tersebut dan setiap kali ada adegan yang mengejutkanku, aku sempat tidak sengaja memeluk Mr.Simon yang duduk di sebelahku. Nampaknya Mr.Simon ini melihat ketidaksengajaanku ini sebagai suatu kesempatan. Mr.Simon tiba-tiba memelukku dan mencoba menciumiku. Tentu saja aku meronta-ronta sampai tak beberapa lama dia berhasil memagut bibirku dan menciuminya dengan ganas. Wibawa Mr.Simon dan ciuman-ciumannya yang ganas membuatku terangsang dan mulai mengikuti permainannya dan membiarkan film horror yang terus berjalan. Dia mulai meraba buah dadaku yang membuat hatiku berdesir. Kemudian dia berhenti mengulum bibirku dan mulai membuka baju yang kukenakan, diciuminya bagian tengah dadaku, sambil melepas tali BH yang kukenakan. Kemudian dia mulai menggigit-gigit buah dadaku yang cukup montok.

Dia melanjutkan aksinya dengan terus-menerus mencium, meraba dan menggigit kedua buah dadaku. Sambil meremasi buah dadaku, dia melepaskan rok yang kukenakan dan meraba pahaku, jantungku makin berdesir dan aku makin terangsang. Kemudian dia membuka celana dalamku dan mulai mencium serta menjilat cairan yang keluar dari sana. Aku semakin mendesah dan dengan refleks kuraba-raba sendiri buah dadaku. Sensasi yang timbul saat itu benar-benar sangat luar biasa. Tidak pernah kurasakan hal seperti ini dengan Anton, kekasihku yang satu kampus denganku sendiri.






Setelah itu Mr.Simon membuka celananya dan mengeluarkan batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak dan dia mencoba memasukkannya ke dalam liang kewanitaanku. Setengah sadar aku berteriak memohon padanya untuk jangan melakukan itu karena aku akan merasa berdosa, karena aku berprinsip untuk mempersembahkan keperawananku hanya pada suamiku. Tapi Mr.Simon tidak menghiraukannya dan memasukkan batang kemaluannya dengan kasar. Aku berteriak kesakitan, sementara dia hanya mengeluh keenakan dan memuji-muji liang senggamaku dengan berkata, "Ohh.. enak Sarahh.. sempit sekali.. ohh.. sempitt sekali..!" Akhirnya aku kembali tenggelam dalam kenikmatan, tiap kocokan batang kemaluannya itu kunikmati dengan erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Sesekali dia memberikan ciuman yang dalam kepadaku, yang benar-benar kunikmati. Akhir dari semua itu adalah ketika aku mencapai kepuasanku dan baru kusadari bahwa film VCD yang aku telah tonton mesti diganti dengan disk satunya lagi untuk mendapatkan keseluruhan cerita.

Dunia serasa terbalik, aku menangisi nasibku ini, tapi Mr.Simon hanya bisa menghiburku dan berjanji akan membereskan semuanya, tetapi apa yang mesti kubicarakan kepada Anton kekasihku yang sangat kusayangi itu karena sekarang kesucianku telah direbut oleh mitra kerja ayahku yang usianya jauh di atasku itu. Kemudian aku secara resmi menjadi kekasih gelap Mr.Simon. Tiap kali Mr.Simon menginginkanku, setiap kali dia mengunjungi Jakarta untuk urusan bisnis ataupun travel biasa, dia akan menelponku dan mengajakku kencan di hotel di luar kota. Tiap kali aku diberinya imbalah seribu Australian dollar. Suatu hal yang aku syukuri dan sekaligus aku merasa jijik, karena aku merasa seperti seorang pelacur.

Aku semakin lama semakin benci dengan Mr.Simon karena dia terus mengejarku baik siang ataupun malam. Bahkan di suatu hari ketika aku sedang berkencan dengan Anton, dia merusak kencan makan malamku dengan Anton dengan datang ke restaurant dimana kita sedang berkencan dan menampar Anton di depan semua orang yang sedang makan sehingga aku menjadi marah dengannya dan menampar balik Mr.Simon di depan orang banyak. Melihat itu, Mr.Simon marah bercampur malu dan meninggalkan restaurant itu. Beberapa hari kemudian, Anton ditemukan tewas dimobilnya dan menurut keterangan polisi dia mengalami kecelakaan karena pengaruh ecstacy yang ditegaknya. Mendengar itu aku langsung tidak percaya karena aku mengenal Anton dan dia tidak akan melakukan hal itu semua dan aku percaya bahwa semua ini adalah akal busuk Mr.Simon yang ingin memiliki aku.

Setelah masa 100 hari kematian kekasihku, Mr.Simon mengawiniku secara paksa, hal yang menurutnya adalah penebusan dari dosa-dosa yang dia lakukan terhadapku. Sebenarnya aku sudah ingin bunuh diri saja, tetapi Mr.Simon mengancam jika aku mati, maka orang tuaku juga mati.

