kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru perkaos 2 PEMERSATUDOTFUN

perkaos 2

Tidak ada voting
perkaos
perkaos 2
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan VPN, matikan adblock, Akses website pemersatu.fun anti blokir ISP (tanpa VPN) dengan Cloudflare DNS (KLIK DI SINI)
untuk menonton konten perkaos yang ada pada kategori TEEN published pada 27 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming perkaos 2 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Gelora Cinta Tara di 'Rumah Besar' - 1


Tara adalah seorang Ibu rumah tangga, yang cukup santun, cantik dan pandai, dia seorang karyawati menengah yang sukses adapun suaminya Nico sangat religius dan agak kaku; malah dapat digolongkan sangat tradisionil jalan berpikirnya.

Kehidupan Tara menjadi berubah dengan segala prubahan zaman serta kariernya, dimana dia bekerja disebuah hotel yang bintang lima di suatu property di kota besar dibagian dunia ini.

Dengan penampilan Tara yang manis, ramah, pandai juga sexy, Tara menjabat sebagai 'Event Coordinator Manager', adalah suatu bagian yang memang cukup sibuk, di dunia 'Hospitality Industry' dan sering dia harus bekerja sampai larut malam.

Didalam kehidupan social diHotel ada sebuah motto yang tak tertulis bahwa semua orang seharusnya bantu membantu, apa bila orang pernah tidak membantu satu bagian lain, otomatis suatu ketika dia akan kena batunya sendiri karena tidak akan diperlakukan baik bila dia mendapat kesukaran dikemudian hari.

Motto ini dipegang teguh oleh Tara, sejak kepindahaannya dari lain perusahaan, yang benar-benar berbeda nafas dan warna usahanya; namun dengan cepat Tara bisa mengikuti jalur permainannya.

Namun tak mengherankan juga, cara kehidupan yang begitu erat di property Hotel itu akhirnya mereka juga saling menjalin kasih diantara mereka, entah itu orang dari Front house dengan Back house, manager dengan waitress nya, ataupun chef dengan front office officernya; walaupun, ada tertulis bahwa mereka tidak boleh saling melecehkan pegawai, dalam arti pelecehan apapun termasuk sexuality.

Banyak pegawai menyebutkan bahwa Tara adalah seorang yang sexy, menawan dan ramah, dengan kulit 'fair' rambut panjang serta 'grooming' selalu terjaga, tidak terlalu menyolok dalam berdandan, juga ringan tangan. Mungkin hal ini karena dia dari Indonesia, yang terkenal dengan ramah tamah dan berbudi bahasa halus.






Suatu saat pegawai Hotel dihebohkan dengan kejadian adanya pemerkosaan dan pembunuhan sebelah kanan gedung property Hotel, dilakukan oleh orang lokal yang memang tampang dan cara kehidupannya agak menyeramkan bagi yang menemuinya, namun jumlah mereka tidak banyak, dan makin memudar.

Dengan peristiwa itu, banyak wanita pekerja Hotel itu harus di'escort' sampai ketempat parkir atau pun tempat pemberhentian bis dimana dia harus mengambil jalur bis menuju ke rumahnya masing2 di malam hari, oleh siapa saja yang bertugas malam itu, bagian front office yang laki-laki, terutama Security.

Tak berbeda dengan Tara, diapun mendapat perlakuan yang sama karena sering kali dia harus selesai jam 22:00 atau 22:30. dimana kadang dia hanya naik bis saya menuju ke suburb dimana dia tinggal.

Disuatu malam, karena Hotel memang sedang sibuk sekali Tara harus pulang malam, Tara menelephone pada suaminya yang sudah dirumah.
"Nic, kerjaan aku belum selesai tuh, mungkin aku sampai agak malam karena harus keluarin leaflets dan brochures ini besok pagi?"
"Biar deh aku naik bus aja ntar kamu jemput di halte bis aja ya?"
"Uchh aku juga lagi nyiapin presentasi buat besok nih Tar, udah deh bila aku udah ngantuk ya sampai ketemu ditempat tidur aja ya", jawab Nico.
"OK deh soalnya aku belum tahu sampai jam berapa aku selesai, I love you"
"OK I love you too, anak-anak udah pada belajar kok mereka udah mo pada bobo, udah ya muuacch!" kata Nico.
"Ya udah sampai nanti, Mmmuuachh", sambut Tara dengan agak rasa kesal.
Tara meletakkan telephonenya dan mulai bekerja kembali menyelesaikan pekerjaannya yang menuntut penyelesaian malam itu.

