kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru perkaos 2 PEMERSATUDOTFUN

perkaos 2

Tidak ada voting
perkaos
perkaos 2
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten perkaos yang ada pada kategori TEEN published pada 27 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming perkaos 2 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kisah Vicki - 2


Dari bagian 1

Tubuhku yang berkeringat itu sedikit terguncang-guncang dalam cengkeraman Pak Gatot. Celana dalamku terasa sangat basah oleh cairan memekku. Saat aku orgasme, Pak Gatot menyedoti kedua putingku bergantian dan meremas-remas gunung kembarku dengan lebih kuat. Jeritanku bertambah keras dan liar karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Untuk beberapa saat orgasmeku berlangsung, dan selama itu pula Pak Gatot tidak pernah menghentikan serangannya terhadap kedua toket dan putingku yang super sensitif.

Akhirnya orgasmeku usai, dan aku hanya bisa berbaring dengan nafas amat berat dan tersengal-sengal.
"Gila bener kamu Vicki, padahal cuma Bapak mainin buah dada dan puting kamu, ternyata kamu udah orgasme segini hebatnya. Maniak juga kamu ya!" kata Pak Gatot dengan gembira dan bangga.
Aku tersenyum malu dan wajahku memerah mendengar kata 'maniak'. Senyuman Pak Gatot bertambah lebar melihat ekspresi wajahku.
"Kamu bener-bener menggemaskan dan seksi abis!" katanya lagi.

Kemudian Pak Gatot merangkulku dengan lembut dalam posisi tubuhku masih dibawahnya, keringatku jelas menempel di kaos dan celana panjang Pak Gatot. Aku ingin membalas hangatnya rangkulan Pak Gatot, tapi berhubung masih 'bau kencur' dalam urusan seks, aku malu-malu dan hanya diam saja, tapi hatiku berdebar-debar dan ekspresi wajahku menunjukkan kegembiraan.

Pak Gatot mulai bercerita bahwa sudah sejak aku kelas satu ia mengincarku saat melihat aku dalam pelajaran olahraga memakai kaos. Katanya meskipun aku tampak berusaha menggunakan kaos yang agak kelonggaran, ia tahu bahwa toketku sangat besar, apalagi porsi tubuhku bisa dibilang agak kurus. Penantian hampir dua tahun tidak sia-sia katanya. Aku sekali lagi hanya bisa tersenyum-senyum kecil dan malu. Pak Gatot juga menambahkan bahwa ia tidak pernah melakukan 'pemaksaan' seperti ini terhadap siswi-siswi lainnya. Ia mengaku amat sangat tidak tahan memikirkan kedua buah dadaku ini. Sejak istrinya menopause juga dua tahun yang lalu itu, bayangan sepasang buah dadaku selalu menjadi inspirasi onaninya yang hampir setiap hari katanya. Aku tambah malu rasanya, tapi tidak bisa menyembunyikan senyumku. Dalam hati aku berpikir, meskipun wajah Pak Gatot tidak tampan, sejak itu aku mulai menyukai wali kelasku sendiri itu.

Pak Gatot sempat bertanya apakah aku pernah berhubungan seks. Aku menjawab bahwa pernah beberapa kali dengan mantan pacarku, tapi aku dengan wajah memerah mengaku belum pernah merasa senikmat ini, bahkan hanya sesekali orgasme dengan mantanku itu. Mungkin ia nggak berpengalaman Pak, kataku. Pak Gatot langsung tersenyum lebar, dan mengutarakan kebanggaannya menjadi orang pertama yang bisa memuaskanku dengan amat sangat.






Pak Gatot juga memberitahuku bahwa rumahnya selalu sepi seperti ini, istrinya berangkat kerja dari jam 3 sore sampai sekitar 11 malam, dan sebetulnya tetangga-tetangga sebelah pada perumahan cukup elit seperti ini tidak peduli satu sama lain. Sehingga walaupun aku menjerit-jerit tidak akan ketahuan, apalagi tembok-tembok rumah Pak Gatot sangat tebal dan kokoh.

Saat itu pukul 4:30, udah setengah jam aku di rumah Pak Gatot.
"Vicki, kamu bisa pulang malam kan?" tanya Pak Gatot. "Ya.. bisa aja Pak, tapi jangan sampai kemaleman Pak, nanti ortuku bingung," jawabku.
"Tenang aja, kamu nanti tak antar pulang kalo Bapak udah puas. Oh ya, kamu telepon aja ke rumah bilang pulangnya agak malam," jawabnya.

