kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P23 Sudarty 18Yo Abg Chindo Putih Mulus Binal 23 PEMERSATUDOTFUN

P23 Sudarty 18Yo Abg Chindo Putih Mulus Binal 23

Tidak ada voting
Sudarty, Abg, Chindo, Putih, Mulus, Binal
P23 Sudarty 18Yo Abg Chindo Putih Mulus Binal 23
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Sudarty, Abg, Chindo, Putih, Mulus, Binal yang ada pada kategori TEEN published pada 27 Oktober 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P23 Sudarty 18Yo Abg Chindo Putih Mulus Binal 23 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Gairah Tante Vivi 03


Sambungan dari bagian 02

Tante Vivi sambil tersenyum manis ke arahku rebah telentang dengan posisi setengah mengangkang mempertontonkan seluruh anggota tubuhnya yang paling terlarang. Kedua buah dadanya yang ternyata memang sangat besar terlihat masih begitu kencang, sama sekali tidak kendor, membentuk bulatan indah bak buah semangka. Kedua puting toketnya yang kecil berwarna coklat kemerahan mengacung ke atas seolah menantangku untuk segera kujamah. Begitu pula perutnya masih terlihat ramping dan seksi tanpa lipatan lemak, menandakan Tante Vivi belum pernah melahirkan seorang anak. Aku menelan ludah melihat bagian bawah tubuhnya yang kini ternyata tak memiliki sehelai rambutpun. Rupanya Tante Vivi telah mencukur habis bulu kemaluannya yang kemarin sempat kulihat begitu sangar dan vulgar.

oohh.., tanpa terasa mulutku mendesah takjub menyaksikan keindahan bukit kemaluannya yang besar. Seumur hidup baru kali ini aku menyaksikan alat kemaluan wanita dari keturunan Tionghoa. Belahan bibir kemaluannya yang sangat putih mulus walau sedikit kecoklatan terlihat sangat tebal membentuk sebuah bukit kecil mulai sekitar 6-8 centi di bawah pusar yang terbelah di bagian tengahnya sampai ke selangkangan bagian bawah di atas lubang duburnya yang hitaman kecoklatan. Labia Mayoranya yang sangat merangsang itu terlihat masih saling menutup rapat satu sama lain meskipun Tante Vivi sudah setengah mengangkangkan kedua pahanya, seolah menyembunyikan liang memeknya yang memang sangat terlarang. Ini berarti liang memeknya pasti masih sangat sempit walaupun ia sudah tak perawan lagi. Dari lekukan sempit dan panjang yang terbentuk dari kedua belah labia mayoranya itu aku sedikit dapat melihat dan menduga betapa merahnya liang kenikmatan miliknya.

Batang kontolku yang semula agak lemas kini langsung kembali perkasa. Dengan cepat kurasakan kepala kontolku kembali mendesak ke atas melongok keluar dari celana dalam seolah ingin mengintip apa yang sedang terjadi dihadapanku dan membuatku takjub.
oohh.., Vivi..", bisikku lemah. Batinku seolah menyerah kalah., "Maafkan aku Selva.., aku sangat mencintaimu.., tapi ini hanyalah seks.., bukan cinta.."

Lalu kreekk.., Dengan gemas kurobek celana dalamku yang terasa kecil bagi alat kelelakianku. Aku sudah tak peduli lagi dengan segala sesuatunya. Batang kontolku yang tegang itu langsung mengacung keluar setengah mengarah ke atas sambil manggut-manggut naik turun menyetujui pikiranku yang ngeres. Aku sedikit heran juga menyaksikan batang kontolku yang kelihatan sedikit lebih besar dari biasanya, begitu pula dengan kepala kontolku yang terlihat begitu nanar dan mekal berwarna kemerahan saking tegangnya. Urat-urat diseluruh permukaan batang kontolku sampai menonjol keluar semua membentuk guratan-guratan kasar setengah melingkar.