Jam 20:00 dia turun keKantin untuk makan malam, banyak pria yang menayakan akan keberadaannya dan menawarkan untuk panggil aja bila butuh escort. Tarapun menjawab dengan ramah dan santai, sambil memikirkan akan makan apa yang ada dikantin, karena kadang membuat dia bosan juga makanan ala Hotel yang itu-itu juga, terasa kurang rasa, tidak seperti di rumah makan Indonesia atau di warung makan biasa. Akhirnya dia cuma makan cumi yang digoreng pakai tepung dengan sayur mayur dan sedikit nasi goreng yang memang tinggal sedikit.

Tara tak menghiraukan lingkungannya selama makan, karena ingin cepat kembali kepekerjaannya dan pulang tak terlalu malam, rupanya ada seorang yang memperhatikan tingkah lakunya yang agak serius setengah resah.
"Banyak kerja Tara?"
Tarapun menoleh karena kaget rasanya sangat familiar dengan suara itu.
"Oh ya, kok kamu Harry, kok makan sini sih, bukannya kamu harusnya udah pulang tadi 2 jam yang lalu."
"Ya sama aku juga terjerat kerja nih besok ada Press Release", kata "Deputy Executive Managing Director" ini menerangkan.

Selesai kerja, Tara pergi kebawah menuju keFront Office untuk minta "escort", kemudian seorang ditugaskan untuk mengantarnya sampai kehalte bis menunggu sampai dia naik bis.
Namun tiba-tiba Harry menyahut dari belakang, "Biar saya saja yang mengantar Tara"
Maka Tarapun jadi tidak enak hati dan menjawab, "Gak usah deh Harry biar Peter aja yang menantarku, keluargamu menunggumu"
"Ya OK deh Peter, antar Tara kepemberhentian bis, jangan kamu pulang bila dia belum naik bis ya", godanya.

Sampai dirumah, Nico telah mengorok diperaduannya, melihat anak- anaknya udah lelap, kelihatan sangat suci sekali wajahnya dalam tidur nyenaknya. Cepat Tarapun membersihkan diri dan masuk ke quilt menyusul Nico tidur di malam spring yang agak sejuk itu. Mendekap Nico dari belakang, berusaha melupakan kekesalannya terhadap Nico yang selalu agak masa bodoh.

Segera terjatuhlah Tara tertidur, namun belum pulas sekali; Nico merasa bahwa istrinya telah berada disampingnya, segera dia membalik dan melucuti pakaian Tara, juga dirinya sendiri. Segera dia memasukkan kemaluannya kedalam memek Tara.
Walaupun Tara agak capek dari kerja masih terpejam matanya, dia tak dapat mengelak perilaku suaminya yang memang tanpa permisi dan basa basi bila ingin menyalurkan syahwatnya, pun pula tanpa "warming up" dan cumbuan; Nico langsung menancapkan kemaluannya dan memompanya sepuasnya, bagaikan sebuah mesin sex yang lagi di"switch on", semua getaran badan Nico terasa dibadan Tara.

Belum juga Tara merasa mencapai pendakian birahinya, Nico telah sangat memburu nafsunya dan deru nafasnya tak terelakkan, kemudian keluarlah air many Nico dalam rahim Tara , creet, cret, cret. Tarapun menjadi kaget, karena dia masih belum separoh jalan menuju ke puncak pendakiannya dan masih harus berkonsentrasi akan rasa gesekan kontol Nico dalam relung kenikmatannya, namun Nico telah KO, dan lunglai di dadanya.

