Cerita Dewasa:
Uuhhh...
Terima kasih untuk komentar yang saya terima di email, semua cerita kami adalah true story, hanya 5 bagian yang terdahulu adalah dari sudut pandang istri yang saya edit kembali. Berikut adalah sebagian pengalaman lain.
*****
Dalam menjalani kehidupan, khususnya menikmati kehidupan seks kami, tidak berarti selalu dan setiap saat kami melakukan hal hal tersebut, paling juga beberapa bulan sekali, memang pernah cukup sering dalam waktu yang pendek, namun akhirnya terbentuk dengan sendirinya suatu 'pola' waktu yang kami sendiri tidak pernah rencanakan.
"Ma.." kataku pada suatu hari dikala kami sedang santai, istriku sedang asyik dengan kegemarannya merajut.
"Hmm.. Ada apa Mas?" jawab istriku yang selalu mendehem kalau menjawab dikala sedang melakukan sesuatu.
"Sudah lama juga ya.. Kita nggak main-main lagi" kataku.
"Main-main apaan..?" tanya istriku entah pura pura atau memang tidak menangkap maksudku.
"Ya itu.. Main.. Main.. Dengan batang-batang dan biji-biji yang lain.." jawabku.
"Ah.. Kupikir apaan.." istriku Fifi menjawab tanpa melepaskan perhatiannya dari rajutan yang sedang dikerjakannya, tangannya sangat lincah bergerak dengan alat dan benang yang terjuntai.
"Gimana.. Mama mau..?" tanyaku lagi dengan nada berharap.
"Emang apa sih.. Yang ada dipikiran Mas..?" tanya istriku namun kali ini dengan perhatian yang agak lebih.
"Mm.. Kalau Mama inginnya apa..?" tanyaku memancing.
"Gimana sih.. Ditanya kok balik nanya..?" istriku menjawab lagi.
"Iya.. Kan sudah macam.. macam yang kita coba.. Kalau Mama sekarang pinginnya gimana.. Gitu.." tanyaku lagi tanpa memperdulikan pertanyaannya.
"Nggak.. Mas dulu yang menjawab.." jawabnya sambil meletakan rajutannya dan memberikan perhatian penuh pada pembicaraan kami.
"Ok.. Deh.. Gini.. Kalau Mas baca dimana mana.. kan katanya wanita akan sangat nikmat kalau lawannya punya kemaluan yang besar.. Semakin besar semakin asyiik.. Nah.. Mama mau coba yang benar benar besar.." aku berkata menjawab pertanyaannya.
"Lho.. kan.. yang lain.. juga cukup besar.. Malah siapa ya.. waktu itu yang kita ajak.. Punyanya lebih besar dari Mas.." kata istriku lagi, dan gerakan matanya serta lidahnya yang mulai menjilat bibir merahnya menunjukan minatnya (aku terlalu kenal sih).
"Iya.. Tapi maksud Mas Mama ingin coba yang super nggak..?" tanyaku lagi mendesak.
"Emangnya siapa sih dan ukurannya kayak apa.., kalau Mas mau.. Siapa takut..?" Fifi menjawab sambil menjebikan bibirnya ke arahku.
"Ok.. Mas atur ya..? Malam.. Minggu besok ya..?" aku senang sekali karena salah satu fantasiku bisa dipenuhi.
Awalnya adalah saat aku fitness, salah satu kenalan yang kukenal di fitness center itu, Joko, kebetulan bersamaan waktunya shower denganku, dan seperti umumnya, cuek saja kami telanjang.. Semua laki-laki kok, karena locker dan kamar mandinya terpisah untuk pria dan wanita, dan milik Joko sungguh membuatku terbelalak, dalam keadaan tidak ereksi saja terlihat sangat.. sangat besar, panjang menjuntai dengan diameter yang juga mengagumkan dan langsung terbayang.. Masuk nggak ya ke memek istriku..?
Aku mengenal Joko sudah 4 tahun, seminggu 3X kami fitness namun biasanya waktu kami selesai tidak sama, aku yang datang duluan selalu pulang sebelum Joko selesai berolah raga, dan dengan posturnya tinggi sekitar 180, tidak gemuk, atletis dan berkulit putih, wajahnya tidak terlalu ganteng namun terlihat bahwa ia sangat berkelas, penampilannya jauh di bawah umurnya yang sudah 45-an, masih tampak seperti eks mud (eksekutif muda) dan kini.. kemaluannya ternyata juga tampak sangat perkasa.
Sesungguhnya tanpa sepengetahuan istriku aku sudah melobby Joko dan setelah mendengar ceritaku, ia mau untuk berpartisipasi, apalagi setelah ia melihat foto Fifi istriku yang sengaja kubawa, dan sebagai tanda kepercayaan ia juga telah mengenalkanku pada istrinya yang ternyata sangat gemuk dan tidak menarik.. (menurutku).
Lagu instrumental dari Blues yang kujadikan ring tones HP ku berbunyi dan ternyata dari Adri yang menyatakan kesanggupannya untuk datang meramaikan acara yang kususun, Adri adalah salah satu eksekutif bank yang kukenal lama, bahkan keluarganya juga akrab dengan kami, dan kini ia juga kuundang untuk ikutan.
"Joko.." tangan kawan fitnessku itu menggenggam erat tangan halus istriku dan matanya tak menyembunyikan kekaguman atas kecantikan istriku, demikian juga Adri yang walau sudah pernah bertemu sebelumnya namun selalu mengagumi kecantikan Fifi istriku, itulah sebabnya ia saat ini kuundang untuk 'ikutan' pesta kami.
Kami lalu duduk santai di sofa di service aparteman yang telah kusiapkan, dan seperti biasa kekakuan lama-lama mulai mencair dan akhirnya setelah minum, ngobrol dan gurauan mulai mengalir lancar kami lalu memutar musik lembut, menemaramkan lampu, dan acara berikut adalah berdansa.
Karena Fifi satu satunya wanita, maka kami ganti berganti berdansa dengannya, dan aku yang mendapat giliran terakhir. Giliran pertama adalah Adri dengan Fifi, mereka berdansa mengikuti alunan musik dan berpelukan, kulihat tangan Adri meremas remas pantat istriku sementara tubuh mereka berpelukan erat, namun aku tahu kalau istriku belum 'panas' dia memeluk erat, menepelkan pipinya di pipi Adri, membiarkan tangan Adri meremas bongkahan pantanya yang dibungkus rok pendek ketat itu.
Lagu habis dan Joko maju menggantikan Adri, ketika mereka berpelukan kulihat istriku agak tersentak, pasti kaget 'terganjal' sesuatu di perutnya, karena mungkin akibat pengaruh minuman, lampu, suasana serta musik dan dansa sebelumnya, mereka berdansa lebih mesra dan ketika musik mencapai setengahnya, bibir istriku sudah beradu dengan bibir Joko, dan ketika jarak mereka agak merenggang kulihat tangan istriku sudah didalam celana Joko yang retsletingnya entah kapan sudah turun dan dari situ tangan istriku menerobos masuk.
Lagu berganti namun mereka sudah dalam suasana yang 'tak terkendalikan', rok pendek yang dipakai Fifi sudah terangkat ke atas, dan tangan Joko berada dibalik celana dalam yang dikenakan, mereka saling berciuman dengan bernafsu dan melihat itu aku lalu mengambil inisiatif, kudekati mereka, kusentuh Fifi yang lalu merenggangkan diri dari Joko dan dengan memberi tanda pada Adri yang masih agak bengong, aku menuntun istriku dan Joko kugamit dan melangkahlah kami kekamar utama.
Aku lalu memeluk istriku, menciumnya dan mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya, Fifi juga melakukan hal yang sama padaku, dan kuberi tanda kedua lelaki yang lain untuk juga melepaskan pakaian mereka dan sekejap saja kami berempat sudah telanjang bulat.
Ketika istriku melihat kemaluan Joko yang sudah ereksi, tangannya menutup mulutnya yang hampir terpekik, matanya melihat kearahku sekilas dengan banyak makna dan aku yakin walau tadi sudah sempat meraba saat berdansa tadi namun masih belum menyadari betapa dahsyat ukuran kemaluan laki-laki itu, sementara Adri juga melihat dengan kagum dan (mungkin) sedikit iri, karena kemaluannya masih sedikit dibawahku.
Istriku lau menarik tangan Joko yang tengah didorong rebah di ranjang, lalu dengan posisi menungging mulai menciumi, menjilat dan memainkan kemaluan Joko.
Sangat sibuk ia menjilat batangnya dari bawah ke atas, balik lagi, menjilati biji pelirnya, lidahnya juga terus kebawah dan menjilati bagian bawah bijinya dan kulihat Joko setiap kali tersentak saat lidah istriku entah sengaja atau tidak menyentuh anusnya, Hanya kepala kemaluan yang bisa masuk dalam mulut istriku karena besarnya, butuh dua tangan bagi Fifi istriku untuk memegang seluruh batang kemaluan itu.
Aku yakin panjangnya tak kurang dari 24 cm, dengan lingkar yang sangat besar seperti botol, dan kepala yang juga besar, dilingkari urat-urat yang tampak menonjol.
Posisi Fifi yang menungging membuat Adri tak tahan, dan ia lalu mendekati dari belakang, dan mulai menjilati belahan pantat istriku terus kebawah.. Dan istriku sempat menengok sebentar melemparkan senyum manisnya dan kembali menyelomoti kemaluan Joko.
Tidak lama Adri menjilati memek istriku, mungkin karena posisinya yang kurang mendukung, maka ia lalu menegakkan badannya dan mengarahkan kemaluannya ke memek istriku yang tampak mengerti dan 'menyambut' kemaluan Adri memasukinya. Adri tampak asyik bergerak maju mundur sementara tangannya memeluk dari belakang meremas toket istriku yang tampak tak melepaskan konsentrasinya dari 'mainan' dimulutnya itu.
"Ss.. Zz.. Aahh.." Dengan satu erangan keras Adri menyentak dan membenamkan kemaluannya sedalam mungkin ketika menumpahkan air maninya dalam memek istriku, diam sebentar lalu menjatuhkan diri diranjang dengan kemaluan yang mulai mengerut.
Fifi berhenti sebentar dari kesibukannya menjilati kemaluan Joko, membalikkan badannya dan menciumi Adri, menjilati lehernya, dada, perut dan terakhir memasukkan kemaluan yang masih basah namun sudah mengerut itu dalam mulutnya, dan menjilatinya hingga 'bersih'..
Karena kemaluan Adri masih tetap belum bangun lagi ia lalu menengok ke arahku dan aku yang mengerti keinginannya menganggukkan kepala, ia lalu 'merayap' lagi ke arah Joko, untuk kemudian berjongkok diatasnya dan mengarahkan 'raksasa' itu ke memeknya.
Kini Adri terbangun dan dari dekat menyaksikan, demikian juga diriku menyaksikan dengan seksama bagaimana istriku mengarahkan kemaluan Joko yang luar biasa itu ke memeknya yang masih tampak basah kuyup oleh air mani Adri. Walau sangat basah namun tampak masih sulit bagi istriku memasukkan kemaluan itu menerobos memeknya, dan cukup lama dengan menekankan pantatnya ke bawah kemaluan itu perlahan masuk diiringi suara istriku yang mendesis keras seperti orang kepedasan.
"Aahh.. Ss.. Uuuhh.. Uhh.." dan bless kepala kemaluan itu sudah masuk!!
Istriku berhenti sebentar melihat ke arahku dengan raut wajah yang tampak sangat bernafsu dan mulai menggerakkan pantatnya perlahan dan perlahan-lahan kemaluan itu masuk semakin dalam.. semakin.. dalam.. Dan akhirnya diiringi jeritan istriku.. Kemaluan itu terbenam sampai kepangkalnya.
Aku sangat terangsang menyaksikan 'perjuangan' istriku memasukkan kemaluan yang sangat besar itu hampir ejakulasi sendiri saat seluruh batang kemaluan Joko terbenam masuk.
Kini Fifi mulai bergerak teratur dan tidak lama ia mempercepat gerakannya..
"Aakk.. Kelluuaarr.. Aahh", ia mencapai orgasmenya yang pertama hari ini, dan ambruk di dada Joko yang tampak berhenti bergerak.
Joko lalu membalikkan posisi tanpa melepaskan kemaluannya dan kini dengan posisi konvensional ia mulai memompa istriku dengan teratur dan makin lama makin cepat.. makin.. cepat sementara istriku yang semula tampak menggigit bibirnya mulai 'kembali' dan bergerak mengimbangi.
Terlihat jelas bagaimana memek istriku 'terbuka' dengan batang kemaluan Joko didalamnya dicengkeram oleh bibir memek itu sesekali batang itu tertarik keluar setengah dengan lendir yang tampak berkilau dan hampir bersamaan mereka berteriak.."Akk.. Aahhsstt.." dan dengan bibir berpagutan keduanya mengejang sementara Joko membenamkan kemaluannya sedalam mungkin sambil menyemprotkan air maninya dalam rahim Fifi istriku.