Hari demi hari berlalu dan kulewatkan sebagai istri Mr.Simon. Walaupun kami sudah resmi menjadi suami istri dan dia selalu bisa memuaskan kebutuhan batinku dari hari ke hari tetapi kebencianku terhadapnya tidak pernah berkurang. Hal ini berpengaruh dengan nafsu seks-ku dengan Mr.Simon. Aku menjadi tidak bergairah dengannya dan aku selalu melampiaskan nafsuku hanya dengan masturbasi sambil melihat foto almarhum kekasihku yang selalu kusimpan di dalam dompet yang tidak pernah kupakai.

Suatu hari, aku dibelikan seperangkat desktop oleh suamiku yang sangat kubenci dan dia juga memberiku paket Internet. Hal ini dilakukan dengan alasan supaya aku tidak bosan di rumah sewaktu dia bekerja. Aku sadar bahwa semua ini dilakukan agar dia bisa memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Setelah komputer berada di rumahku, dengan pengetahuan komputerku yang sangat minim, aku memainkan mouse-ku dan akhirnya tanpa kusadari, aku masuk ke dalam website www.pemersatu.fun. Dan berikutnya aku mulai membaca cerita itu dari awal. Paragraf demi paragraf tak terasa kulalui. Luar biasa! Aku begitu terlena dan terpesona oleh cerita itu. Begitu halus, begitu artistik! Dengan piawainya si penulis menyeret diriku perlahan-lahan ke alam khayal yang sangat membangkitkan birahi. Ia bagaikan nakhoda kapal yang dengan ahlinya membawa penumpangnya menelusuri sungai tanpa goncangan dan perlahan-lahan tanpa disadari si penumpang telah berada di tengah-tengah gelombang lautan birahi.

Ketika tuntas membaca cerita itu, tak kusadari tanganku sudah berada di dibawah dan mendekap selangkanganku dengan nafas terengah. Gila, pikirku. Belum pernah aku terangsang dengan hebat seperti ini.

Hari-hari berikutnya kulalui dengan setiap malam membaca cerita-cerita di dalam situs www.pemersatu.fun lagi. Dan setiap kali itu pula sesudahnya akupun tak dapat tidur dengan cepat dan aku selalu mengakhirinya dengan masturbasi tanpa sepengetahuan suamiku, Mr. Simon. Aku berhari-hari termenung dan memikirkan perubahan yang terjadi dalam diriku. Sepertinya tak masuk akal bagi diriku. Bagaimana mungkin aku dapat terseret ke dalam pikiran nafsu hanya dari sebuah cerita.

Akhirnya dengan perasaan ragu kutulis sebuah email ke salah satu penulis cerita yang kupilih secara random. Ia mencantumkan alamat emailnya di akhir cerita. Aku hanya menuliskan sebuah komentar singkat yang memuji kualitas cerita yang dibuatnya, sambil berharap dalam hati semoga ia tak membalas dengan sebuah "junk email".

Beberapa hari kemudian ia membalas email-ku, sembari meminta maaf karena tak dapat membalas dengan cepat. Kebalikan dari yang kuragukan, ternyata ia sangat sopan sekali dan berterima kasih atas apresiasiku terhadap ceritanya. Diakhir email-nya ia menanyakan identitasku lebih jauh, sembari menyebutkan kalau dirinya berada di kota Surabaya. Ia mengaku berusia 31 tahun dan berwiraswasta dengan sebuah perusahaan kecil yang bergerak di bidang ekspor barang kerajinan. Kubalas email-nya. Dan hari-hari berikutnya pun kami mulai berteman dalam dunia internet. Kualitas komunikasi kami semakin meningkat ketika ia menyarankan untuk memasang software ICQ di komputerku dan berikutnya akhirnya aku hampir tiap hari ber-chatting ria dengannya.

Bermacam-macam topik pembicaraan yang kami lakukan. Soal pekerjaan dan dunia bisnis, soal politik dan lain sebagainya. Ia benar-benar menampakkan kualitas seorang lelaki, setiap pembicaraan kami selalu berlangsung dengan intens. Ia berwawasan sangat luas, tak pernah satu topik pembicaraan pun yang tak dapat dilayaninya. Pantas cerita yang ditulisnya bermutu, pikirku. Terus terang didalam menulis cerita ini aku banyak diilhami oleh gaya penulisannya.Dan yang sangat kukagumi, sampai sejauh itu tak pernah satu kalipun ia memulai pembicaraan yang mengarah ke persoalan seks. Namun ketika aku memancingnya, iapun dengan lancar membawaku ke dalam "sex jokes" dan bahkan sesekali ia melakukan "seducting" dengan tanpa kusadari. Ia memang piawai dalam soal verbal.

Suatu hari ia menawariku untuk bertemu. Hatiku berdebar tak karuan, baru pertama kali ini ia melakukan suatu dengan memulainya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. Ia mengatakan jika ada sebuah pesta ulang tahun adik perempuannya di sebuah villa pada hari Minggu dan ia mengundangku untuk hadir. Diberikannya nomor handphone adiknya dengan maksud supaya kuyakin, walaupun ia mengatakan itu agar aku bisa dipandu untuk memudahkan menemukan villa tersebut. Pada hari yang dijanjikan aku datang ke villa tersebut tanpa sepengetahuan suamiku karena suamiku berada di Miami sekarang untuk jangka waktu 1 bulan sehingga aku menganggap ini sebagai suatu kebetulan.

Bersambung ke bagian 02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.