Betapa jengkel dan kecewa hati Tara, akan perlakuan suaminya yang selalu tak pernah memberikan kesempatan untuk berexpresi dan mendapatkan kenikmatan bila mereka membuat cinta. Namun Tara harus menerimanya dengan diam, karena telah beribu kali dia utarakan untuk berbicara mengenai hal yang satu ini, namun Nico, menjawabnya dengan masa bodoh seolah, memang itu tanggung jawab wanita, sebagai pelampyas nafsu suami titik.

Esoknya, Tara kembali bekerja dengan tekunnya, memang kebetulan kamar kerja Tara berada agak pojok dan ngak banyak orang lalu lalang karena memang kegiatannya yang membutuhkan ketenangan, dalam menghadapi para langganannya. Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ketukan, ternyata, Harry yang masuk, kontan kaget Tara akan kehadirannya, karena biasanya bila orang masuk tentu mengetuk pintu terlebih dahulu. Matanya agak sayu dan langsung menutup pintu kamar dan berkata,
"Tara, kau tentu tahu bahwa aku menyukaimu, bukan saja pinggul dan dadamu yang indah, namun perilakumu meruntuhkan imanku."
"Kudambakan kelembutan wanita seperti kau, dan aku tahu, kau akan mengimbangi deru cinta dan nafsuku Tara", berkata begitu sambil menatap mata Tara yang masih agak terperanjat namun juga sebagai kejutan, karenanya darahnya berdesir kencang sewaktu tangan Harry menggapai tanggannya, dan meremasnya halus.

Ditariknya tangan Tara lembut dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menggapai leher Tara dan menariknya mendekat di mukanya, dalam sekejap bibir Harrypun telah menempel dibibir Tara dengan hangatnya. Terasa, hangat dan bergetar bibir Tara menerima kenyataan indah ini, sesaat Harry mendorong lidahnya dan memainkannya dirongga mulutnya dengan aktif, sambil sesekali menekan dan menghisap liurnya.

Jantung Tara berdegup kencang, dan darah berdesir, keringat mulai membasah, menerima kenikmatan. Hangatnya dekapan yang tak disangka-sangka, membuat tubuhnya bergetar dan menggeridik bulu kuduknya, dalam berpangutan hangat ini. Akan tetapi, dirasakannya ada suatu halangan kenikmatan mereka, karena mereka berciuman terpisahkan antara meja tulis selebar 90 sentimeter. Maka bergesarlah Harry kearah balik meja dimana Tara berdiri, dan langsung mendekatkan dirinya pada Tara dan mendekapkan tangannya dipunggung Tara, kemudian merambatkan tangannya memegang leher dibalik rambut Tara yang panjang sebahu. Diraba dan dielusnya leher Tara dengan lembut, sambil bibirnya terus memangut bibir Tara yang hangat.

Hampir lupa Tara bila dia dalam keadaan dinas; terhenyaklah mereka ketika telephone berdering, serta merta Tara mendorong pelan Harry, mengangkat telp dan menjawabnya setelah sesaat dikuasainya diri dan emosinya sendiri.
"Event coordinator office, Tara speaking"
Ternyata yang telepon dari graphic designer bicara mengenai design yang telah Tara setujui akan langsung di cetak, dan Tara menyetujuinya.

Setelah selesai pembicaraan dengan graphic designer, Harrypun terus memegang tangan Tara lagi, dan mengatakan,
"Tara, jangan lari dariku lagi please, aku mencintaimu"
"Akan kuatur kebahagian kita bersama, will you accept this please"
Tara tak kuasa menjawab, hanya anggukan kepala dengan mata tak berkedip memandang Harry, seolah cahaya kuat yang mempunyai daya tarik yang besar menyedot dirinya hampir dia tak akan bisa melepasnya. Maka Harry pun menegaskan sekali lagi.
"Tara, aku ngak puas dengan anggukanmu, katakan bahwa kau juga merasakannya!"
Akhirnya Tarapun berkata, "Ya Harry, akupun merasakannya dan akan kucoba memenuhi tuntutan jiwaku"
"Kuharap kau sabar Harry, atas kebingunganku ini, namun tak kupungkiri aku mencintaimu juga"
Harry segera menggapai tangan Tara sekali lagi dan mengelusnya sambil mengecup bibir, kemudian meninggalkan ruangan untuk mengadakan "Press Release".