Cukup lama mereka terdiam sebelum Joko bergolek kesamping dan dengan suara 'plop', kemaluan itu terlepas dari memek istriku yang diikuti lelehan air mani kental. Aku yang tak tahan lagi segera saja menggantikan posisi Joko dan Fifi yang mengerti merangkulku lalu kemaluanku pun tertanam dalam memek istriku yang barusan telah diisi oleh air mani dua laki-laki.
Siapa bilang kalau memek baru dipakai itu tidak enak?, dan siapa bilang kalau kemaluan yang lebih besar pernah masuk memek itu jadi longgar?. Aku merasakan suatu kenikmatan yang tiada taranya ketika kemaluanku memasuki memek istriku, rasa hangat dari air mani yang sebelumnya telah mengisinya, dan memek yang menebal karena gesekan dengan kemaluan sebelumnya memberi kenikmatan yang bahkan lebih besar lagi.
Dengan saling memeluk aku menggerakkan pantatku berirama dan sebentar saja aku tahu bahwa aku tak bisa menahan dan dengan melenguh aku melepaskan air mani dalam memek istriku, air mani laki-laki ketiga yang mengisi memek istriku yang cantik.
"Mas.. Aduh.. Perih banget.." kata istriku ketika aku mengantarnya kekamar mandi mencuci memeknya.
"Gimana rasanya..?" tanyaku ingin tahu.
"Uh.. Kegedean.." jawab istriku sambil menyabuni tubuhnya.
"Enak nggak.."tanyaku lagi.
"Kalau kegedean gitu.. Gimana ya.. Waktu masuk perihnya luar biasa terus bukan mentok lagi ke mulut rahim tapi nabrak.. Jadi kayaknya sih.. Aku lebih suka yang besar tapi jangan terlalu over gitu, .. Cuma nggak apa apa sih.. Mas jangan kuatir aku akan membuat mereka puas kok.. Ini kan.. Part of the experience" istriku menjawab dan mengeringkan tubuhnya.
Kami lalu berkumpul di ranjang setelah semua membersihkan diri dan minum membasahi tenggorokan yang kering. Permainan berikut mulai lagi, kali ini istriku yang telentang sementara Joko menjilati dan menghisap toket kirinya, Adri yang kanan dan aku menjilati kemaluannya.
Posisi ini tidak lama karena kami bergerak bergantian dan kini Adri yang menjilati kemaluan istriku, lalu giliran Joko dan kemudian dengan tanda dari istriku Adri berjongkok diatasnya, mengarahkan kemaluannya ke mulut istriku yang menerimanya dengan lahap, dan dengan tangan bertumpu pada tembok Adri menggerakan kemaluannya maju mundur dengan cepat dalam mulut istriku yang tangannya tidak tinggal diam memainkan biji pelir yang menggantung itu.
Tidak sampai 10 menit Adri mempercepat gerakannya dan "Aahh.. Ss" ia menyemburkan air maninya di dalam mulut istriku yang tanpa berpikir langsung menelan dan tidak berhenti menghisapnya dan kembali dengan lenguhan puas ia tergolek lemas.
Kini giliran Joko yang diminta telentang dan istriku mulai lagi dengan permainan mulutnya di kemaluan besar yang juga sudah bangun tegak lagi itu. Perlu waktu lebih lama bagi Joko untuk mengeluarkan air maninya dan karena besarnya ukuran kemaluan itu maka hanya lubang pada kepala kemaluan itu yang di cucup oleh istriku ketika Joko mengeluarkan air maninya sementara tangannya membantu dengan mengocoknya dan saking banyaknya walau sudah diusahakan untuk ditelan semua namun tetap ada yang menetes di sela-sela bibir istriku.
Permainan masih berlanjut, kembali Joko memasuki memek istriku, diikuti Adri dan berakhir ketika istriku yang sudah kelelahan menelan air maniku.
Selama 4 hari aku harus 'puasa' menunggu rasa perih akibat besarnya kemaluan Joko lenyap dari memek istriku dan walau kedua kawanku itu tak habisnya memuji istriku namun aku tidak memberi kesempatan lagi khususnya pada Joko, karena istriku tidak mau lagi.. Besar.. boleh.. Tapi.. Jangan terlalu besar itu pesannya..
E N D