Setelah itu Pak Gatot bangkit dan melepaskan rangkulannya. Ia mengambil ponselnya dan menyuruh aku telepon. Kemudian aku duduk, cuma pake celana dalam saja, lalu menelpon ortuku, beralasan bahwa aku belajar kelompok di rumah guruku. Karena selama ini aku cewek yang selalu penurut terhadap ortu dan hampir tidak pernah berbuat nakal, orang rumah percaya-percaya saja.

Sesudahnya Pak Gatot duduk di sebelahku, membawakan sebotol minuman air dingin dan minum bersama. Supaya segar katanya.
Setelah puas minum, Pak Gatot langsung berkata dengan tatapan nafsu, "Vicki, ayo ke kamar aja, ranjangnya besar, lebih enak, kamu boleh menjerit sepuasnya."
Aku lagi-lagi tersenyum malu, namun menjawab dengan sedikit khawatir, "Hah? Di kamar? Di ranjang? Apa nanti tidak ketahuan sama istri Bapak? Sofa Bapak ini aja udah basah semua kena keringatku."
"Santai aja, ini kamar untuk tamu kok sebetulnya. Kadang-kadang ada saudara atau famili yang menginap. Biasanya juga Bapak sendiri kok yang bersihkan. Jadi kamu nggak usah takut, pokoknya nurut aja," ujarnya lagi.
Walaupun tetap dengan gayaku yang sedikit 'malu-malu kucing', aku menyetujui ajakan Pak Gatot. Dengan tangkas Pak Gatot menggendongku dengan kekuatan kedua tangannya, aku langsung kaget dan menjerit kecil.
"Tambah nggemesin aja kamu ini, Vicki," katanya.

Kamar untuk tamu Pak Gatot ternyata sangat rapi meskipun cukup kecil dan lampunya sangat terang. Hampir sebagian besar ruangan termakan tempatnya oleh sebuah ranjang spring bed besar lengkap dengan ukiran-ukirannya, yang jelas untuk ukuran dua orang. Perabotan sisanya hanya sebuah lemari pakaian besar dan sepasang kursi sofa kecil. Ada satu pintu di sebelah ranjang yang ternyata adalah kamar mandi dalam.

Tubuhku yang berukuran mungil dibandingkan tubuh Pak Gatot, langsung dilemparkannya tepat di tengah-tengah ranjang sesudah ia menggendongku masuk. Aku kembali berteriak kecil karena kaget campur perasaan gembira tidak menentu membayangkan apa yang selanjutnya akan dilakukan Pak Gatot terhadapku.
"Empuk sekali ranjangnya," pikirku.
Kemudian Pak Gatot mengambil posisi di atas kedua kakiku, mengangkat pantatku dan memeloroti celana dalamku dengan agak kasar.
"Bapak ini bener-bener nggak tahan lihat keseksian tubuhmu, apalagi buah dada kamu, jadi maklum aja kalo Bapak sering agak kasar sama kamu," godanya saat melepaskan CD-ku.

Aku bener-bener telanjang bulat tanpa sehelai benangpun, berbaring di ranjang dengan wajah sedikit memerah mendengar berbagai macam perkataan Pak Gatot yang menggoda. Pak Gatot juga mengaku senang dengan memekku yang bulu-bulunya sejak dulu aku cukur sehingga tinggal tersisa tipis-tipis.
"Vicki, kamu bener-bener cewek impian Bapak," pujinya.
Kemudian dengan sangat cepat Pak Gatot melepas kaos dan celana panjang sambil berdiri di sebelah ranjang. Aku langsung menahan napas panjang melihat tubuh Pak Gatot yang hanya tinggal memakai celana dalam saja. Meski sudah berusia 51 tahun, katanya, tubuh hitam Pak Gatot masih berotot dan tampak tegap. Aku agak merinding melihat sekujur tubuhnya yang agak berbulu dan wajahku hanya bisa melongo melihat tonjolan besar di balik CD Pak Gatot.
"Kok bengong?" tegur Pak Gatot sambil tersenyum-senyum.
"Um.. anu Pak.. eh..," reaksiku benar-benar seperti anak kecil yang kebingungan.

