Cerita Dewasa:
Keperjakaanku Yang Hilang - 2
Dari bagian 1
Mungkin Mbak Yn yang sudah berpengalaman mengetahui keadaanku hingga semakin kencang meremas dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang. Napasku seolah terhenti, dan mataku erat terpejam saat kurasakan sesuatu yang mendesak di perut bagian bawahku tidak dapat kutahan lagi dan meledak. Badanku serasa mengawang dan kurasakan suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan saat rasa ingin kencing yang tidak dapat kutahan lagi keluar dan membasahi tangan lembut Mbak Yn. Crrtt! Cratt!
"Ahh!", tanpa sadar aku melenguh.
Aku jadi malu sekali pada Mbak Yn.
"Enak dik?" bisik Mbak Yn mesra.
"Ah, Mbak Yn. Saya jadi malu karena mengotori tangan Mbak"
"Enggak apa-apa kok. Memang Adik belum pernah keluar itu-nya?"
"Kalau onani sendiri sich pernah Mbak, tapi kalau yang begini, be.. belum Mbak.."
"Terus kalau tidur sama cewek sudah pernah belum?"
"Be.. belum Mbak. Saya enggak berani"
"Nah kalau belum pernah dan ingin merasakan tidur dengan cewek, nanti kita bisa nginap dulu sebelum pulang. Adik mau enggak?"
"Ah, sa.. saya takut Mbak!"
"Lho, takut sama siapa? Kan Mbak enggak nggigit, malah mau bikin kamu enak, iya kan?"
Aku terdiam karena tidak tahu musti menjawab apa. Disisi lain aku ingin dan penasaran sekali merasa kan bagaimana rasanya tidur dengan cewek, sementara di sisi lain aku merasa takut pada apa. Entahlah aku tidak tahu. Mungkin dogma agama yang telah tertanam dalam diriku bahwa perbuatan tersebut adalah zina, membuat rasa takutku timbul. Lama aku bergulat dalam pikiranku antara ya dan tidak, tetapi rupanya syeitan telah keluar sebagai pemenangnya. Kediamanku ternyata dianggap sebagai persetujuanku.
Bus kami sampai ke Kota P dini hari. Pukul 03.00 bus kami sudah masuk terminal. Sementara untuk pulang harus berganti bus lagi dan belum ada bus yang ke kotaku yang berangkat. Apalagi Mbak Yn yang dari kotaku masih harus naik angkutan pedesaan lagi, jadi cukup beralasan kalau kami akhirnya memutuskan untuk menginap. Kami pun akhirnya mencari penginapan yang banyak bertebaran di sekitar terminal.
Singkat cerita kami pun check-in satu kamar. Kemudian aku langsung masuk kamar mandi dan mandi karena risi CD-ku basah sekali oleh air maniku sendiri setelah di bus tadi aku sempat mengalami orgasme karena dikerjain Mbak Yn. Selagi mandi tiba-tiba Mbak Yn masuk ke kamar mandi dengan tanpa sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang putih. Aku terkesiap. Mataku melotot menyaksikan pemandangan luar biasa yang baru seumur-umur kulihat ini. Tubuhnya yang polos berdiri didepan mataku tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Kulitnya putih bersih, perutnya yang cukup rata tanpa guratan bekas melahirkan kelihatan serasi dengan tonjolan bukit toket-nya yang sedang besarnya yang masih kencang menggantung di dada Mbak Yn. Bobanya kulihat besar dan berwarna agak kecoklatan. Sementara di bagian bawah perutnya tampak tonjolan bukit yang lebat ditumbuhi bulu-bulu hitam yang sangat lebat. Sehingga kulihat sangat kontras sekali perpaduan antara kulitnya yang putih bersih tanpa cacat berpadu dengan sebentuk warna hitam yang terpusat di bawah perutnya.
Aku masih melongo saat ia memencet hidungku sambil tersenyum dan mengatakan ingin ikut mandi sekalian.
"Aku mandi sekalian aja. Soalnya udah keburu ngantuk, biar tidurnya enak!", demikian ia berkilah.
"Ak.. aku malu Mbak", dalam hatiku sebenarnya senang soalnya ini adalah pertama kali aku dapat melihat tubuh wanita telanjang. Setan benar-benar telah memenangkan diriku. Yang kuingin pada saat itu adalah cuma rasa penasaran. "Alaah.. pakai malu segala", desisnya, "Ayo sini Mbak mandiin"
Aku diam saja karena tak mampu berkata-kata lagi. Kemudian Mbak Yn mengambil sabun dan mulai menggosok tubuhku yang sudah basah dengan tangannya yang penuh sabun. Perlahan rasa nikmat itu menyerangku lagi saat tangan Mbak Yn menggosok punggungku dengan sabun dan sebentar-sebentar tonjolan lembut dan hangat di dadanya menekan punggungku dari belakang saat ia menyabun dadaku dari arah belakang.
"Akhh", aku mendesah panjang saat Mbak Yn dengan memelukku ketat dari belakang menyabun tubuhku bagian bawah, aku begitu terangsang.
