Cerita Dewasa:
Arthur: Love In The Office
Namanya Mbak Prima. Ia adalah kepala operation trading yang berhubungan dengan saham, obligasi dan reksadana. Mbak Prima berusia 39 tahun. Tubuhnya 155 cm, putih, berambut pendek, tubuh langsing dan bertoket besar. Sekilas ia mirip Tata istrinya Tommy Soeharto. Mbak Prima telah berstatus janda dengan anak berumur 10 tahun. Mbak Prima social statusnya cukup tinggi. Ia seringkali ikut dalam arisan high class yang diadakan kelompok elite Jakarta. Wajahnya seringkali difoto di majalah Indonesian Tatler. Saya cukup akrab dengan Mbak Prima karena orangnya sangat ramah dan enak diajak ngomong. Mbak Prima adalah nama samaran. Saya Arthur dan ini kisahku.
*****
Brengsek! Batin saya memaki karena saya diharuskan boss saya untuk menggantikan dirinya untuk rapat review bulanan dengan direksi. Rapat ini biasanya dihadiri oleh kepala divisi, sedangkan saya hanyalah group head. Malas sekali rasanya pergi rapat. Tetapi karena boss saya berhalangan, mau tidak mau saya harus pergi. Akhirnya dengan malas, saya naik ke lantai 18 ke tempat rapat direksi. Rapat mulai jam 10 tepat sedangkan sekarang sudah jam 9:55. Di ruang rapat, sudah banyak orang yang hadir.
Pada jam 10 tepat, rapat langsung dimulai. Ruang rapat direksi terdiri dari 3 meja besar yang diatur dalam bentuk seperti huruf U. Direksi sebagai kepala rapat duduk di meja bagian tengah sedangkan para kepala divisi duduk dimeja sebelah kiri dan kanan direksi. Saya sendiri memilih duduk dimeja sebelah kiri direksi tetapi yang paling ujung. Beberapa menit setelah rapat mulai, Mbak Prima masuk dengan tergesa-gesa. Ia langsung duduk di ujung meja yang berseberangan dengan saya. Saya melemparkan senyum padanya dan Mbak Prima membalas. Kemudian direksi kembali melanjutkan rapat.
Sambil mendengarkan direksi berbicara, saya melirik ke arah Mbak Prima. Kecantikannya sangat memikat perhatianku. Mbak Prima mengenakan jas warna biru tua dan rok mini warna senada. Stocking hitam membalut kakinya. Bibirnya yang mungil dioleskan dengan lipstik warna merah menyala. Mbak Prima duduk lurus menghadap saya tetapi kepalanya miring menengok ke kiri ke arah direksi. Sekali-sekali saya melirik ke arah Mbak Prima hingga pandangan saya tertuju pada kedua belah kaki Mbak Prima. Ternyata kaki Mbak Prima terbuka agak lebar sehingga saya bisa melihat pahanya sampai ke pangkal paha. Celana dalamnya yang berwarna putih terlihat begitu jelas dari arahku. Saya melihat ke bapak-bapak di sebelah saya dan kelihatannya semua orang perhatiannya tertuju pada direksi.
Kontol saya langsung berdiri. Saya bertanya-tanya apakah Mbak Prima sadar sedang duduk mengangkang. Ketika mata saya sedang tertuju pada kaki Mbak Prima, tiba-tiba Mbak Prima melirik ke arah saya dan ia segera sadar bahwa mata saya sedang terarah pada kakinya. Mbak Prima langsung refleks menutup kedua belah kakinya dan mukanya sedikit memerah. Saya langsung malu dan perhatian saya langsung dialihkan ke direksi. Tidak lama kemudian HP saya berbunyi, ada SMS masuk. Saya melihat ternyata dari Mbak Prima.
Mbak Prima: Hayo tadi liat apa?? :-)
(Saya tersenyum dalam hati. Untung Mbak Prima enggak marah.)
Arthur: Nggak liat apa-apa kok:-)
Mbak Prima: Ah masa sih ;-)
Arthur: Liat Mbak Prima tadi duduknya agak ngangkang sih.. Hehehe..
Mbak Prima: Asyik dong
(Loh kok asyik? Saya bertanya dalam hati? Wah jangan-jangan Mbak Prima senang nih diperhatiin.)
