Cerita Dewasa:
Cowok Maniak - 1
Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada para netters yang telah memberikan tanggapan dan komentar atas cerita-ceritaku sebelumnya, dan akupun ingin memohon maaf karena tidak sempat membalas semua email.
Ini adalah cerita pengalamanku ketika aku baru saja menjadi mahasiswi, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, disana aku berkenalan dengan Wenny. Mahasiswi seangkatanku juga, orangnya biasa-biasa saja. Dengan tinggi 165/50, rambut hitam sebahu, kulit putih, ceria, dan rada sedikit tomboy dalam penampilannya, karena Wenny berasal dari daerah, maka dia kost tidak jauh dari kampus.
Beberapa kali Wenny mengajakku untuk main ketempat kostnya, tetapi aku menolaknya dengan halus karena memang aku tidak sempat. Hingga siang hari itu seusai kuliah. Wenny kembali mengajakku untuk bermain ketempat kostnya, dan entah kenapa. Hari itu aku mengiyakan ajakan Wenny itu, mungkin karena akupun sedang bete di rumah dan kebetulan juga aku tidak membawa mobil. Sehingga rada malas juga pakai taxi, kamipun berjalan dari kampus ke tempat kost Wenny. Tidak jauh sih. Tapi harus melewati gang-gang sempit.
Akhirnya kami tiba ditempat kost Wenny, menurutku tempatnya tidak terlalu bagus karena hanya merupakan bangunan semi permanen. Terdiri dari beberapa kamar kost. Dan kamar Wenny terletak dilantai dua bersama 3 kamar lainnya, tidak terlalu besar kamar Wenny itu. Dan di dalam kamar hanya ada sebuah ranjang yang cukup untuk 2 orang. Sebuah lemari pakaian, meja belajar, TV 14 inch, dan ada dvd serta stereo kaset, dan sebuah kipas angin yang ketika dinyalakan. Cukup berisik suaranya.
Setiba di dalam kamar Wenny, akupun langsung duduk di tepian ranjang.
"Sorry Mbak. Kamarku berantakan" seru Wenny sembari membuka lemari pakaiannya.
"Ah. Lumayan juga Wen. Cuman rada panas yaa" jawabku.
"Memang. Panas banget." sahut Wenny.
"Sorry.. Aku ganti baju dulu yaa" sambungnya lagi.
Lalu Wenny membelakangiku. Melepas t-shirtnya. Lalu celana jeansnya. Tampak bra dan CD Wenny yang berwarna hitam itu. Lalu Wenny melepas branya. Sehingga aku dapat melihat punggung Wenny yang mulus itu. Lalu ia mengenakan dasternya. Warna merah dengan motif bunga, tanpa lengan tapi cukup pendek menurutku. Karena ketika Wenny membungkuk untuk mengambil bra-nya yang terjatuh dilantai. Tampak celana dalam Wenny dari belakang, kemudian Wenny menarik kursi dan duduk dihadapanku. Dengan kedua kaki diangkat ketepian kursinya dan dalam posisi mengangkang, sehingga kelihatan jelas celana dalamnya itu, aku hanya tersenyum saja melihat itu.
"Sorry yaa.. Aku duduk begini" seru Wenny.
"Kita kan sama-sama cewek." sambungnya lagi.
"Enggak apa-apa kok wen" sahutku, lalu mataku tertuju ke sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja belajar Wenny.
"Foto siapa tuh wen?" seruku, lalu Wenny mengambil bingkai foto itu dan menyerahkan padaku.
"Cowokku" sahutnya.
Aku memperhatikan foto cowok Wenny itu, tidak terlalu ganteng. Bahkan rada berumur, lalu.
"Namanya siapa wen?" tanyaku.
"Mas Eko"
"Berapa umurnya?"
"30 tahun.." sahut Wenny.
"Kerja?"
"Iya. Pegawai negeri"
"Sudah lama kamu jalan sama dia?"
"Baru satu tahun"
"Tinggal dimana.?"
"Enggak jauh kok"
"Sering dong dia main ke sini?"
"Mhmm. Seringlah" sahut Wenny.
Akupun tersenyum sembari mengembalikan foto itu pada Wenny, tiba-tiba.. tok.. tok.. tok.. ada yang mengetuk pintu kamar.
"Wah umur panjang nih orang.." seru Wenny.
Lalu ia bangkit berdiri dan membukakan pintu, tampak seorang pria berdiri di ambang pintu. Ternyata dia adalah cowok Wenny itu.
