Cerita Dewasa:
Hilang Perjakaku 02
Sambungan dari bagian 01
Bus kami sampai ke Kota Pati dini hari. Pukul 03.00 bus kami sudah masuk terminal. Sementara untuk pulang harus berganti bus lagi dan belum ada bus yang ke kotaku yang berangkat. Apalagi Mbak Yeni yang dari kotaku masih harus naik angkutan pedesaan lagi, jadi cukup beralasan kalau kami akhirnya memutuskan untuk menginap. Kami pun akhirnya mencari penginapan yang banyak bertebaran di sekitar terminal.
Singkat cerita kami pun check-in satu kamar. Kemudian aku langsung masuk kamar mandi dan mandi karena risi CD-ku basah sekali oleh air maniku sendiri setelah di bus tadi aku sempat mengalami orgasme karena dikerjain Mbak Yeni. Selagi mandi tiba-tiba Mbak Yeni masuk ke kamar mandi dengan tanpa sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang putih. Aku terkesiap. Mataku melotot menyaksikan pemandangan luar biasa yang baru seumur-umur kulihat ini. Tubuhnya yang polos berdiri di depan mataku tanpa ada rasa sungkan sama sekali. Kulitnya putih bersih, perutnya yang cukup rata tanpa guratan bekas melahirkan kelihatan serasi dengan tonjolan bukit toket-nya yang sedang besarnya yang masih kencang menggantung di dada Mbak Yeni. Bobanya kulihat besar dan berwarna agak kecoklatan. Sementara di bagian bawah perutnya tampak tonjolan bukit yang lebat ditumbuhi bulu-bulu hitam yang sangat lebat. Sehingga kulihat sangat kontras sekali perpaduan antara kulitnya yang putih bersih tanpa cacat berpadu dengan sebentuk warna hitam yang terpusat di bawah perutnya.
Aku masih melongo saat ia memencet hidungku sambil tersenyum dan mengatakan ingin ikut mandi sekalian.
"Aku mandi sekalian aja. Soalnya udah keburu ngantuk, biar tidurnya enak!" demikian ia berkilah.
"Ak.. aku malu mbak," dalam hatiku sebenarnya senang soalnya ini adalah pertama kali aku dapat melihat tubuh wanita telanjang.
"Alaah.. pakai malu segala," desisnya, "Ayo sini Mbak mandiin."
Aku diam saja karena tak mampu berkata-kata lagi. Kemudian Mbak Yeni mengambil sabun dan mulai menggosok tubuhku yang sudah basah dengan tangannya yang penuh sabun. Perlahan rasa nikmat itu menyerangku lagi saat tangan Mbak Yeni menggosok punggungku dengan sabun dan sebentar-sebentar tonjolan lembut dan hangat di dadanya menekan punggungku dari belakang saat ia menyabun dadaku dari arah belakang.
"Akhh," aku mendesah panjang saat Mbak Yeni dengan memelukku ketat dari belakang menyabun tubuhku bagian bawah, aku begitu terangsang. Di punggungku menempel ketat tonjolan bukit toket yang lembut dan hangat, sedangkan selangkanganku digosok-gosok dan diurut tangan Mbak Yeni yang lembut. Kupejamkan mataku untuk menikmati sensasi yang luar biasa bagiku. Aku merasakan betapa batang kemaluanku yang sudah tegang berdenyut-denyut dalam genggaman tangan Mbak Yeni yang licin karena busa sabun. Ia terus mengurut-urut batang kemaluanku ke atas dan ke bawah dengan lembut dengan sesekali diselingi remasan di kantung buah zakarku. Napasku kian memburu dan desahanku kian kencang.
"Ouchh, shh, mbaakk.. ouchh!"
Aku hampir saja merasakan adanya sesuatu yang mendesak hendak keluar dari bawah perutku. Dan Mbak Yeni yang rupanya sudah cukup berpengalaman tahu keadaanku hingga ia menghentikan aksinya.
"Sekarang gantian Mbak yang dimandiin dong," pinta Mbak Yeni tak berapa lama kemudian.
Aku pun mengguyur tubuh telanjang Mbak Yeni dengan air dan kemudian tanganku dengan canggung mulai menyabuni punggungnya.
"Pelan-pelan dik, jangan takut," bisiknya yang membuat keberanian dan rasa pede-ku mulai bangkit.