"Nggak usah malu-malu, Bapak yakin kamu pasti pengen lihat kontol Bapak ini kan," ujarnya lagi menggoda.
"Ayo sini.." tambahnya.
Dengan wajah khasku yang memerah bila malu-malu, aku turun dari ranjang sementara Pak Gatot duduk di tepi ranjang. Pak Gatot membuka pahanya lebar-lebar dan menyuruhku duduk bersimpu lutut di antaranya.
"Kamu dulu pernah nyedot kontol mantan pacarmu?" tanya Pak Gatot.
Wajahku tambah merah mendengar bahasanya yang kasar, tapi mungkin karena sudah 200% takluk, aku tambah berdebar-debar. "Belum pernah Pak, Vicki nggak berani," jawabku.
"Mm.. jadi kamu bisa belajar pake kontol Bapak," balasnya.
Wajahku merah padam seperti mati kutu, dan Pak Gatot semakin menjadi-jadi menggodaku.

"Tapi kamu pasti pernah nonton BF kan?" tanyanya.
Aku langsung mengiyakan dengan mengangguk pelan mengingat-ingat beberapa kali pernah menonton video bokep pemersatudotfun bersama temen-temen cewekku.
"Kalo gitu ya kamu pasti bisa Vicki, dan mulai sekarang kamu nggak usah malu-malu, he he he," balasnya sambil tertawa.
Tiba-tiba Pak Gatot memegang belakang kepalaku dan menarik kuncir rambutku yang masih terpasang sebelumnya. Rambut hitam panjangku yang agak bergelombang terurai di bahuku.
"Kamu cantik dan seksi sekali Vicki sayang," katanya sambil memandangi wajahku.
Aku tersenyum sipu sementara Pak Gatot memegang kedua tanganku dan menaruhnya di pinggangnya. Kemudian Pak Gatot sedikit mengangkat pinggulnya.
"Ayo diplorotin, kalo pengen lihat kontol Bapak nggak usah sungkan," candanya lagi.
Dengan bantuannya aku mulai menurunkan CD-nya hingga ke paha dan mataku langsung terbelalak lebar ketika senjata Pak Gatot bebas dari sarangnya.

Kontol Pak Gatot ternyata begitu indah meski tampak menyeramkan. Berwarna hitam pekat, begitu besar dengan panjang sekitar 12 cm dan diameter sekitar 6 cm. Kontol yang sudah disunat itu dilengkapi dengan ujungnya yang berwarna coklat keungu-unguan. Sepasang buah zakar hitam besar dengan bulu lebat juga tidak lepas dari pandanganku. Aku hanya bisa memandang takjub dan melongo, mataku seperti terhipnotis oleh kontolnya.
"Kenapa sayang, punya pacarmu nggak segede ini dulu?" tanyanya.
Aku menjelaskan bahwa panjangnya mungkin hampir sama, tetapi kontol Pak Gatot lebih lebar.
"Lho jangan kaget ya, ini masih semi ereksi," tambahnya.
"Hah?" jeritku tambah melongo.
Kemudian Pak Gatot menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Sungguh pemandangan yang jarang terlihat, ABG berwajah lugu, berkulit putih mulus dengan toket besar sedang berjongkok di antara kedua paha pria setengah baya berperawakan menyeramkan dengan kulit hitam pekat yang duduk di tepi ranjang.

Pak Gatot dengan sabar mengamati reaksi wajahku dan menungguku beraksi sementara kedua tangannya berpegangan di tepi ranjang. Dengan sedikit gemetaran namun sudah terkontrol oleh nafsu membara, aku meraih kontol Pak Gatot dan mengocoknya pelan-pelan menggunakan tangan kananku. Jari-jariku yang mungil nyaris tidak bisa melingkari keseluruhan dari diameter kontolnya. Aku mulai mengocok kontol Pak Gatot naik turun, sambil sesekali melihat wajahnya. Pak Gatot sangat menikmati dan kadang-kadang salah satu tangannya membelai-belai rambutku.

Setelah kukocok beberapa saat, dalam sekejap kontol Pak Gatot bertambah panjang, mungkin sekitar 18 cm.
"Ini baru kontol Bapak yang sesungguhnya, enak banget kamu ngocoknya Vicki," desahnya.
Aku makin bersemangat dan mulai mengocok kontol Pak Gatot dengan dua tangan, naik turun dan tambah lama tambah cepat. Kemudian pikiranku untuk sesaat terbang ke salah satu video bokep pemersatudotfun yang pernah aku tonton dan berusaha kuingat beberapa adegan oral seks.