"Hai Mas.." sambut Wenny manja sembari memeluk dan mengecup bibir Mas Eko
"Mas.. Kenalin temanku. Nia" seru Wenny.
Akupun mengulurkan tanganku dan dijabat erat oleh Mas Eko, rada risih juga sih. Karena tampak tatapan mata Mas Eko yang tajam..
"Eko.." sahutnya.
Lalu kami pun mengobrol bertiga di dalam kamar itu, Eko dan Wenny duduk di tepian ranjang sementara aku duduk dikursi, dan ternyata Mas Eko itu enak diajak ngobrol. Orangnya humoris, cukup wibawa hanya saja matanya selalu mencuri-curi pandang ke arahku, cuman yang membuat aku merasa risih. Melihat tingkah laku mereka. Karena tidak jarang Mas Eko dalam candanya memegang paha dan mencolek buah dada Wenny, sementara Wenny hanya mengeliat saja tanpa usaha mencegahnya, bahkan ketika Wenny sedang membungkuk untuk mengambil handuk yang terjatuh dilantai. dengan seenaknya Mas Eko mengulurkan tangannya memegang selangkangan Wenny dari belakang.
"Auuh.." jerit Wenny.
Tetapi dia membiarkan tangan Mas Eko itu meraba selangkangannya dari belakang, lalu Wenny membalikkan tubuhnya dan.
"Nakal yaa Mas. enggak enak tuh dilihat Mbak Nia.." seru Wenny manja.
"Hehehe." Mas Eko hanya cengegesan saja.
"Oh iya. Mau pada minum apa nih?" seru Wenny.
"Seperti biasalah" sahut Mas Eko.
"Mbak Nia.. Mau minum apa?" tawar Wenny.
"Mhmm.. Teh botol aja deh" sahutku.
Lalu Wenny keluar kamar. Mungkin mau memesan minum, kini tinggal aku dan Mas Eko dalam kamar itu. Mas Eko memandangiku terus. Dan aku merasa risih dipandangin demikian.
"Sudah punya pacar belum?" tanyanya tiba-tiba.
"Belum Mas.." sahutku polos.
"Kok cantik-cantik gini belum punya pacar" serunya lagi.
"Belum kepikiran Mas" sahutku diplomasi.
Lalu Wenny masuk kembali ke dalam kamar, dia membawa minumanku, dan dua botol bir yang ternyata untuk Mas Eko, gilaa. siang-siang panas gini minum bir. pikirku.
Lalu kami mengobrol lagi. Dan setelah kusadari 2 botol bir itu telah habis.. Bahkan Mas Eko memesan lagi. Hingga aku lihat sudah lima botol tergeletak dilantai, bukan itu aja. Aku pun melihat Wenny ikut-ikutan juga minum bir itu. Kini Mas Eko tambah berani. Ia tidak sungkan-sungkan menepuk pahaku atau bahuku jika sedang ngobrol, sementara Wenny cuek saja melihat itu.
Menjelang sore. suasana dalam kamar itu menjadi semakin gerah bagiku, selain udara yang memang panas. tingkah laku Mas Eko dan Wenny semakin di luar kontrol saja. Mereka tidak sungkan-sungkan berciuman di hadapanku. Bahkan dalam candanya beberapa kali Mas Eko meremas-remas buah dada Wenny sementara Wenny membiarkan itu semua. Bahkan dia semakin bersikap menantang.
"Mentang-mentang ada Mbak Nia. Beraninya hanya begitu saja" seru Wenny.
Merasa ditantang demikian. tiba-tiba Mas Eko menerkam tubuh Wenny sehingga tubuh Wenny berada dibawahnya. Lalu dengan ganas Mas Eko menciumi bibir dan leher Wenny, Wenny hanya cekikikan saja. Sementara aku. Aku merasa semakin gerah saja, apalagi ketika tangan Mas Eko dengan leluasanya meraba-raba paha Wenny hingga kepangkal pahanya.
"Ooohh.. Mas.. Uuhh.." rintih Wenny.
Akupun memalingkan wajahku. melihat ketempat lain. Risih.. Tapi aku penasaran.
"Aahh. Oohh" rintih Wenny lagi.
Akupun segera melirik dan yaa. ampunn.. Tampak Mas Eko telah melorotkan daster Wenny sehingga kelihatanlah kedua buah dada Wenny itu yang langsung diciumi dengan ganas oleh Mas Eko. Gilaa.. Apa yang mereka perbuat. Sementara aku hanya duduk menonton saja. Melihat keganasan Mas Eko dan mendengar rintihan-rintihan Wenny. Akupun mulai terangsang.
Tiba-tiba Mas Eko menghentikan ciumannya lalu ia melepas daster Wenny itu. Dan menarik lepas celana dalam Wenny. Kini Wenny sudah benar-benar telanjang bulat.
"Sabar Mas.. Sabar. Ada Mbak Nia loh" rintih Wenny.
"Biarin" sahut Mas Eko sembari terus menciumi toket Wenny, tampak Mas Eko mulai menciumi perut Wenny. Terus ke bawah dan akhirnya berhenti diantara kedua paha Wenny yang sudah terpentang lebar itu.
"Aahh. Oohh." erang Wenny panjang sembari kedua tangannya meremas-remas kepala Mas Eko.
Merinding aku melihat adegan itu. Tapi diam-diam aku merasakan CD-ku mulai basah, beberapa kali aku menyedot teh botolku yang sebenarnya sudah habis itu, lalu tampak Mas Eko membuka kemejanya, singletnya, lalu celana panjangnya dan celana dalamnya. Sehingga tampak batang kemaluan Mas Eko yang sudah tegang mengeras itu. Lalu ia mengambil posisi diantara kedua paha Wenny.
"Ayo.. Mas.. Ayo." desah Wenny dengan mata setengah terpejam.
"Aaakk. Ohh." erang Wenny panjang.
Tampak Mas Eko kembali menindih tubuh Wenny, kini aku menjadi benar-benar salah tingkah. Tidak terbayangkan di depan mata kepalaku sendiri ada adegan begini. Jujur saja akupun mulai terangsang. Apalagi ketika melihat gerakan erotis pinggul Mas Eko yang naik turun itu. Sementara Wenny hanya mengeliat-ngliat dengan suara rintihan nikmat keluar dari mulutnya.
Aku sepertinya dianggap tidak ada oleh mereka. Gilaa. Aku ingin keluar dari kamar itu, tapi penasaran. Lalu tampak Mas Eko menyuruh Wenny untuk menungging. Dan dengan posisi dog style.. kembali Mas Eko memasukkan batang kemaluannya ke dalam memek Wenny. Dari posisi ini aku dapat melihat batang kemaluan Mas Eko yang keluar-masuk liang kemaluan Wenny.
"Ooh. Terus.. Mas.. Teruss.. Ahh" erang Wenny, Mas Eko tampak bergerak seperti mesin saja enggak capek-capek. Sementara Wenny mengerang-ngerang keenakan. Ooohh. Pusing kepalaku melihat itu. Kemudian tampak Mas Eko menjilat jari telunjuknya sendiri dan. Ditusukkannya telunjuknya itu ke dalam lobang anus Wenny.
"Aaahh. Iyaa.. Iyaa.. Oohh" rintih Wenny lagi.
Beberapa kali aku menelan air liurku. Dan akupun mulai gelisah. tiba-tiba..
"Aaaghhkk.. Aku keluar.. Aku keluar maass" Wenny mengerang panjang. Tampak tubuh bergetar-getar.
"Cepat sekali kau keluar Wen." seru Mas Eko sembari mencabut batang kemaluannya.
"Ooh.. Enak.. Mass.. Enak.." desis Wenny.
"Dimasukin ke sini yaa." seru Mas Eko sembari mencobloskan telunjuknya dalam-dalam ke dalam lobang anus Wenny. Tampak tubuh Wenny tersentak kedepan.
"Sudah.. Mas.. sudah. jangan." sahut Wenny sembari menjatuhkan tubuhnya telungkup, tampak batang kemaluan Mas Eko yang masih tegang menantang itu.
"Sama Mbak Nia aja Mass" seru Wenny lagi..
Apa.. Aku terkejut mendengar itu, sudah gila.. kawanku ini. Seruku dalam hati. Dan benar saja. Mas Eko menoleh ke arahku. Aku jadi salah tingkah.
"Hehehe. Ayo Nia. Ikutan"
Serunya sembari cengegesan. Aku hanya diam saja sembari berusaha menguasai diri. Lalu Mas Eko turun dari ranjang dan berjalan ke arahku. Berdegup keras jantungku.. Demi melihat batang kemaluan Mas Eko yang terayun-ayun.. Mendekat ke arahku.
"Tidak Mas. Terima kasih" sahutku sembari berusaha tersenyum.
"Aahh. Ayolah" seru Mas Eko.
Ke Bagian 2