Aku pun mulai meraba (menyabuni) punggung Mbak Yeni kemudian tanganku mulai berani nakal mulai turun ke pinggulnya, terus turun dan akhirnya dengan gemas tanganku mulai meremas sambil menyabuni buah pantat Mbak Yeni yang besar dan indah. Lalu setelah puas bermain-main dengan pantat Mbak Yeni, aku pun mengikuti gaya menyabun Mbak Yeni tadi. Tanganku merayap ke depan dan mulai menyabuni kedua buah gumpalan yang menggantung indah di dada Mbak Yeni. Dengan gemas kuurut bukit kembar itu sehingga bobanya mulai mengeras.
"Oohh, enaakk diik. Terusshh, shh!" Mbak Yeni mendesis-desis.
Aku pun tak lupa menempelkan batang kemaluanku yang sudah mengencang sejak tadi ke tengah-tengah belahan buah pantat Mbak Yeni yang membuatku merasa sangat nikmat. Apalagi Mbak Yeni kemudian menggoyangkan pinggulnya menggeser dan semakin erat menekankan batang kemaluanku ditengah belahan kedua belah buah pantatnya yang licin karena sabun.
"Ouchh, ter.. ter.. ushh dik,"
Mbak Yeni mendesis desis ketika tanganku mulai bergerak-gerak menyabuni gundukan bukit kecil yang lebat ditumbuhi rambut di selangkangan Mbak Yeni. Tubuhnya semakin liar bergerak menggeser batang kemaluanku yang terjepit di sela-sela bongkahan buah pantatnya. Tubuh kami yang licin sangat membantu pergerakan dan gesekan-gesekan tubuh kami. Hal ini membuat sensasi yang luar biasa bagi kami berdua. Batang kemaluanku yang terjepit diantara belahan buah pantat Mbak Yeni dan tubuhku sendiri semakin berdenyut denyut. Aku sudah tidak tahan lagi.
"Oochh.. mbaakk aku su.. sudah tak ku.. aatthh mbaak!" bisikku di telinganya.
Mbak Yeni pun menghentikan gerakannya dan memintaku untuk segera membersihkan tubuh kami dari sabun.
Beberapa siraman air dingin ternyata cukup untuk menolongku untuk tidak sampai mengeluarkan air maniku yang sudah mendesak-desak ingin disalurkan. Aku merasa agak cool walau pun batang kemaluanku masih tegak berdiri. Dan setelah selesai mengeringkan tubuh kami dengan handuk, Mbak Yeni segera menuntunku untuk menuju ke tempat tidur. Dengan masih bertelanjang bulat kami bergandengan tangan dan melemparkan tubuh kami ke tempat tidur double-bed yang empuk.
Kami berbaring saling bersebelahan. Mbak Yeni yang sudah berpengalaman rupanya tahu bahwa aku masih sangat hijau dalam hal seperti ini. Dengan serta merta tanganku dibimbingnya ke arah dadanya, sementara tangannya sendiri juga mulai mengelus dadaku. Kembali kami saling raba dan saling pencet. Tanganku segera meremas bukit toketnya dengan gemas bergantian kanan dan kiri.
"Oohh, terushh diik," Mbak Yeni terus mendesah.
"Aahh!", aku pun ikutan mendesah tatkala tangan Mbak Yeni kembali mengurut-urut batang kemaluanku dengan lembut.
Tubuhku menggigil menahan kenikmatan yang luar biasa ketika tangan Mbak Yeni mengocok-ngocok batang kemaluanku.
"Mbaak, oohh!"
"Sek.. sekarang kamu naik.. diik.. oochh" Mbak Yeni pun rupanya sudah tak tahan lagi. Kemudian dipentangkannya kedua pahanya lebar-lebar dan disuruhnya aku untuk naik keatas perutnya.
Aku pun dengan arahan Mbak Yeni segera menempatkan diri di tengah-tengah pentangan pahanya dan mulai menindih tubuhnya. Tangan Mbak Yeni segera memandu batang kemaluanku dan diarahkannya ke tengah-tengah gundukan daging di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi rambut.
"Akhh!, aku mengerang saat ujung kepala kemaluanku mulai digesek-gesekkan oleh Mbak Yeni ke celah-celah yang begitu hangat dan sudah basah.
"Dorong.. pelan-pelannh diik. Ouchh!!"