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12:15 siang dan terasa Tara butuh mengisi perutnya yang sudah mulai merengek minta dipenuhi, dan diapun meninggalkan ruangan menuju ke kantin. Tara tak banyak bercanda dengan sejawatnya, hanya sekedar basa basi dan ketawa menyegarkan suasana. Sekembali Tara keruang kerjanya, didapatinya surat tertutup yang ternyata dari Harry.
"Tara, temui aku jam 8 malam di paviliunku room 1431, thank you for your acceptance."

Terasa berdesir darah menjadi cepat mengalir, terhentaklah jantungnya bagaikan halilintar menjambar dirinya, tak kuasa menahan deru detak jantung yang semakin mengencang, bingung rasanya apa yang akan diperbuat nanti malam, dalih apa yang akan disusunnya untuk memberitahu Nico suaminya. Segera Tara memutuskan menelphone Marrisa 'Executive Secretary' di'executive Offce', memberitahukan bahwa dia ada appointment dokter siang itu dan akan kembali ke Hotel jam 4 sore untuk meneruskan kerjaannya, yang menurut agendanya dia akan selesai dimalam hari. Marrisa menjawab bahwa dia akan mencatat semua pesan-pesan yang masuk dari telephone untuknya.

Kepergian Tara sebetulnya hanya akan menjenguk Nico dikantornya dan sambil minum kopi bersamanya sejenak, kemudian dia pulang bersama Nico untuk bertemu dengan anak-anak, hampir satu setengah jam Tara bermain dengan anak-anaknya, Tara kembali keHotel lagi dan bekerja kembali. Sore jam 6 dia minta "room service" untuk mengirim secangkir kopi kekantornya dan sedikit kue supaya Tara dapat menghemat jam kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu.

Ke bagian 2

[super-related-posts related_post="1"]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Bokep Viral Terbaru perkaos (2) PEMERSATUDOTFUN

perkaos (2)

Tidak ada voting
perkaos
perkaos (2)
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan VPN, matikan adblock, Akses website pemersatu.fun anti blokir ISP (tanpa VPN) dengan Cloudflare DNS (KLIK DI SINI)
untuk menonton konten perkaos yang ada pada kategori TEEN published pada 21 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming perkaos (2) secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Murid dan Guru 2: Hadiah Istimewa Untuk Theo - 1


Villa itu terletak di bagian tengah sebidang tanah perbukitan yang luasnya hampir 2 hektar. Dari jauh, villa itu terlihat asri karena dinding luarnya dihiasi dengan batu-batu pualam dan marmer serta beberapa ornamen kayu jati. Di bagian depan dan belakang, berbatasan dengan villa-villa di sekitarnya, tumbuh beberapa pohon pinus yang lebat. Tingginya mencapai 4 hingga 5 meter. Halaman di sekelilingnya terlihat hijau karena ditumbuhi oleh rumput yang terpangkas rapi. Beberapa batu alam berwarna abu-abu dan cokelat tua dengan berbagai bentuk dan ukuran tergeletak menghiasi halaman yang luas itu. Di pojok belakang sebelah barat terdapat sebuah rumah kecil yang dihuni oleh penjaga villa.

Bangunan villa itu tidak terlalu besar. Di lantai 1 hanya ada sebuah kamar tidur utama serta sebuah ruang keluarga dan dapur. Sedangkan di lantai 2 ada dua buah kamar tidur dan ruang kosong yang tembus hingga ke lantai 1. Tak banyak furniture yang melengkapi villa mungil dan mewah itu. Dan hampir semuanya terbuat dari kayu jati berukir. Berbagai bentuk ukiran terasa mendominasi isi villa. Termasuk bingkai cermin berukuran besar yang menempel pada dinding kamar tidur utama. Nuansa artistik terasa sangat menonjol di dalam dan luar villa.