Aku melepaskan tangan kiriku dari rudal hitam tersebut, sementara tangan kananku memegangi pangkal kontol Pak Gatot dengan erat sambil kumajukan kepala dan kubuka mulut. Bibirku yang mungil terbuka lebar dan langsung mengulum kepala kontol Pak Gatot.
"Mm.." desahku sambil menyedot-nyedot pelan.
"Oh Vicki.. hebat bener kamu sayang," desahnya keenakan.
Aku benar-benar sudah seperti gadis liar seperti di film-film BF itu dan sedotanku makin lama makin kuat dan dalam, meskipun ukuran kontol Pak Gatot membuatku hanya bisa memasukkan sekitar setengahnya setiap sedotan. Entah belajar darimana, lidahku juga mulai beraksi dengan menjilati ujung kontolnya. Kulihat sepintas wajah Pak Gatot menunjukkan ekspresi yang sangat puas dan membuatku berbangga meski ini merupakan oral seks pertamaku.

Ke bagian 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Bokep Viral Terbaru perkaos (2) PEMERSATUDOTFUN

perkaos (2)

Tidak ada voting
perkaos
perkaos (2)
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten perkaos yang ada pada kategori TEEN published pada 21 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming perkaos (2) secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kabut Pagi di Simpang Lima 02


Sambungan dari bagian 01

Setelah puas bermain di anusnya, tangan kiriku membelai pinggulnya dan kupegang kontolku dengan tangan kanan. Perlahan kuletakkan di mulut rahimnya yang memerah basah itu, kusibakkan labia myora dan minora-nya dengan kepala kontolku nan lembut dan hangat.
"Emmpphh.. ookkhh..!" desah Yuni.
Tampaknya pengaruh kehangatan kontolku mulai bekerja. Perlahan namun pasti, kumasukkan centi demi centi dan tiba-tiba Yuni menghentakkan pinggulnya keras ke belakang diikuti dengan menggoyang putar pinggulnya.
"Aaakhh.." pekik kami bersamaan saat hentakan itu tadi.
"Sleepprrtt..," 15 cm batang pejalku telah mengisi rongga rahimnya yang rindu akan kocokan, gesekan dan juga kehangatan kontol. Bersamaan itu pula Yuni menjerit lirih sambil mendongakkan kepalanya, rambutnya yang panjang itu ia geraikan ke samping kiri lehernya.

"Oookkhh.. nikmathh.. emmpphh.. sshh.." Yuni mulai ceracau tidak teratur.
Yuni mulai dikuasai nafsunya, sebagai perempuan ia hanya ingin kepuasan saat itu. Ingin segera menumpahkan maninya banyak-banyak untuk melumasi kontolku dan menghangati diding memeknya. Aku mengatur posisi untuk menstimulasi G-spot-nya. Dengan perlahan namun pasti, kukocok kontolku keluar masuk. Aku melihat labia minora-nya ikut tersembul keluar saat kontolku kutarik keluar, demikian pula kulihat labia mayora-nya ikut amblas saat kumasukkan kontolku dalam-dalam.
"Ookkhh.. kocokhh.., terusshh.. iya.. iyaa.. lebih kerasshh.. oohh nikmathh..!" Yuni mulai menggumam.
"Lebih kerasshh.. yach.. yach.. oohhgghhk..!" Yuni semakin tidak mampu menahan hawa panasnya yang mengalir, dan hawa itu bersumber dari kontolku yang terasa penuh menjejali ruang memeknya.

Sementara itu ia aktif menggoyang pinggulnya, dan kedua tangannya berpegangan pada sandaran sofa. Lalu sesekali ia sentakkan pingulnya ke belakang untuk menambah rasa penetrasi dalam-dalam. Lima menit berlalu, lalu kumulai membantu Yuni menggapai sorgawinya dengan stimulasi di kedua bobanya dengan pelintiran jempolku. Kupilin-pilin, lalu kutarik dan kemudian kulepaskan.





Setiap saat kulepaskan itulah Yuni melenguh panjang, "Oookkhh.., entotthh.., dalammhh.. ookhh..!" ceracau Yuni tidak karuan.
"Maasshh.. ss.. ngghh.. sshh.." desis Yuni kehabisan kata-kata.

Sementara kocokanku kuatur dengan tempo pancingan, yaitu memancing birahinya agar memancar keluar dari rahim dengan segera. Dengan cara mengocok 3/4 batang kontolku dengan tempo cepat, dan sekali kocokan kubenamkan dalam-dalam sampai ujung kepala kontolku mentok menggelitik dinding atas rahimnya. Hal itu pun kurasakan juga saat ujung kepala kontolku menyentuh mentok pada leher atas rahimnya, rasanya ngilu, geli dan hangat. Dan saat itu lah yang membuat tubuh Yuni tegang sesaat kemudian.
"Ngghh.. eeghh.. oohgghh.. eengghh.. aaghh..!" Yuni terengah mengekspresikan orgasmenya yang sebentar lagi menjemput.
Tempo permainanku tidak kuubah sampai Yuni betul-betul menggapai orgasmenya, dan aku tetap mengatur irama nafasku, menyebabkan tempo permainan kami terasa lebih lama.

Kira kira 20 menit kemudian, tubuh Yuni menegang lagi. Kali ini ia melepaskan pegangan tangan kanannya dari sofa dan membelai rambutnya sendiri. Tubuhnya ia miringkan melihat ke arahku yang lagi sibuk menanamkan kontolku. Bibirnya yang sensual itu terbuka lebar, melepas desahan nafsunya, matanya terpejam dan sesaat kemudian ia terlihat menjambak rambutnya dan tubuhnya oleng.
"Aaakkhh.. aakhh.. ookkhh.. sshh.. nikmatthh.." Yuni mengawali orgasmenya dengan diiringi goyangan pinggulnya.
"Oookkh.. masukin yanggh.. dall.. lammhh..!" pinta Yuni.
"Maasshh.. nikmaatthh..!" desis Yuni yang kini mempercepat hentakan pinggulnya.

Sedetik kemudian kontolku kembali tertanam dalam-dalam dan kubiarkan tetap begitu sambil kuputar pinggulku perlahan untuk menambah sensasi bagi Yuni. Yuni semakin tidak dapat menguasai dirinya dan berteriak.
"Ookkhh.. aaghh.. Masshh.. Akuu.. mauu.. kellu.. arr.. lagiihh.. ookhh..!" Yuni kembali mendongak, menjemput orgamenya yang kedua.
Pahanya kali ini dirapatkan, sehingga gigitan memeknnya tambah terasa di kontolku. Seluruh batang kontolku terasa diempot-empot dan hangat menggelitik. Yuni juga pandai memainkan otot memeknya, meski sambil berorgasme atau barang kali itu suatu pasangan saat orgasme.

Demikian pula yang ia rasakan, benda pejal hangat itu semakin terasa menggelitik rahimnya, keluar masuk, keluar masuk, dan keluar lagi panas membara.
"Aaaghghh.. ooaaghh.. sshh.. ssh.. mmpphh..!" teriak Yuni menyambut orgasmenya yang entah keberapa, serasa tiada henti baginya.
Desahan, teriakkan, dan ceracau Yuni yang tidak karuan itu membuat gerakanku kini tidak terkontrol dan terkesan lebih kasar. Aku ingin segera memuntahkan sperma kentalku dalam rahimnya dan saat menyemprot itu lah, akan kutanamkan dalam-dalam di rahimnya.

Belum aku berpikir, selanjutnya ujung kontolku kini berdenyut lebih keras, dan hal ini dirasakan juga oleh Yuni.
"Ookkghh.. Mass.. shshh.. kell.. luarriin cepethh.. ngghh..!" pinta Yuni yang rupanya sudah mulai ngilu.
"Yuunn..!" bisikku sambil mempererat pelukanku di punggungnya.
Kuciumi belakang telinganya, belakang lehernya, punggungnya, dan sesekali ketiaknya, membuat desahanku dan Yuni memenuhi rumah kost yang sepi itu menjadi hingar bingar.

Sepintas kutengok dan melihat adegan di blue film sama seperti kami, doggy style dan kubisikkan ke Yuni untuk mengatur posisi. Kami kini dapat menikmati film biru itu sambil berdoggy ria. Aku melihat si wanita di film mulai orgasme, tubuhnya kejang dan berteriak-teriak dalam bahasa mandarin. Saat itulah tubuh Yuni juga tagang dan aku merasakan aliran mani mengalir perlahan. Pinggulnya ia goyang lembut, kemudian perlahan-lahan menjadi goyangan yang binal tidak terkontrol.
"Aaakkhhfggh.. ookkhh.. mmpp.. Masshh.. cepethh.. kellu.. arrgh.. Aku udah gell.. lii..!" pinta Yuni.
Rupanya ia tidak tahan dengan gerakan yang dibuatnya sendiri.
"Baik Yun..! Terima yachh.. sppermmaa.. Ku..!" teriakku sambil memperdalam tusukan kontolku dalam-dalam dengan kuputar-putar di mulut memeknya.