Di punggungku menempel ketat tonjolan bukit toket yang lembut dan hangat, sedangkan selangkanganku digosok-gosok dan diurut tangan Mbak Yn yang lembut. Kupejamkan mataku untuk menikmati sensasi yang luar biasa bagiku. Aku merasakan betapa batang kemaluanku yang sudah tegang berdenyut-denyut dalam genggaman tangan Mbak Yn yang licin karena busa sabun. Ia terus mengurut-urut batang kemaluanku keatas dan kebawah dengan lembut dengan sesekali diselingi remasan dikantung buah zakarku. Napasku kian memburu dan desahanku kian kencang.
"Ouchh, shh, Mbaakk.. ouchh!", aku hampir saja merasakan adanya sesuatu yang mendesak hendak keluar dari bawah perutku.
Dan Mbak Yn yang rupanya sudah cukup berpengalaman tahu keadaanku hingga ia menghentikan aksinya.
"Sekarang gantian Mbak yang dimandiin dong", pinta Mbak Yn tak berapa lama kemudian.
Aku pun mengguyur tubuh telanjang Mbak Yn dengan air dan kemudian tanganku dengan canggung mulai menyabuni punggungnya.
"Pelan-pelan Dik, jangan takut.", bisiknya yang membuat keberanian dan rasa PD-ku mulai bangkit.
Aku pun mulai meraba (menyabuni) punggung Mbak Yn kemudian tanganku mulai berani nakal mulai turun ke pinggulnya, terus turun dan akhirnya dengan gemas tanganku mulai meremas sambil menyabuni buah pantat Mbak Yn yang besar dan indah. Lalu setelah puas bermain-main dengan pantat Mbak Yn, aku pun mengikuti gaya menyabun Mbak Yn tadi. Tanganku merayap ke depan dan mulai menyabuni kedua buah gumpalan yang menggantung indah di dada Mbak Yn. Dengan gemas kuurut bukit kembar itu sehingga bobanya mulai mengeras.
"Oohh, enaakk Diik. Terusshh, shh!", Mbak Yn mendesis-desis seperti orang kepedasan.
Aku pun tak lupa menempelkan batang kemaluanku yang sudah mengencang sejak tadi ke tengah-tengah belahan buah pantat Mbak Yn yang membuatku merasa sangat nikmat. Apalagi Mbak Yn kemudian menggoyangkan pinggulnya menggeser dan semakin erat menekankan batang kemaluanku ditengah belahan kedua belah buah pantatnya yang licin karena sabun.
"Ouchh, ter.. ter.. ushh Dik", Mbak Yn mendesis desis ketika tanganku mulai bergerak-gerak menyabuni gundukan bukit kecil yang lebat ditumbuhi rambut di selangkangan Mbak Yn.
Tubuhnya semakin liar bergerak menggeser batang kemaluanku yang terjepit disela-sela bongkahan buah pantatnya. Tubuh kami yang licin sangat membantu pergerakan dan gesekan-gesekan tubuh kami. Hal ini membuat sensasi yang luar biasa bagi kami berdua. Batang kemaluanku yang terjepit diantara belahan buah pantat Mbak Yn dan tubuhku sendiri semakin berdenyut denyut. Aku sudah tidak tahan lagi.
"Oochh.. Mbaakk aku su.. sudah tak ku.. aatthh mbaak!", bisikku di telinganya.
Mbak Yn pun menghentikan gerakannya dan memintaku untuk segera membersihkan tubuh kami dari sabun.
Beberapa siraman air dingin ternyata cukup untuk menolongku untuk tidak sampai mengeluarkan air maniku yang sudah mendesak-desak ingin disalurkan. Aku merasa agak cool walau pun batang kemaluanku masih tegak berdiri. Dan setelah selesai mengeringkan tubuh kami dengan handuk, Mbak Yn segera menuntunku untuk menuju ke tempat tidur. Dengan masih bertelanjang bulat kami bergandengan tangan dan melemparkan tubuh kami ke tempat tidur double bed yang empuk.
Kami berbaring saling bersebelahan. Mbak Yn yang sudah berpengalaman rupanya tahu bahwa aku masih sangat hijau dalam hal seperti ini. Dengan serta merta tanganku dibimbingnya ke arah dadanya, sementara tangannya sendiri juga mulai mengelus dadaku. Kembali kami saling raba dan saling pencet. Tanganku segera meremas bukit toketnya dengan gemas bergantian kanan dan kiri.
"Oohh, terushh Diik", Mbak Yn terus mendesah.
"Aahh!", aku pun ikutan mendesah tatkala tangan Mbak Yn kembali mengurut-urut batang kemaluanku dengan lembut.
Tubuhku menggigil menahan kenikmatan yang luar biasa ketika tangan Mbak Yn mengocok-ngocok batang kemaluanku. "Mbaak, oohh!"
"Sek.. sekarang kamu naik.. Diik.. oochh", Mbak Yn pun rupanya sudah tak tahan lagi.
