kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P246 Patrish G Abg 18Yo 246 PEMERSATUDOTFUN

P246 Patrish G Abg 18Yo 246

Tidak ada voting
Patrish, Abg
P246 Patrish G Abg 18Yo 246
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Patrish, Abg yang ada pada kategori TEEN published pada 19 April 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P246 Patrish G Abg 18Yo 246 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kekuatan Cinta 01


Si Bule petugas Imigration ini mulai membuatku kesal. Dia lebih lama meneliti pasporku dibanding orang-orang sebelumku tadi. Dibolak-balik lagi, padahal visa Italy yang kudapat masih berlaku. Ini memang kunjunganku ketiga ke Roma. Tentu kali ini kunjungan yang berbeda, bukan training seperti sebelumnya, tapi aku melakukan perjalanan ribuan mil kemari hanya punya satu tujuan: Menemui Florence, kekasih gelapku.

Sobatku di Bandung, sebut saja Erwin, barangkali benar. Dia menyebutku gila. Gimana nggak, aku terbang belasan jam meninggalkan keluarga dan pekerjaan. Selama ini dia hanya menyebutku 'nekat' untuk affairku yang lain beberapa tahun lalu. Di matanya, berarti aku 'naik grade' dengan kenekatanku sekarang ini. Biarlah. Inilah mungkin yang orang sebut sebagai 'the power of love'.

Kenapa aku sampai segila ini, well.. kubawa Anda flashback sebentar pada awal perkenalanku dengan Florence. Bermula dari sepucuk mail yang kuterima mengomentari tulisanku di www.pemersatu.fun. Mail yang masuk itu berasal dari mail-address Yahoo.com. Dari namanya, jelas aku dapat menebak bahwa pengirimnya wanita dari etnis Chinese.

Kesan pertamaku, pengirim mail ini orangnya terbuka, sebab puluhan mail yang kuterima sebelumnya seluruhnya menggunakan domain web based mail yang gratis dan 100 % menyembunyikan identitas (termasuk aku juga lho..). Maklumlah, di negeri kita soal yang menyangkut seks dibahas tertutup atau malu-malu. Florence berbeda, dia mengirim komentar 'kisah tabu'ku menggunakan address yang 'terang benderang'. Inilah yang menarik, sehingga aku cepat-cepat membalas comment-nya mendahulukan mail-mail lain yang masuk duluan. Aku ingin mengenalnya lebih dekat, siapa tahu kelak berlanjut.

Waktu itu aku berpikir juga, siapa tahu aku bisa terlibat affair lewat virtual world, seperti yang pernah kubaca di majalah dan di tabloid, kelihatannya excited, gitu. Hal lain yang membuatku begitu bersemangat adalah, terus terang, karena dia Chinese. Aku belum pernah berpacaran dengan keturunan China. Bergaul sih sering, di kantor atau di kompleks perumahan di mana aku tinggal.

Mail pertama yang kukirim ke Florence langsung kusebutkan statusku sebenarnya dengan jujur, yaitu umurku yang sudah jauh di atas ABG, berkeluarga, kota tinggal, dll kecuali nama asli. Aku masih menyembunyikan nama asliku. Pembaca bisa maklum kan, di cyber world ini awalnya wajib berhati-hati, siapa tahu mail-pal kita ini ternyata tetangga sebelah atau kawan kantor, kan bisa terbuka 'kenakalan'ku selama ini, berabe..

Niat awalku sih bisa mengenalnya lebih jauh, kemudian janjian ketemu, dan berlanjut ke ranjang (kenyataannya kemudian berlanjut lain, melibatkan emosi dan perasaan cinta, sungguh di luar dugaanku). Balasannya menyebutkan bahwa dia pernah tinggal di Bandung, nah.. kalau dia sekarang tinggal di Jakarta atau kota lain yang agak dekat, aku bisa mewujudkan keinginanku itu. Tapi ternyata dia sekarang tinggal di negara lain yang ribuan mil jaraknya dari negeriku. Oh, pupus sudah harapanku. Tapi mail-mail Florence memang menarik dibaca karena begitu terbuka, blak-blakan menceritakan kehidupannya sehari-hari, termasuk kehidupan seks bersama pacar tetapnya yang sekarang (yang ternyata pencemburu berat) dan juga bersama teman-teman prianya yang lalu. Aku begitu exited mengikuti pengalaman seks-nya yang diceritakan lewat mail dan situs pemersatu.fun. Bayangkan, dengan beraninya dia ML dengan anjing di dalam rumahnya ketika pacarnya tidak ada di rumah. Juga ketika dia menikmati betul-betul ketika 'dikerjain' sama orang di atas bis kota di Roma. Libidonya memang termasuk tinggi dan nekat.






"Coba aja kamu tulis cerita pengalaman pribadi kamu rada banyakan ke situs ini," kataku lewat mail.
"Nggak ah, bahasa Indonesia gue nggak bagus," katanya, juga melalui mail.
"Ah, siapa bilang, bagus gitu kok," kataku jujur. Walaupun sudah belasan tahun di negeri barat, Florence masih fasih berbahasa Indonesia, hanya logatnya memang terasa campuran (aku bisa mengetahuinya ketika bertemu dia).

Selain nekat, jujur, blak-blakan, dan libido tinggi, Florence juga periang, suka humor dan smart. Ketawanya lepas dan terdengar seksi. Masih muda sudah menduduki posisi bagus di perusahaan teknologi informasi di negara Sphagetti, punya penghasilan lebih dari cukup, menunjukkan dia mampu 'mengalahkan negara maju itu. Hanya orang yang cerdas yang mampu melakukan itu.

Lalu muncullah rasa aneh di dada, suatu desiran perasaan yang nyeri-nikmat. Perasaan sama yang pernah kerasakan sewaktu kelas II SMA ketika pertama kali mengenal indahnya cinta. Sepanjang petualanganku bersama wanita, jarang aku merasakan yang seperti ini. Umumnya hanya satu rasa yaitu nafsu seksual. Apalagi ketika Florence memanggilku dengan sebutan "Mas" sementara aku memanggilnya dengan "Sayang" atau "Yang" saja (romantis ya?).

Lama kelamaan pikiranku banyak dipenuhi oleh Florence di manapun dan sedang apapun. Perasaan nyeri tapi nikmat ini makin sering kualami ketika aku mengenang kembali ucapan mesranya melalui mail. Padahal pembaca, saat itu aku sedang berpacaran dengan seseorang, sebut saja Shanty, yang tinggal di salah satu kota di Sumatera. Masa pacaranku dengan Shanty sudah memasuki tahun kedua. Rata-rata kami bertemu 2 bulan sekali dan tempat pertemuan bisa di kotanya, atau di kotaku, atau di Jakarta. Semua pertemuanku dengan Shanty kami lakukan di hotel, tentu saja menginap satu kamar beberapa malam, layaknya pasangan yang melakukan bulan madu. Perkenalanku dengan Shanty terjadi sewaktu kami sekelas dalam suatu training manajemen di Jakarta. Kini, kedudukan Shanty di hatiku dengan perlahan namun pasti telah tergeser oleh Florence. Aku lebih banyak melamunkan Florence dibanding Shanty, lebih suka membaca mail-mail Florence ketimbang mail Shanty.

Sejujurnya, aku tidak suka dengan keadaanku ini, begitu mudah beralih. Aku menginginkan seorang saja kekasih tetap, selain isteri lho. Aku merasa lelah berpetualang. Kehadiran Shanty mampu mengurangi kenakalanku bersama cewek-cewek lain. Aku mengharapkan hubunganku dengan Shanty akan berjalan terus sampai kami sepakat untuk berpisah baik-baik dan setelah itu aku akan berhenti sama sekali melakukan affair.