Aku melihat si cowok film blue film juga tegang, wajahnya mendongak terlihat tegang sekali sepertiku, tusukan kontolnya tidak lagi beraturan, demikian pula yang kurasakan.
"Tingg.. tongg..!" bunyi bel itu mengejutkanku, dan dengan cepat Yuni mencabut gigitan memeknya.
"Aaakhh..!" pekikku tertahan saat bersamaan dengan itu.
"Sialan..!" makiku dalam hati.
"Sabar yach Mas Yanto..! Yuni udah puas khok.. tuh ada kejutan datang." kata Yuni sambil mengenakan jeans pendeknya sekenanya.
"Biar Aku yang bukakan, Mas nggak usah pakai tuh pakaian.. pokoknya ini permainan asyik..!" kata Yuni sambil ngeloyor menuju ke arah pintu.

"Sialan tuh perempuan..! Teteknya tidak ditutup lagi..!" gumanku kesal melihat Yuni tidak ber-BH membuka pintu.
Memang kost-kost-an itu letaknya di kawasan elit, pagar dan gerbang depan juga tinggi, sehingga Yuni berani berbuat demikian, apalagi suasana rumah sepi begini. Aku berjalan mengitari sofa dan menghempaskan tubuhku, tanganku mebelai lembut kontolku yang masih tegak dan belepotan maninya si Yuni. Sambil kuelus, aku membayangkan apa gerangan rencana Yuni ini. Pikiranku terus melayang, dan akhirnya kuputuskan untuk mengambil celanaku.

"Eeiitthh.. tunggu duluu..!" sergah sebuah suara lembut melarangku meneruskan rencanaku.
Akan tetapi itu bukan suara Yuni yang kukenal beberapa jam lalu, akan tetapi, "Kenalkan Aku Anisa.. Aku Ibu kost disini." kata seorang wanita setengah baya berpakaian resmi, mungkin dia wanita karier kali yah.
Aku terkejut setengah mati dan berusaha mengambil lagi celanaku.
Akan tetapi, "Eitt jangaan..! Khan udah Aku bilang nggak usah dipakai tuh baju. Aku juga mau kontolmu yang besar and panjang itu." sergah Anisa sambil membuka jas dan melempar tas kerjanya.
Wahh gumpalan toket serta bobanya semakin kelihatan saat jasnya terlepas.
"36 yach..?" aku menebak dan menunjuk ke arah dadanya yang tak ber-BH.
"Eemmhh.. 36B tepatnya.." bisik Anisa seraya mendekatkan diri di sampingku.

Kuamati wajahnya, ada sedikit rasa lelah disana, akan tetapi tubuhnya yang fit itu tetap segar.
"Kamu nggak usah mikir itu Yuni, Dia udah maen tuh di ruang tamu sama Yudhi, pacarnya yang juga langananku." kata Anisa menerangkan.
Pantes saja aku dengar sayup-sayup desahan Yuni dan Yudhi memacu birahi masing-masing.
"Emmhh.. pantes! Lha orang Ibu kost-nya aja nafsunya kayak setan, apalagi anak kost-nya." gumanku dalam hati.
"Eh.., kok bengong..? Mari Kita berpesta yuk..!" ajak Anisa sambil mengeluarkan sepotong viagra dan XTC.
"Aku percaya kemampuanmu.. tapi lebih hebat kalo Kita juga fly sambil memuncratkan mani." katanya ngawur.

Aku mengambil viagra itu dan kutelan habis, sementara ia meneggal XTC-nya itu. Batang kemaluanku yang sudah tegang, lima menit kemudian menjadi betul-betul keras. Anisa berjalan ke arah VCD dan menganti film-nya dengan making love party disco. Masih ada sisa 1 butir XTC, lalu kutelan lima menit kemudian, untuk mengimbangi fantasi Tante Anisa. Anisa tidak lagi kembali ke sofa, ia malah berdisco ria melepas satu persatu sisa pakaiannya sampai tubuh mungilnya kelihatan semua. Sampai pada suatu irama, ia tepat menghadap ke arahku dan membuka kedua pahanya, pinggulnya ia goyangkan memutar sambil memainkan otot memeknya, sehingga bibir mayora-nya membuka dan memeknya yang kelihatan pink itu mulai membasah.