Dengan lutut setengah gemetar seakan tak percaya menyaksikan semua itu, perlahan-lahan aku mulai naik ke atas pembaringan menyusul Tante Vivi yang sudah menungguku sejak tadi. Dengan rambut setengah terurai di pipi Tante Vivi tersenyum manis memamerkan keindahan bibir dan gigi-giginya yang putih menawan. Matanya seolah meredup dan pasrah. Namun nafasnya sedikit terdengar kurang teratur menandakan ia sedikit tegang atau mungkin juga ia sedang dilanda nafsu birahinya.
"Vivii..", bisikku penuh nafsu. Setengah dag-dig-dug kubaringkan tubuhku persis di sebelah kanan tubuhnya yang bugil. Kupandangi wajahnya yang cantik mempesona, lalu dengan jemari gemetar kuelus mesra kedua belah pipinya yang halus. Tante Vivi tersenyum manja padaku.






"Ar.., beri aku kenikmatan..", bisiknya tanpa malu-malu. Sorot matanya terlihat lemah seolah memohon. Aku tersenyum penuh gairah.
"Aahh Vivi.., aku akan memberimu kepuasan.., aahh.., kau lihat kontolku Vi.., dia yang akan memberimu kenikmatan..", bisikku nakal. Tante Vivi mau tak mau melirik ke bawah menyaksikan alat vitalku yang besar dan keras saking kuat ereksinya.
"Iihh.., hik.., hik.., kau nakal Ar.., oohh.., sshh.., lakukanlah sekarang Ar..", tiba-tiba ia berbisik sedikit keras. Aku terkaget heran.
"Sekarang Tante..?", tanyaku heran, sedikit kurang sambung.
"Yaa.., sekarang Ar.., naiki aku.., masuki tubuhku sekarang.., sshh..", bisiknya semakin keras. Sembari jemari tangan kirinya memegang lenganku mengajak untuk..

Astagaa.., Tante Vivi begitu bernafsunya sampai tanpa sungkan-sungkan lagi memintaku untuk segera menyetubuhinya. Namun sebenarnya aku masih ingin mencumbunya terlebih dulu, menikmati kehalusan kulit tubuhnya, meremas-remas dan menghisap kedua puting susunya sampai puas dan yang paling aku gemari adalah pasti mencumbu alat kelaminnya sampai ia orgasme seperti yang sering aku lakukan terhadap Dina. Terus terang aku sudah tergila-gila pada alat kelamin wanita. Setiap akan bersenggama dengan Dina tak pernah sekalipun aku mengawali persetubuhan tanpa terlebih dahulu aku mencumbu alat kewanitaannya sampai Dina orgasme berulang-ulang. Baru setelah Dina lemas kehabisan tenaga setelah melepas kenikmatan, aku baru memasukkan batang kontolku ke dalam liang memeknya yang sempit dan licin terkena muntahan cairan orgasmenya, mengocoknya di dalam situ sampai air maniku muncrat ejakulasi.

"Kita bercumbu dulu Tante..", bisikku merasa diatas angin. Aku bisa menduga mungkin Tante Vivi terlalu lama menahan keinginan seksualnya sampai begitu kesempatan untuk itu ada ia sudah tak mampu menahan gejolak birahinya yang sekian lama tertahan.
"aahh.., kita lakukan sekarang saja Ar..", bisiknya seolah setengah memaksa. Tanpa rasa malu sedikitpun. Kuperhatikan jemari tangan kirinya kini telah berada di atas selangkangan mengusap-usap bukit kemaluannya yang montok merangsang.

Astaga.., rupanya Tante Vivi sudah tak tahan lagi. Aku tersenyum penuh gairah, aku tahu liang memeknya pasti sudah gatal karena sekian lama tidak dipakai. Beruntung sekali suami Tante Vivi dulu yang pertama kali mencicipi dan menikmati keperawanannya.., pasti luar biasa nikmat saat pertama kali menembus liang memeknya yang sempit. mm.., aku jadi tak tahan karena teringat saat pertama kali batang kontolku memasuki liang memek Dina dan merobek selaput keperawanannya. Adalah saat terindah bagi seorang laki-laki ketika memuntahkan air maninya dengan sepenuh rasa nikmat ke dalam liang memek seorang wanita yang masih perawan. Saya telah mengalami hal itu dan memang luar biasa nikmat. Dan kini mungkin saatnya bagi saya untuk menikmati liang memek seorang janda.., mm.., pikirku ngeres.