Memanage kekasih gelap memang melelahkan. Harus pandai-pandai mengatur waktu, banyak berbohong pada yang di rumah. Menyiapkan jawaban yang masuk akal ketika suatu saat istri nanya. Siap berkelit. Kini aku lelah memanage Shanty. Benar-benar lelah. Saat itulah Florenceti hadir memasuki kehidupanku. Dia hadir begitu saja tanpa kurencanakan, tanpa mampu aku menolaknya. Florenceti lebih matang, lebih mengerti kondisi masing-masing untuk membina suatu hubungan, sehingga kuperkirakan dia tak akan melakukan tindakan yang membahayakanku atau rumah tanggaku.

Kami makin sering berkirim mail, bisa 2 - 3 kali sehari. Rasanya ada sesuatu yang kurang kalau aku tidak membaca mailnya sehari saja. Kadang pertanyaannya membuatku terhenyak kaget. "Are you circumsized?" tanyanya suatu ketika. Wah! Kujawab jujur iya. Dengan senang kujawab semua pertanyaan Florence tentang perbedaan kontol yang disunat dengan yang asli. Rupanya, pria-pria yang pernah jadi pacarnya semuanya tidak disunat. Dia begitu penasaran sama yang satu ini.

Kontak kami makin berkembang, tak hanya lewat mail tapi juga lewat telepon. Dia punya usulan yang menyenangkan.
"Gue aja deh yang nelepon," katanya.
"Lho, kenapa?" sahutku.
"Dari sini lebih murah, gue beli kartu buat sejam nelepon ke Indonesia cuma 10 dollar.
"Murah banget, separoh dari tarif di Indonesia."
Tapi kalau aku lagi kangen, nekat nelepon juga pakai HP. Dan kemudian Florence yang menelepon balik. Aku tak berani pakai telepon rumah atau kantor. Tagihan membengkak bisa jadi masalah.

Untuk memperkaya media komunikasi, Florence usul untuk chatting. Padahal aku paling tidak suka chatting, sebab selain butuh waktu yang khusus juga bandwidth kantor tak menunjang buat chatting. Menulis mail bisa dilakukan kapan saja di sela-sela jam kerja. "Tapi kalau lewat mIRC beda, begitu instant," kata Florence sambil menyebut nama server yang sering dia pakai yakni DALNET yang terkenal itu. Diajarinya aku men-"donloat" (Istilah lucu Florence untuk menyebut down load) software dari website itu dan bagaimana memulai chat. Eh, ternyata menyenangkan dan aku jadi kecanduan. Cuma aku harus memperhitungkan perbedaan waktu yang 15 jam. Demi Florence aku rela begadang sampai jam 1 malam dan berangkat kantor jam 6.30 untuk bisa chatting. Again, that's a kind of power of love.. padahal temanku si Erwin menasihatiku bahwa jangan terlalu percaya sama cewek dari Internet (maklum sih dia pernah ditipu bulat bulat sewaktu naksir sama cewek yang dia kenal dari IRC).

Aku jadi susah tidur, yang semakin mengurangi waktu tidurku sampai aku jatuh sakit! Mungkin karena kurang tidur, atau karena lagi banyak kerjaan, atau kombinasi keduanya. Yang jelas aku merasakan indahnya cinta, bak remaja puber saja. Atau ini memang masa puber keduaku yang datang lebih awal? Tak tahulah.. Yang membuatku ganjil adalah, aku sudah jatuh cinta pada Florence, padahal kami belum pernah ketemu dan si Erwin sudah memberikan info kepadaku bahwa si Florence ini mungkin saja penipu setelah dia mendapatkan info dari temannya bahwa temannya pernah kenal cewek dengan nama Florence tetapi e-mailnya jarang dibalas! kadang aku berpikir bahwa akulah pria terberuntung di muka bumi ini dan benar juga, Savage Garden bilang "I know I love you before I met you" bukan bohongan. Aku mengalaminya. Kasusku inipun memperkuat pendapat psychologist Erlich Fromm bahwa cinta tak harus memiliki. Aku punya anak isteri. Florence telah dimiliki pacar tetapnya yang bernama Erick, tapi kami saling mencintai.

Bersambung ke bagian 02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.