Pintar sekali dia dan ia memulai pekerjaan tangannya. Pertama ia kulum itu telunjuk, lalu dihisap pelan-pelan seolah-olah sedang menghisap kontol. Kontolku semakin kencang saja melihat sensasi yang dibuatnya. Ia kemudian mengambil kursi bulat untuk dudukannya. Aku bangkit menghampirinya, akan tetapi kukaget bukan main, ternyata ia menolak dan memberi isyarat kepadaku untuk duduk sambil beronani ria.
"Sial..!" makiku dalam hati sambil beranjak menuju sofa.
Kupegang-pegang kontolku, lalu kukocok sendiri perlahan mengikuti irama disco dan kukerjakan isyarat Anisa untuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Aku hanya menemukan baby oil disana, lalu dengan satu kucuran sudah membasahi kontolku. Gila fantasi Tante Anisa ini, betul-betul gila, akan tetapi aku menemukan sebuah nilai seks disana. Anisa mulai meringis saat telunjuknya memasuki memeknya. Ia berdiri pada kaki kanan, dan kaki kirinya ia naikkan ke kursi bulat tadi. Desahannya tidak kudengar karena kalah oleh dentuman musik, namun aku menikmati fantasinya. Ia bermastrubasi ria sambil kutonton dan ia sendiri menikmati BF dari VCD Making love party yang ia nyalakan. Tangan kirinya mulai meraba toketnya, kemudian diremasnya lembut dan dituntun ke arah bibirnya. Ia menghisap sendiri bobanya, sementara telunjuknya sudah kelihatan cepat keluar masuk tidak beraturan di liang rahimnya.

Kelihatan ia menggigit kecil bobanya, lalu ia kilir-kilir dengan kedua giginya. Sedetik kemudian ia mendongak dan memperdalam tusukan telunjuk di memeknya.
"Aaakkgghghh.. mmpphh.. ookkhh.. sshshh.. hhsshh.." Anisa mencapai orgasme rupanya.
Selesai, ia lalu telentang di karpet depan VCD. Kedua kakinya menghadap ke arahku. Anisa lalu membuka pahanya lebar-lebar dan meletakkan kedua telapak tangannya untuk memainkan memeknya. Wajahnya tegang, kepalanya oleng kiri dan kanan dan bibirnya tak henti-henti mendesah. Ia lalu mengambil jari tengah tangan kanannya dan memasuki liang kenikmatannya.Tangan kirinya lalu merembet ke atas menjambak rambutnya sendiri.

Pengaruh XTC itu mempercepat datangnya orgasmenya yang kedua, gerakan tangan kanannya cepat tidak beraturan, menusuk liang rahimnya. Wajahnya terpejam dan bibirnya mendesis bagai ular.
"Ooogghh.. aaghhgghh..!" desah Anisa meregang orgasmenya.
Selesai itu, kemudian ia bangkit dan bergoyang erotis seirama rockndut dan kemudian berjalan ke arahku. Ia melepas dahaganya dengan menenggak air mineral dan duduk telentang di sampingku, kedua pahanya terbuka lebar. Aku mengelus batang kejantananku yang hampir memuncratkan maniku karena sudah sangat birahi melihat pertunjukan Anisa. Aku berdiri dan berjoget, yang kubuat seerotis mungkin, kupegang erat-erat kontolku dan kukocok-kocok lembut. Aku melihat Anisa memainkan lagi telunjuknya di memeknya, sementara aku masih menggoyangkan pinggulku. Aku hentakkan lembut sambil kukocok kontolku sendiri, fantasi ini memang luar biasa nimatnya.

Aku melihat Anisa mulai menegang, tapi kali ini ia tidak memejamkan matanya, ia hanya mendesis, mendesah dan sesekali metanya yang indah itu terpejam. Baby oil membuat kontolku semakin terasa lembut dan kontolku bertambah semakin hangat. Darahku berdesir kencang melihat Anisa meregang orgasmenya.
"Aaakhhgghh.. mmpphh..!" desah Anisa yang kulihat dari vokal bibirnya.
Aku juga ingin segera memuntahkan spermaku di hadapan Anisa, kupercepat kocokan kontolku dan semakin lama kocokanku tidak beraturan.
Goyangan pinggulku pun semakin tidak menentu dan semenit kemudian, nafasku terhenti, dan, "Aaakkhh.. crotthh.. crotthh..!" spermaku memancar deras bersamaan lelehan mani Anisa di sofa.

Aku lalu menghampiri Anisa, kubimbing dia untuk berdiri, lalu aku duduk. Anisa kini berdiri dengan kedua lututnya dan kedua pahanya mengangkangi pinggulku. Pengaruh viagra menjadikan kontolku tetap tegak meski sudah memuncratkan laharnya. Aku pegang pinggul Anisa dan kubimbing liang memeknya mendekati batang kejantananku. Hanya dalam sekejap, seluruhnya amblas.
"Slleerrpptt..!" 15 cm kontolku sudah menjejali memek Anisa dengan mudah.
"Aaaghh.. ookkhh.. mmpphh.. sshshh.. sshh.. nimathh..!" ceracau Anisa.
"Mmmpphh.. tusuk.. yang.. dall.. lammphh..!" pinta Anisa.
Aku sentakkan keras, dan amblas lagi kontolku dalam memeknya, kami bergoyang menggapai orgasme seirama dentuman musik.

Anisa memang hebat, 30 menit berlalu, kami belum juga ada tanda-tanda orgasme, malah ia tambah hebat. Ia berjongkok dengan kakinya dan bergoyang hebat, sesekali tubuhnya kian naik dan turun mengocok kontolku. Pada menit ke 50, saat tubuh kami sudah mulai lemas, Anisa terdiam dan wajahnya ekspresif sekali, itulah tanda orgasmenya segera datang. Aku lalu meraih minuman mineral dan menenggaknya. Dan setelah kuletakkan, aku menambah tempo perputaran pinggulku.
"Aaahh.. Kkuu.. maauu.. ss..!" desis Anisa yang kututup bibirnya dengan kecupanku.
"Ngghh.. ookkhh.. Yaann.. aa.. kkuu.." mata Anisa mendelik dan di bagian lain memeknya mengempot keras.

Aku pun tidak tahan untuk segera ejakulasi, karena orgasme kami telah kami capai entah berapa puluh kali.
"Akk.. kuu.. nnghh..!" Anisa mulai terengah.
"Samm.. ma.. samm.. maa Tante..!" pintaku sambil menghisap bobanya.
Lima detik kemudian, kepalanya mendongak menjauhiku, tangannya mencengkeram keras ke pundakku.
"Yaann.. aagghh.. oogghh.. mmpphh.. aa, aa.. aa.. aa.. aakhh..!" kami ejakulasi dan orgasme bersamaan.

Ah, gila memang fantasi Anisa, namun nikmat tiada tara. Spermaku terasa kering tersedot empotan memek Anisa. Yuni akhirnya menyusul kami ke ruang tengah, sementara Yudhi terkapar di ruang tamu. Aku menghabiskan lagi satu babak dengan Yuni, hingga kami bertiga ketiduran dan terbangun tengah malam. Kami lalu bertiga keluar mencari STMJ. Setelah mengantar Yudhi pulang, kami melanjutkan permainan kami di Graha Santika Hotel.

Di hotel kami membuat fantasi. Pertama-tama adalah Yuni dan Anisa bermain lesbi dan aku beronani ria sambil menyaksikan mereka. Kemudian aku dan Yuni berkuda lumping, sementara Anisa masturbasi ria sambil menyaksikan kami. Dan ketiga kami berdisco dan joget bersamaan dan masing masing sambil bermasturbasi ria, lalu aku menyetubuhi dua wanita itu bergantian.

"Yach kadang fantasi seksual memang harus dituruti.." kata Anisa suatu saat setelah Yuni ketiduran karena lelah.
"Aku tidak pernah dapat mengekspresikan hal ini kepada suamiku yang super sibuk dan tidak dapat memuaskan Aku karena impoten serta sibuk dengan WIL-nya." keluh anisa seraya mengepulkan asap mild-nya.
"Nich.., terima..!" kata Anisa seraya menyodorkan puluhan lembar ratusan ribu.
"No.. thanks..," aku menepis tangan Anisa.
"Liburanku ini pun teramat indah bagiku.. dan itu lebih indah besama Tante." tambahku.
"Kalo Lo mau, nanti kukenalkan WIL suamiku padamu, dan Ia juga sangat berfantasi seperti Aku." sambung Anisa.

Kami bertiga pun akhirnya tertidur mesra, dan esok pagi kulanjutkan perjalanan kami ke Bandungan dan menginap 3 hari tiga malam disana.

TAMAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.