Debby baru saja tiba di villa itu kira-kira 10 menit yang lalu. Setelah meletakkan tasnya di teras dan memberi beberapa instruksi kepada lelaki tua penjaga villa, ia segera melangkah ke kamar tidur depan di lantai 2. Ditanggalkannya celana jeans dan t-shirt yang dipakainya sejak dari Jakarta. Sambil berdiri di depan cermin, dikenakannya sebuah kimono. Sejenak, ia ragu melilitkan tali kimono itu di pinggangnya. Tapi akhirnya, sambil tersenyum, bra dan celana dalam mini yang dikenakannya pun ditanggalkan pula. Ia tersenyum ketika mengikat tali kimono itu. Senyum yang menyimpan sebuah rencana, dan sekaligus senyum untuk dirinya sendiri karena tak ada lagi yang tersembunyi di balik kimono itu.

Debby berdiri di balkon depan yang menghadap ke timur. Sejak kecil ia suka menghabiskan waktunya di balkon itu. Terutama bila sore hari, ia suka menatap embun tipis yang perlahan-lahan turun dari atas dan mulai bertebaran di halaman. Embun itu kadang-kadang sirna tertiup angin tetapi kadang-kadang angin bertiup mendorong segerombol embun yang sebagian di antaranya tersangkut di daun-daun pohon pinus. Kira-kira satu jam kemudian, ketika sore berubah menjadi senja, embun tipis berwarna putih itu mulai menyelimuti pucuk-pucuk pinus. Diam tak beranjak. Hanya beberapa gerombol di atas rumput yang terlihat masih bergerak tertiup angin. Dan ketika senja sirna, lampu-lampu taman yang bertebaran di halaman pun tak berdaya mengusir embun yang menyelimuti villa dan sekelilingnya.

Debby melirik jam tangannya. Hm, kurang lebih setengah jam lagi Theo akan tiba, katanya dalam hati. Setiap kali menyebut nama lelaki itu jantungnya terasa berdebar. Walau lelaki itu 15 tahun lebih tua dari usianya, tetapi ia merasa sangat nyaman bila berada di dekatnya. Lelaki yang selalu memanjakannya, yang berani membantah tetapi bila terus didesak akhirnya akan menuruti kemauannya. Ia tersenyum dikulum, 'Theo memang selalu memperlakukanku seolah aku adalah satu-satunya benda berharga baginya' gumam gadis remaja itu. Kemudian ia teringat beberapa peristiwa 'nakal' yang membuatnya merasa sangat dimanjakan.

Saat itu mereka sedang menikmati santap malam di sebuah restoran yang terkenal dengan sajian 'rib roast'-nya. Mereka duduk berdampingan pada sebuah meja yang posisinya di sudut dan menghadap ke bagian tengah restoran. Sesekali mereka terpaksa berbisik untuk mengalahkan suara musik dan lagu-lagu merdu Frank Sinatra. Ketika ia menggigit rib yang terakhir, setetes kecap jatuh ke lututnya. Ia memang sengaja tidak menggunakan serbet untuk menutupi pahanya. Sejak merasakan nikmatnya lidah Theo saat menjilati paha dalam dan pangkal pahanya, ia selalu menggunakan rok mini yang bagian bawahnya lebar. Ia selalu ingin memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus. Bila duduk, rok mini itu semakin tertarik sehingga hanya kira-kira 10 cm saja yang menutupi pahanya. Ia tidak khawatir akan 'ditonton' tamu-tamu lainnya karena ada taplak meja yang menghalangi, taplak yang menjuntai hingga hampir menyentuh lantai.

"Theo, jangan dilap pakai tissue," katanya ketika melihat Theo menjumput selembar tissue.
"Jadi pakai apa, Sayang."





"Pakai lidah yang suka 'mimik' pipis Debby!", bisiknya manja.