Kemudian direntangkannya kedua pahanya lebar-lebar dan disuruhnya aku untuk naik ke atas perutnya.
Aku pun dengan arahan Mbak Yn segera menempatkan diri di tengah-tengah pentangan pahanya dan mulai menindih tubuhnya. Tangan Mbak Yn segera memandu batang kemaluanku dan diarahkannya ke tengah-tengah gundukan daging di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi rambut.
"Akhh!", aku mengerang saat ujung kepala kemaluanku mulai digesek-gesekkan oleh Mbak Yn ke celah-celah yang begitu hangat dan sudah basah.
"Doronghh.. pelan-pelannh diik. Ouchh!"
"Hkk. Ouchh", napasku seolah terhenti seketika ketika ujung kepala kemaluanku mulai menerobos celah yang sempit, hangat dan licin di sela-sela paha Mbak Yn.
Mbak Yn pun kudengar napasnya tertahan "Achh, oochh, terushh.. doronghh!"
Aku terus mengikuti aba-aba Mbak Yn. Kutarik pantatku ke atas begitu kurasakan kira-kira hampir separuh batang kemaluanku terbenam dalam celah kemaluan Mbak Yn, dan kemudian kudorong lagi kebawah. Setelah beberapa kali kulakukan hal itu aku disuruh untuk menekan dan membenamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya.
"Sekkaranghh, ma.. masukkanhh.. Ouchh!", Mbak Yn menjerit tertahan saat kutekan pantatku kuat kuat hingga seluruh batang kemaluanku terbenam kedalam liang kemaluannya yang masih cukup sempit dan sangat hangat.
Mbak Yn pun segera menggerakkan pinggulnya memutar.
Baru beberapa putaran dilakukan Mbak Yn. Tiba-tiba aku merasakan seolah-olah batang kemaluanku seperti diremas-remas oleh jepitan daging yang licin dan hangat sehingga mataku sampai terpejam erat-erat menahan nikmat yang amat sangat. Aku merasakan seolah olah ada desakan yang maha dahsyat yang mendesak dari bawah pusarku. Desakan itu terlalu kuat untuk dapat kutahan.
"Ouuchh.. Mbakk, akk sudahh oochh", dengan erangan yang panjang aku merasakan seolah-olah tubuhku tersentak oleh aliran listrik ribuan volt, jiwaku seolah melayang dan kepalaku terdongak ke atas.
Mbak Yn yang sudah tahu kondisiku semakin gila memutar pantatnya diangkatnya pantatnya tinggi-tinggi untuk menyongsong sodokanku.
"Terr.. russh. Terushh.. ohh.. terusshh", desisnya tak henti-henti.
Sementara aku sudah tidak mampu lagi menahan ledakan yang sedari tadi kucoba untuk menahannya. Dan crrt, cratt! Jebollah pertahananku. Air mani keperjakaanku menyembur di dalam liang kemaluan Mbak Yn yang hangat dan memenuhi semua celah yang ada didalamnya. Badanku masih menggeliat-geliat untuk beberapa saat lamanya seolah-olah menuntaskan sisa-sisa kenikmatan yang ada.
"Terr.. ushh.. Diikk, terusshh!", desisnya berulang-ulang.
Namun aku sudah tak mampu bergerak lagi.
Dengan gemas Mbak Yn yang rupanya sedang dalam pendakian segera membalik tubuhku dan kini posisinya menindihku. Walau pun sudah terkuras air maniku, namun batang kemaluanku belum begitu mengendur. Sekarang giliran Mbak Yn yang bergerak diatas perutku. Tubuhnya bergerak liar seperti seorang joki yang sedang menaiki kuda balap. Toketnya bergoyang-goyang indah.
"Ayo, putar pinggulmu Diikkh.. ouchh"
Aku pun mengikuti 'komando'-nya. Kugerakkan pinggulku memutar seperti yang diinginkan Mbak Yn.
"Ya, ya.. beg.. ituu. Ouchh! Terushh!", akhirnya kurasakan jepitan liang kemaluan Mbak Yn semakin erat menjepit batang kemaluanku.
Tubuh Mbak Yn tersentak dan matanya membeliak.
"Ouchh, terrushh", dan akhirnya tubuhnya ambruk diatas perutku.
"Shh.. kamu.. sudah cukup hebbathh Dikk!", napasnya mulai teratur.
"Tapi saya kalah Mbak, saya sudah keluar duluan!"
"Enggak apa apa. Mbak juga bisa orgasme kok! Memang kamu baru kali ini merasakan ngentot ya Dik?"
"Iya Mbak. Terima kasih ya Mbak telah memberikan pengalaman yang berharga bagi saya"
"Saya justru yang berterima kasih, kamu telah memberikan kehangatan pada Mbak yang sudah cukup lama tidak merasakan seperti ini sejak bercerai dulu"
Begitulah kami pun lalu beristirahat sambil tetap berpelukan dengan tubuh Mbak Yn masih tetap menindihku dan batang kemaluanku masih tetap menancap di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Yn.
T A M A T