"Hkk. Ouchh," napasku seolah terhenti seketika ketika ujung kepala kemaluanku mulai menerobos celah yang sempit, hangat dan licin di sela-sela paha Mbak Yeni. Mbak Yeni pun kudengar napasnya tertahan "Achh, oochh, terushh.. doronghh!"
Aku terus mengikuti aba-aba Mbak Yeni. Kutarik pantatku ke atas begitu kurasakan kira-kira hampir separuh batang kemaluanku terbenam dalam celah kemaluan Mbak Yeni, dan kemudian kudorong lagi ke bawah. Setelah beberapa kali kulakukan hal itu aku disuruh untuk menekan dan membenamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya
"Sekkaranghh, ma.. masukkanhh.. Ouchh!",
Mbak Yeni menjerit tertahan saat kutekan pantatku kuat kuat hingga seluruh batang kemaluanku terbenam kedalam liang kemaluannya yang masih cukup sempit dan sangat hangat. Mbak Yeni pun segera menggerakkan pinggulnya memutar.
Baru beberapa putaran dilakukan Mbak Yeni. Tiba-tiba aku merasakan seolah-olah batang kemaluanku seperti diremas-remas oleh jepitan daging yang licin dan hangat sehingga mataku sampai terpejam erat-erat menahan nikmat yang amat sangat. Aku merasakan seolah olah ada desakan yang maha dahsyat yang mendesak dari bawah pusarku. Desakan itu terlalu kuat untuk dapat kutahan
"Ouuchh.. mbakk, akk sudahh oochh",
Dengan erangan yang panjang aku merasakan seolah-olah tubuhku tersentak oleh aliran listrik ribuan volt, jiwaku seolah melayang dan kepalaku terdongak ke atas. Mbak Yeni yang sudah tahu kondisiku semakin gila memutar pantatnya diangkatnya pantatnya tinggi-tinggi untuk menyongsong sodokanku.
"Terr.. russh. Terushh.. ohh.. terusshh", desisnya tak henti-henti.
Sementara aku sudah tidak mampu lagi menahan ledakan yang sedari tadi kucoba untuk menahannya. Dan crrt, cratt! Jebolah pertahananku. Air mani keperjakaanku menyembur di dalam liang kemaluan Mbak Yeni yang hangat dan memenuhi semua celah yang ada di dalamnya. Badanku masih terkejat-kejat untuk beberapa saat lamanya seolah-olah menuntaskan sisa-sisa kenikmatan yang ada.
"Terr.. ushh.. diikk, terusshh!", desisnya berulang-ulang. Namun aku sudah tak mampu bergerak lagi.
Dengan gemas Mbak Yeni yang rupanya sedang dalam pendakian segera membalik tubuhku dan kini posisinya menindihku. Walau pun sudah terkuras air maniku, namun batang kemaluanku belum begitu mengendur. Sekarang giliran Mbak Yeni yang bergerak di atas perutku. Tubuhnya bergerak liar seperti seorang joki yang sedang menaiki kuda balap. Toketnya bergoyang-goyang indah.
"Ayo, putar pinggulmu diikkh.. ouchh."
Aku pun mengikuti komandonya. Kugerakkan pinggulku memutar seperti yang diinginkan Mbak Yeni.
"Ya, ya.. beg..ituu. Ouchh! Terushh!" akhirnya kurasakan jepitan liang kemaluan Mbak Yeni semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuh Mbak Yeni tersentak dan matanya membeliak.
"Ouchh, terrushh," dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku.
"Shh.. kamu.. sudah cukup hebbathh dikk!", napasnya mulai teratur.
"Tapi saya kalah mbak, saya sudah keluar duluan!"
"Enggak apa apa. Mbak juga bisa orgasme kok! Memang kamu baru kali ini merasakan ngentot ya dik?"
"Iya mbak. Terima kasih ya Mbak telah memberikan pengalaman yang berharga bagi saya."
"Saya justru yang terima kasih, kamu telah memberikan kehangatan pada Mbak yang sudah cukup lama tidak merasakan seperti ini sejak bercerai dulu."
Begitulah kami pun lalu beristirahat sambil tetap berpelukan dengan tubuh Mbak Yeni masih tetap menindihku dan batang kemaluanku masih tetap menancap di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Yeni.
TAMAT