Theo tertegun. Ditatapnya mata gadis belia itu seolah sedang mencari ketegasan atas kalimat yang baru saja didengarnya. Ia pun terkesima mendengar kata 'mimik'. Kata yang lebih mesra sebagai pengganti kata 'minum'. Selintas ia teringat ketika pertama kali mencumbui memek gadis itu. Sangat sulit dilupakannya kehangatan yang mengalir dari bibir memek gadis itu ketika menjepit lidahnya. Jepitan yang disertai denyutan-denyutan memek yang hampir mencapai orgasmenya. Denyutan-denyutan yang membuat ia semakin rakus menghisap-hisap lendir di memek itu. Dan tak lama kemudian, ia merasakan segumpal lendir orgasme mengalir membasahi kerongkongannya. Dan setelah menjilati bibir luar memek gadis itu hingga bersih, ia mendengar gadis belia itu bertanya dengan polos, "Kok pipis Debby diminum?"

"Kok bengong, Theo. Nggak mau ya?"
"Kamu memang nakal dan kadang-kadang keterlaluan."
"Udah nggak sayang sama Debby, ya!"
"Sayangnya tetap selangit. Tapi ini di restoran. Di tempat umum!"
"Biarin!" kata gadis itu setengah merajuk.
"Entar dilihat orang lain. Malu 'kan kalau ketahuan."
"Biarin!"
"Biarin?"
"Paling juga mereka jadi iri. Yang laki-laki ingin jadi Theo, yang perempuan ingin jadi Debby!" jawab gadis itu sambil tertawa kecil. Tawa yang menggemaskan!

Sekilas, Theo memandang ke sekeliling ruangan. Tak ada tamu yang sedang memandang ke arah mereka. Pelayan-pelayan restoran pun terlihat sibuk melayani tamu-tamu. Dadanya berdebar-debar. Hatinya terpancing untuk mencoba. Lalu dengan cepat ia menunduk dan menjilat. Dan dengan cepat pula ia mengangkat kepalanya kembali. Jantungnya masih berdebar-debar ketika pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Tak ada perubahan. Tak ada seorang pun yang memandangnya!

Debby tertawa kecil. Dicubitnya pinggang guru matematikanya itu dengan manja. Sejenak mereka saling tatap, kemudian serentak tertawa renyah. Tak lama kemudian, gadis belia itu sengaja mengerak-gerakkan kakinya. Sesekali sebelah kakinya agak diangkat hingga roknya yang mini semakin tersingkap. Ia semakin bersemangat menggerak-gerakkan kakinya ketika memergoki Theo tertegun menatap keindahan pahanya. Gerakannya baru berhenti setelah ujung roknya tersangkut di pangkal paha. Ia merasa yakin bahwa G-string yang dipakainya telah terlihat mengintip dari pangkal pahanya.

"Kelihatan nggak?"
"Sedikit!"
"Warna apa?"
"Pink!"
"Suka?"
"Suka banget!"
"Cium dong!"
"Ha?! Di sini?"
"Hmm!!"

Jantung Theo kembali berdebar-debar. Tantangan, katanya dalam hati. Tantangan dari seorang gadis belia yang cantik, seksi, masih perawan, dan sekaligus nakal! Itulah salah satu sebab yang membuat ia selalu ingin memanjakan gadis itu. Ide-idenya yang nakal kadang-kadang menciptakan sensasi. Menciptakan gairah untuk menaklukkan tantangan yang disodorkannya. Ia memang belum pernah melakukan hal itu. Dan ia pun yakin bahwa gadis itu -dalam keramaian publik- belum pernah mendapat ciuman di pangkal pahanya. Ia menarik nafas panjang dan berusaha menenteramkan debar-debar jantungnya. Sekilas, ia kembali memandang tamu-tamu di sekelilingnya. Setelah yakin tak ada yang memperhatikan, ia menunduk dan mengecup G-string dari sutera itu. Kecupan yang persis di belahan bibir memek!

Debby menggelinjangkan pinggulnya. Ia hampir memekik. Tapi karena jari-jari tangannya segera menutupi mulutnya, pekikan itu hanya terdengar lemah. Suara pekikan itu tersangkut di lehernya.