Arthur: Iya dong.. Hehehe..
Jam 10:30, rapat berakhir dan saya terpaksa mengakhiri SMS-SMS-an dengan Mbak Prima. Mbak Prima berdiri dari kursinya tetapi ia diajak bicara dengan Pak Urip. Saya mencoba menunggu Mbak Prima tetapi kelihatannya mereka belum selesai berbicara sehingga saya meninggalkan mereka berdua lalu kembali ke ruang kerjaku.
Seharian penuh saya sibuk dengan urusan-urusan yang berhubungan dengan portfolio client. Jam 18:30 saya baru selesai kerja. Tiba-tiba ada email masuk. Ternyata Mbak Prima yang kirim email. Emailnya tentang joke-joke. Saya membalas email Mbak Prima.
Arthur: Belum pulang Mbak?
Mbak Prima: Ini baru mau pulang. Masih sibuk kamu?
Arthur: Oh enggak, kerjaan udah selesai. Ke sini dong Mbak, udah lama Mbak Prima enggak mampir ke tempat saya.
Mbak Prima: OK.
Saya melihat keluar ruangan kerjaku. Masih ada si Echa yang sedang kerja sedangkan lainnya sudah pulang. Cubicle Echa jaraknya sekitar 5 meter dari ruanganku. Dari kejauhan saya lihat si Mbak Prima keluar dari lift dan berjalan ke arah saya. Mbak Prima tersenyum melihat saya dan saya membalas senyum. Kami lalu masuk ke ruangan saya kemudian mengobrol. Sambil ngobrol tiba-tiba Mbak Prima teringat sesuatu..
"Eh gimana tuh acara arung jeram di Citarik? Jadi enggak kalian ke sana?"
"Jadi dong, ini foto-fotonya udah jadi" kata saya sambil menunjukkan foto-foto waktu divisi saya main arung jeram di Citarik.
Foto-foto itu sudah saya download di komputerku. Mbak Prima berdiri menghampiriku lalu melihat foto-foto selama di Citarik. Saya juga menunjukkan foto-foto hasil karyaku lainnya seputar foto pemandangan, dsb. Mbak Prima kelihatannya tertarik sekali melihat foto-fotoku. Ia membungkukkan tubuhnya di sampingku lalu tangannya mengarah ke tanganku yang masih memegang mouse.
"Coba lihat foto sebelumnya" kata Mbak Prima sambil menggerakkan mouse.
Saya melirik ke arah buah dada Mbak Prima yang besar dan hanya berjarak 5 senti dari mukaku. Kontolku langsung berdiri. 'Oh shit' saya berteriak dalam hati karena terlihat jelas sekali kontol saya yang berdiri karena saya saat itu hanya mengenakan celana dalam model boxer (semacam celana dalam yang longgar dari bahan satin), sedangkan kalau memakai celana dalam yang ketat tentu masih bisa menahan kontol kalau sedang ereksi. Saya merasakan mata Mbak Prima sempat melirik ke arah kontol saya yang berdiri. Muka Mbak Prima agak memerah.
"Hayo, kenapa tuh? Ada yang bergejolak" kata Mbak Prima sambil tersenyum tetapi matanya tetap tertuju pada layar komputer.
Saya melirik ke luar ruangan. Si Echa tidak akan bisa melihat kami berdua kecuali ia berdiri. Dan kelihatannya sampai sekarang ia masih asyik bekerja.
"Iya nih, tiba-tiba berdiri begitu ada Mbak Prima" kata saya sambil tersenyum. Mbak Prima memandang mata saya sambil tersenyum.
"Kamu dari tadi pagi udah horny ya?"
"Iya, abisan Mbak Prima ngangkang sih"
"Saya juga horny tadi pagi" kata Mbak Prima.
Tiba-tiba tangan kiri Mbak Prima meremas kontolku. Saya kaget dan pandanganku langsung tertuju ke luar ruangan. Mbak Prima dengan mata masih tertuju ke komputer, tangan kirinya meremas-remas kontolku. Saya mulai agresif membalas serangan Mbak Prima. Saya mulai meremas pantat Mbak Prima yang bahenol. Perlahan saya raba seluruh pantatnya yang aduhai hingga turun ke paha lalu ke dengkul. Kemudian tanganku kembali merayap naik ke pahanya tetapi kali ini tangan saya masuk ke dalam rok mininya.
Tanganku mengusap pangkal paha Mbak Prima yang mulus lalu tangan saya naik hingga ke selangkangan kemudian ke pantatnya. Dari usapan tanganku, saya sudah bisa menebak model celana dalam apa yang dipakai Mbak Prima. Ia mengenakan model thong. Tangan kiri Mbak Prima mulai menarik risleting celanaku ke bawah lalu kontolku ditarik keluar melalui celah risleting yang telah terbuka. Wah Mbak Prima benar-benar nekat nih, pikirku dalam hati. Tangan Mbak Prima mulai mengocok-ngocok kontolku. Mataku terus tertuju ke luar ruangan.
"Arthur, saya horny banget nih. Saya pengen hisap kontolmu" kata Mbak Prima.
Mbak Prima lalu jongkok di depanku kemudian ia beringsut masuk bawah kolong mejaku. Posisi jongkok Mbak Prima agak mengangkang sehingga saya bisa melihat celana dalamnya yang putih. Saya menggeser kursiku ke tepi meja. Mbak Prima lalu dengan leluasa dari bawah meja mulai menghisap kontolku. Oh my goodness, nikmatnya. Saya memang sudah tegangan tinggi dari tadi pagi melihat Mbak Prima mengangkang dan sekarang hasrat seksku baru tersalurkan.
Saya mengambil koran lalu membentangkannya di depanku agar si Echa bila tiba-tiba berdiri tidak akan melihat wajahku yang sedang menunjukkan muka sedang disepong. Bagian depan mejaku tertutup sehingga bila ada orang lewat maka orang itu tidak bisa melihat ada yang sembunyi di bawah kolong meja.
Bunyi slup slup slup terdengar pelan dari arah bawah mejaku. Kontolku sekali-sekali dikocok dengan tangan Mbak Prima. Saya rasa ada sekitar 4 menit saya dihisap sampai akhirnya saya ejakulasi dan saya menyemprotkan pejuku dalam mulut Mbak Prima. Mbak Prima menelan seluruh pejuku dan menjilat seluruh kontolku dari sisa-sisa peju yang ada. Kemudian Mbak Prima memasukkan kembali kontolku ke dalam celana lalu menutup risletingnya. Setelah saya memastikan Echa masih bekerja, saya memberi kode ke Mbak Prima untuk keluar dari meja.
"Sekarang giliran saya ngerjain kamu" kata saya ke Mbak Prima.
"Mau cari hotel?" tanya Mbak Prima.
"Wah enggak sempat cari hotel, lagi tegangan tinggi nih" kata saya sambil tersenyum.
Saya menggamit tangan Mbak Prima keluar dari ruangan. Echa menengok ke arah kami.
"Belum pulang Pak?" tanya Echa.
"Belum, mau makan dulu nih" jawab saya.
"Makan dulu yuk Echa" kata Mbak Prima basa-basi.
"Silakan Mbak" jawab Echa.
Kami berdua berjalan mengarah ke lift. Tetapi begitu melewati lift, saya membelok ke arah ruang rapat yang terletak di paling ujung. Di sebelah ruang rapat ini ada ruangan filing cabinet yang cukup besar. Di dalamnya terdapat rak-rak berisi dokumen-dokumen client. Raknya tinggi dan besar dan jumlahnya ada 8 buah.
Saya dan Mbak Prima masuk ke dalam ruangan filing cabinet. Saya tidak menyalakan lampu karena ruangan agak remang-remang menerima sinar dari luar. Saya menuntun Mbak Prima ke pojok ruangan karena di situ ada meja yang agak besar. Tanpa permisi, langsung Mbak Prima saya serbu dengan ciuman di bibirnya. Mbak Prima awalnya agak gelagapan tetapi ia langsung bisa mengimbangi permainanku. Lidahnya ia julurkan ke mulutku dan kami saling ber-french kiss.
Toketnya yang besar saya remas dari balik jasnya. Mbak Prima lalu membuka jasnya disusul dengan membuka kancing blouse putihnya. Blousenya lalu disingkapkan sehingga dengan bebas tangan saya bisa meremas toketnya. Kembali tangan Mbak Prima membuka risleting celana panjangku lalu disusul dengan celana dalam boxerku. Kontolku kembali teracung di hadapan Mbak Prima. Saya sedikit membungkuk di depan Mbak Prima agak bisa menjilat toketnya. Putingnya berwarna coklat tua dan sedikit besar. Enak rasanya mengulum puting yang besar.
Mbak Prima mendesah-desah saat putingnya saya hisap dan gigit. Kemudian Mbak Prima membuka sendiri rok mininya sehingga roknya merosot ke bawah kakinya. Saya lalu memperhatikan tubuh Mbak Prima yang masih mengenakan blouse putih yang terbuka bagian depan, toketnya yang besar terpampang dengan gaya menantang sedangkan kedua belah kakinya yang indah dibungkus oleh stocking hitam dan memeknya ditutupi oleh celana dalam thong warna putih.
Saya langsung membalikkan tubuh Mbak Prima sehingga ia bersandar pada tepi meja. Saya jongkok di belakang Mbak Prima lalu menaikkan satu kakinya sehingga saya bisa menjilat memek Mbak Prima. Dengan rakus saya menjilat memeknya yang ditutupi dengan bulu kemaluan yang agak lebat. Saya yang biasanya tidak suka dengan memek berbulu kemaluan lebat tetapi kali ini saya cuek.
Mbak Prima mendesah dengan penuh nikmat ketika lidah saya menyapu seluruh selangkangannya. Kemudian saya berdiri lalu mulai mengarahkan kontolku ke memeknya dari arah belakang. Dengan penuh gairah, saya mulai mengocok kontolku di memek Mbak Prima yang seksi. Pertama kali saya bekerja di perusahaan ini, perhatian saya langsung tertuju ke Mbak Prima yang cantik dan seksi dan sekarang saya bisa menikmati tubuhnya.
Mbak Prima dengan lihai memutar-mutar pantatnya sehingga kontolku terasa seperti diputar-putar dalam memeknya. Mulutnya tak henti-hentinya menceracau dengan pelan supaya tidak terdengar keluar. Tanganku meremas toketnya yang besar sambil tangan kiriku terus meremas pantatnya.
Beberapa menit dalam posisi itu, Mbak Prima mengubah posisi. Saya diminta duduk lalu Mbak Prima duduk di pangkuanku tetapi membelakangiku. Kali ini Mbak Prima memegang kendali dan ia dengan ahli meliuk-liukkan pinggulnya sehingga saya mendapatkan sensasi yang indah sekali. Kontolku seperti dipijit sambil diputar di dalam memeknya. Dengan enerjik, Mbak Prima menghunjamkan kontolku dalam memeknya. Kedua belah tanganku memeluk pinggulnya dan memberi penekanan setiap kali pinggulnya dihempaskan ke pahaku. Kepala Mbak Prima mendongak ke belakang dengan mata terpejam menikmati seks di tempat kerja. Sedangkan tangan Mbak Prima menyilang di dadanya menahan toketnya yang ikut bergerak naik turun.
Saya merasakan Mbak Prima mau orgasme karena gerakan tubuhnya yang naik turun semakin dipercepat iramanya. Keringat membasahi punggung Mbak Prima yang mulus. Paha Mbak Prima terasa agak lembab karena keringat yang diserap oleh stocking yang masih membalut kedua belah kakinya. Saya sendiri sudah mulai merasakan akan ejakulasi.
"Mau keluar Mbak" seru saya.
"Sama-sama ya" kata Mbak Prima dengan tersengal-sengal.
Akhirnya kami berdua orgasme. Tubuh Mbak Prima melengkung ke belakang. Matanya terpejam erat dan tubuhnya mengejang. Saya sendiri memeluk Mbak Prima dari belakang dengan kencang. Degup jantung saya terasa seperti baru lari sprint. Benar-benar indah dan nikmat.
Saya masih memangku Mbak Prima selama beberapa menit. Mbak Prima lalu memutar posisi duduknya dan kami berciuman. Setelah itu kami langsung berpakaian. Sebelum keluar, saya memastikan agar tidak ada orang di luar, baru saya dan Mbak Prima keluar dari ruangan filing cabinet.
Setelah bersetubuh di kantor kali itu, kami tidak pernah lagi melakukannya. Malam itu rasanya hanya merupakan seks one night stand.
E N D