"Kau yakin Vi.., kita tidak bercumbu dulu sayang..", bisikku gemas.
"Ar.., kamu nakal..", sahut Tante Vivi padaku, wajah cantiknya kelihatan memelas. Aku jadi geli baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita dengan nafsu seks sebesar Tante Vivi, sampai memelas-melas seperti ini. Tapi aku maklum karena mungkin Tante Vivi telah ngempet tidak berhubungan seks bertahun-tahun. Tapi bagaimanapun aku berpantangan untuk tidak langsung menyetubuhinya. Tante Vivi bukanlah ayam betina yang langsung saja bisa digagahi. Aku ingin memberinya terlebih dahulu sensasi-sensasi seks terindah pada seluruh sekujur tubuhnya sampai ia benar-benar merasakan puncak sekaligus akhir dari pendakian indah sebelum memasuki tahap persetubuhan untuk mencapai kenikmatan sesungguhnya. Walaupun sebenarnya aku mau saja langsung menggagahinya dan memuasinya dengan cepat, tapi bagiku itu tiada berkesan selain merasakan kenikmatan sesaat. Dan seolah bagai mimpi saja ketika akhirnya dengan sigap aku telah berada diatas tubuh Tante Vivi yang telanjang bulat dan menindihnya gemas.

Kami berdua secara bersamaan melenguh nikmat saat kulit tubuh kami saling bersentuhan dan akhirnya merapat dalam kemesraan. Aku tak pernah menyangka bisa meniduri bidadari secantik Tante Vivi. Batang kontolku yang berdiri tegak seakan kena setrum saat menyentuh bukit kemaluan Tante Vivi yang halus dan sangat empuk. Maklum bukit kemaluannya memang relatif sangat besar dan montok. Jauh lebih montok dibanding milik Dina.

Dengan nakal kepala kontolku menyelip diantara bibir kemaluannya yang rapat. mm.., terasa begitu nikmat saat kulit kepala kontolku menggesek daging celah labia mayoranya dan menyelip ke dalam. Tante Vivi mungkin mengira batang kontolku ingin memasuki liang memeknya, karena begitu kepala kontolku menyelip di antara labia mayoranya kurasakan ia membuka kedua pahanya lebar-lebar. Aku merasa betapa begitu halus kulit kedua belah pahanya yang langsung mengapit pinggangku lembut. Sengaja aku tidak menekan pinggulku terlalu ke bawah untuk berjaga-jaga agar jangan sampai kepala kontolku sampai terdorong kebawah memasuki liang memeknya, walau aku sebenarnya juga bisa menduga pasti tidak mudah bagiku nanti memasukkan alat kejantananku ke dalam liang memeknya. Kalau benar Tante Vivi sudah lama tidak berhubungan seks.., mm.., liang memeknya pasti sempit luar biasa.

Sambil mengusap mesra rambut Tante Vivi yang panjang, mulutku dengan gemas kembali mengecup dan mengulum bibir Tante Vivi yang basah dan hangat. mm.., cupp.., cupp.., mulutku secara bergantian mengulum bibirnya yang atas dan yang bawah. Dengan tak kalah mesra Tante Vivi membalas cumbuanku pada bibirnya. Sesekali lidahnya dijulurkan keluar untuk dengan segera kuhisap dan kukulum mesra. Terasa begitu gurih manis lidah dan bibirnya. Sementara bibir kami bercumbu, kurasakan dua sensasi indah di dua tempat yang paling terlarang pada tubuh Tante Vivi. Pertama di selangkangannya, kedua di bagian dadanya.

mm.., kedua toketnya yang luar biasa besar itu terasa begitu kenyal dan padat menekan nikmat dadaku, kedua puting toketnya yang lancip seakan menggelitik kulit dadaku. Kedua jemari tangan Tante Vivi yang halus mengusap-usap gemas daging bokongku, berulang kali ia mencoba untuk menekan pantatku ke bawah agar batang kontolku segera memasuki liang memeknya, namun aku bertahan agar pinggulku tetap setengah terangkat, hanya kepala kontolku saja yang sedikit terjepit diantara labia mayoranya. Butuh suatu kesabaran agar rasa nikmat pada kepala kontolku yang sudah setengah terjepit di bibir kemaluannya itu tidak membuatku berbuat lebih jauh lagi menuruti keinginan Tante Vivi yang sudah ngebet.

Sesekali Tante Vivi dengan tak sabar menyelipkan jemari tangan kanannya diantara selangkangan kami, lalu dengan gemas ia meremas batang kontolku dan mengarahkan kepala kontolku yang sudah setengah terjepit di situ ke mulut liang memeknya yang terasa licin dan buntu, menandakan liang memeknya itu sangat jarang dipakai. Mungkin hanya mantan suaminya saja dulu. Aku segera menarik pinggulku agak ke atas karena terasa geli-geli nikmat pada batang kontolku yang diremasnya. Aku melepaskan ciumanku pada bibir Tante Vivi.

"Aaoohh.., Tante geli ahh..", erangku setengah keenakan.
"Uuhh.., kamu nakal Ar..", bisik Tante Vivi lirih. Bibirnya yang ranum kemerahan sangat basah penuh air liurku. Kulihat wajah cantiknya tampak berkeringat basah. Kelihatan ia sudah sangat ngebet kepingin senggama. Kedua matanya yang semakin sipit memandangku lemah seolah memelas. Aku kasihan juga melihatnya.
"Tante sudah kepingin sekali yaachh..", bisikku gemas melihatnya.
Tante Vivi tidak menjawab namun jemari tangannya mencubit pinggangku keras-keras. Aku memekik kesakitan. "Aaoowww..".

Lalu dengan gemas, mulutku kembali melumat bibir ranumnya yang basah.., hanya lima detik mulutku melepas bibirnya dan bergerak ke atas dan, "Oouuhh..", Tante Vivi merintih manja saat bibir dan lidahku dengan gemas mulai menggelitiki telinga kirinya. Sesekali gigiku setengah menggigit membuat Tante Vivi menggelinjang geli keenakan.
"Nngghh.., eenngghh.., Ar..", pekiknya lirih. Ia sangat terangsang sekali dengan ulahku.

30 detik kemudian dengan cepat aku menggeser tubuh ke bawah. Kini saatnya bagiku untuk bermain-main dengan kedua buah toketnya sepuas mungkin. Kali kurebahkan perutku merapat ke tubuh Tante Vivi, dan mm.., perutku terasa menekan nikmat bukit kemaluannya yang besar.., sedikit kurasakan kalau bukit kemaluannya itu sedikit agak kasar, seperti bekas kalo ada rambut yang dicukur.

Dari dekat aku dapat menyaksikan betapa luar biasa besarnya toket Tante Vivi, warnanya begitu putih bersih dan mulus. Kedua puting toketnya yang kecil lucu seakan tidak sebanding dengan besar susunya, berwarna coklat kemerahan. Baru kali ini aku melihat seorang wanita memiliki susu yang sangat besar, selama ini aku hanya melihatnya di dalam film BF, itupun milik cewek bule. Bahkan jemari tanganku yang kubuka selebar mungkin masih belum bisa melingkari bulatan kedua buah dada Tante Vivi yang extra large. Dalam hati.., susu sebesar ini berapa ukuran BH-nya yaah.., aku jadi makin tegang sendiri memikirkannya. Dengan gemas kedua jemari tanganku yang sudah melingkari kedua buah dadanya bergerak meremas-remas pelan.., woowww.., begitu kenyal, kencang dan hangat.

"Nngnngghh.., oouuhh", Tante Vivi memejamkan kedua matanya dan mulutnya yang basah mengerang keenakan. Aku tersenyum. "Kuperkosa habis-habisan kau nanti Tante.." bisikku dalam hati penuh nafsu. Aku menunduk dan mulutku mulai menghisap nikmat susunya yang sebelah kiri secara perlahan. Lidahku dengan gemas menyentil putingnya dan menggigit pelan.
"Aawww.., nngghh..", Tante Vivi merintih semakin keras. Aku jadi ikutan terangsang. Mulutku mulai menghisap putingnya sedikit lebih keras dan semakin keras. Kubuka mulutku selebar mungkin, seolah ingin menelan susunya. Kuhisap sekuatnya susu kirinya sampai pipiku terasa kempot, lidahku dengan ganas memilin-milin putingnya dengan perasaan geregetan.
mm.., nikmatnya.., Pop.., pop.., berulang kali aku menghisap dan melepaskan hisapanku dengan kuat sampai berbunyi nyaring. Puas dengan hisapan, lidahku yang basah kujalarkan menjilati seluruh permukaan toketnya sampai penuh dan basah oleh air liur.

Tante Vivi bergerak semakin liar. Mulutnya berulang kali memekik dan mengerang keenakan menikmati sedotan mulutku pada susunya.
"Aawww.., ngghh.., awww..". Jemari tangannya tak tahan mengerumasi rambut kepalaku dengan gemas. Mulutku kini berpindah untuk menghisap, mengulum dan menjilati susunya yang sebelah kanan, sementara susunya yang kiri gantian kuremas-remas dengan lembut. Seperti juga yang kiri, aku mengenyot-ngenyot toket kanannya membuat Tante Vivi semakin menggeliat hebat keenakan.
"aawww.., Ar.., hu.., hu.., sudah Ar.., ngghh.., sudah sayang..", erangnya tak kuat menahan rasa nikmat. Aku semakin bersemangat. Kuhisap, kukulum, kupilin, kukenyot dan kujilati toketnya yang kanan berulang-ulang kali tanpa ampun, membuat Tante Vivi berulangkali pula memintaku untuk segera menyudahi.
"aawww.., sudah sayang.., aduuh.., hu.., huu.., ngghh.., k.., kau nakal Ar..", erang Tante Vivi sambil tetap mengerumasi rambut kepalaku. Aku tak peduli, cukup lama sekali aku mengenyot dan menyusu kedua belah toketnya yang besar. Mungkin sekitar 10 menitan lebih.

Setelah puas barulah aku dapat melihat kedua buah dadanya yang tadinya begitu putih mulus dan bersih itu kini sampai basah penuh liur, dan di sana sini tampak kemerahan bekas hisapan mulutku. Terutama disekitar kedua putingnya yang kini tampak semakin merah saja, kulihat ada sedikit guratan merah di situ mungkin bekas gigitanku tadi.., gemass sih.

Tante Vivi memandangku sayu, kedua matanya sedikit berair dan memerah, bibirnya gemetar. Wajah cantiknya itu kelihatan sedikit geregetan.
"Kamu benar-benar nakal sekali Ar.., Awas kamu yaa..", bisiknya lirih padaku seakan ingin membalas dendam. Aku tersenyum padanya, lalu tiba-tiba kedua jemari tangannya tadi mendorong kepalaku ke bawah.
mm.., rupanya Tante Vivi ingin aku mencumbu alat kemaluannya. Woowww.., ini favoritku malah.., dengan sigap aku menggeser ke bawah.., mm terasa enaak saat perutku menggesek bukit kemaluannya. Lidahku kujulurkan menjilati permukaan perutnya yang halus dan sejenak sempat kugelitik lubang pusarnya dengan lidah dan bibirku. Dan ketika mukaku sampai di atas selangkangannya.., woowww.., ini dia ee.., alamak indahnya alat kemaluan milik Tante Vivi ini. Begitu putih dan mulus sesuai dengan warna kulit tubuhnya, disana-sini masih bisa terlihat secara samar kehitaman bekas cukuran bulu jembut kemaluannya. Alat kemaluannya itu kelihatan besar dan tebal, membentuk sebuah bukit kecil di atas selangkangannya.

Kini dengan jelas aku dapat melihat dari jarak kurang dari 15 centi bibir labia mayoranya yang tebal saling menutup sangat rapat satu sama lain membentuk lekukan celah sempit memanjang vertikal sampai diatas lubang duburnya yang kecil berwarna hitam kecoklatan. Liang memeknya seolah tertutup rapat tersembunyi oleh ketebalan labia mayoranya itu. Aroma khas bau alat kemaluannya benar-benar memabukkanku. Hidungku kembang-kempis menarik napas panjang menghirup aroma nikmat bau alat kelaminnya.
Mm.., memang aku begitu menyukai bau alat kelamin wanita. Baunya seharum milik Dina. Namun berbeda dengan milik Dina yang sedikit lebih kecil bentuknya, alat kemaluan Tante Vivi yang besar ini dapat kuduga memiliki liang senggama yang lebih panjang dan dalam. mm.., pasti daya tampung air maninya pasti banyak sekali. Seolah mengerti pikiranku, batang kontolku yang sudah ereksi bak pisang raja itu manggut-manggut pelan mengiyakan walau sudah terjepit di atas kasur.

Tiba-tiba tanpa kuduga tangan Tante Vivi menekan kepalaku ke bawah, sehingga tanpa dapat kucegah lagi mukaku langsung nyosor terbenam ke dalam selangkangannya yang putih merangsang. Hidungku sampai amblas masuk terjepit diantara labia mayoranya yang tebal. Aku tidak bisa bernapas bebas, yang kurasakan hidungku hanya bisa menghisap udara bercampur aroma khas bau alat kewanitaannya yang menyengat dan memabokkan dari sela-sela bibir kemaluannya. Sementara mulutku yang menekan bukit kemaluannya agak sebelah bawah terasa pas berada dimulut liang memeknya. Aku tak menyia-nyiakan. Lidahku langsung kujulurkan ke bawah sepanjang mungkin menyelip dan menembus bibir kemaluannya dan secara perlahan mulai memasuki liang memeknya yang terasa sempit dan licin. Aku kira cairan lendir memeknya mulai mengalir keluar cukup banyak, terbukti ketika lidahku yang masuk sekitar 1 centi ke dalam, liang memeknya terasa penuh dengan cairan lendir yang sedikit amis namun nikmat dirasakan. Mulutku sampai mengecap nikmat berulangkali menyedot cairan memeknya itu.

Tante Vivi menggeliat hebat dan mulutnya mengerang panjang keenakan.., pinggulnya terkadang digoyangkan lembut kekiri-kanan dan juga keatas menikmati cumbuanku.
"aagghghh.., nggnnhhff.., sshh.., aarr..", pekiknya nikmat. Jemari tangannya semakin menekan kepalaku ke bawah, membenamkan mukaku seluruhnya ke bukit kemaluannya.

Dalam posisi seperti ini, mau tak mau membuat hidungku semakin tak bisa bernafas, hidungku seolah tenggelam terjepit diantara bibir kemaluannya yang tebal. Bau khas alat kemaluannya terasa makin menyengat. Meski membuatku semakin terlena, namun aku bisa-bisa mati kehabisan napas juga. Kususupkan kedua jemari tanganku menyusuri ke bawah ke balik bulatan pantatnya yang kenyal dan padat, tanganku mulai meremas gemas lalu dengan buas kugoyang-goyangkan mukaku mengusap ke seluruh permukaan bukit kemaluan Tante Vivi yang hangat dan empuk. Hidungku mengambil napas sebentar lalu dengan gairah tinggi kembali kuselipkan diantara bibir kemaluannya menyentil-nyentil bulatan mungil clitorisnya dengan ujung hidungku, sementara bibir dan lidahku yang kembali kutelusupkan sekitar 1 centi memasuki liang memek sempitnya, menggelitik-gelitik lembut mulut liang memek merahnya sembari terus menyedot cairan lendir miliknya yang masih tersisa.

Bersambung ke bagian 04

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.