"Suka?" tanya Theo sambil mengangkat kepalanya.
"Suka banget! Nikmat dan mendebarkan!"
"Mau lagi?"
"Entar ketahuan."
"Biarin!" jawab Theo sambil tersenyum.
"Benar?"
"Hmm!"
"Tapi mata Theo harus tertutup. Dan setelah dikecup, dijilat ya," bisik gadis itu. Theo terdiam sejenak, lalu bertanya..
"Kok harus menutup mata?"
"Tentu ada alasannya."
"Kalau hanya mengecup dan menjilat, aku pasti mau."
"Kalau matanya nggak tertutup, Debby yang nggak mau!" kata gadis itu merajuk manja. Theo terdiam kembali. Tapi tak lama kemudian ia menjawab..
"OK," katanya sambil mengangguk. Gadis itu tersenyum manis.
"Lihat ke Debby dan tutup matanya. Biar Debby yang mengawasi mereka," katanya sambil menolehkan kepalanya ke arah tamu-tamu di restoran itu.
"Nanti kalau Debby bilang 'cium' baru menunduk ya." sambungnya sambil membuka kedua lututnya lebih lebar. Lutut sebelah kirinya agak diangkat agar pangkal pahanya cukup terbuka untuk menampung sebuah kepala.
"OK." jawab Theo sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ia mendengar bisikan di telinganya..
"Sekarang cium, Theo!"

Dengan cepat Theo menunduk. Ia merasakan jari-jari tangan gadis itu menekan bagian belakang kepalanya, menuntun agar bibirnya mendarat di tempat yang tepat. Dan.., sejenak ia terkesima setelah bibirnya mendarat di pangkal paha gadis itu. Aroma yang sudah sangat dikenalnya tiba-tiba terasa langsung menyergap lubang hidungnya. Tapi karena khawatir bila harus menunduk terlalu lama di balik meja, ia segera mencium pangkal paha gadis itu. Ia sangat terkejut karena bibirnya bersentuhan langsung dengan bibir memek yang lembut. Memek yang hangat dan sedikit lembab.

Secara bergantian, dengan cepat, dikulumnya kedua bibir luar memek itu. Lalu dijulurkannya lidah untuk menjilat celah sempit di antara ke dua bibir itu. Lidahnya segera tenggelam dalam kehangatan yang licin. Jilatannya tajam seperti mata pisau yang mengiris mentega. Dan.., seolah ada alarm berbunyi di telinganya ketika ia merasakan tarikan rambut di bagian belakang kepalanya. Ia segera mengangkat wajahnya sambil membuka mata. Sebelum kepalanya benar-benar tegak, ia masih sempat melihat jari telunjuk gadis itu melepaskan tarikan tepi G-stringnya agar memeknya tertutup kembali.

Sejenak mereka saling tatap. Di bola mata mereka tersirat binar-binar birahi. Dan sambil tertawa kecil, keduanya berangkulan dengan mesra!

*****

Debby masih berdiri di balkon. Tatapannya menerawang jauh dan terbentur pada lampu-lampu villa-villa di sekitar villanya. Ia menarik nafas panjang. Udara segar yang bertiup di sekitar Puncak Pass terasa sejuk memenuhi rongga dadanya. Hembusan udara mulai terasa dingin di kulitnya. Tapi ia menyukai dinginnya udara itu, terutama ketika berhembus menerpa bagian bawah pusarnya. Pangkal pahanya terasa sejuk. Dinginnya udara meredakan letupan-letupan gairah yang sempat memanas ketika ia teringat pada ciuman dan jilatan Theo di restoran rib roast itu.

Debby kembali melihat jam tangannya. Tak lama lagi Theo akan tiba, katanya dalam hati. Semakin dekat waktu yang telah mereka sepakati, semakin gelisah ia menunggu. Ia merasa lebih gelisah daripada biasanya karena ia sudah memutuskan bahwa malam itu ia akan mengucapkan "selamat tinggal masa remaja!" Dan itu akan ia ucapkan tepat ketika ia berusia 17 tahun. Usia untuk menjadi seorang wanita! Masih terbayang dalam ingatannya raut wajah Theo yang terlihat bingung ketika menerima denah jalan menuju villa. Raut wajah itu semakin bingung ketika ia mengatakan, "Nanti malam, di villa, Debby akan memberikan sebuah hadiah yang sangat istimewa."


Ke Bagian 2

Oleh: [email protected]

[super-related-posts related_post="1"]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses