kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Tante Omek PEMERSATUDOTFUN

Tante Omek

Tidak ada voting
Tante, Omek
Tante Omek
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Tante, Omek yang ada pada kategori TEEN published pada 11 Mei 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Tante Omek secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Lily Panther 08: Menggapai Matahari - 2


Posisi doggie yang dia minta tak menurunkan hasrat birahiku, sodokan demi sodokan menghantam rahimku, terasa sakit dan nikmat, sesekali ditariknya rambutku ke belakang sambil menyodok keras, desahan bebas lepas memenuhi kamar ini, aku benar benar bebas meng-ekspresikan kenikmatan yang kuraih, tanpa beban, tanpa malu, semua kulakukan dengan penuh perasaan, seakan tak ada lagi hari esok.

Setelah beberapa lama mengocokku, akhirnya kurasakan semprotan keras menghantam dinding memekku seiring dengan cairan hangat yang membasahi dan memenuhi relung relung kenikmatanku. Aku menjerit kaget dan nikmat bersamaan dengan jeritan orgasmenya, dicabutnya kontol itu dan diusap usapkan ke pantatku, kurasakan spermanya meleleh keluar membasahi pahaku, akupun telungkup dalam kelelahan nan nikmat. Napas kami menderu seperti habis berlari lari, dia mengusap punggungku dengan mesranya.

"Kita ke Tretes yuk", ajaknya setelah napas kami normal kembali tak lama kemudian.
"Kapan? udah lama aku tak kesana", dengan girang kusambut ajakannya.
"Sabtu lusa deh kita berangkat, nginap semalam, minggu sore baru balik, gimana?"
"Asal tidak keduluan tamu bulanan yang satu itu", jawabku, dia hanya tersenyum, kucium keningnya dan kunaiki perut buncitnya, kubiarkan spermanya menetes keluar mengenai perutnya, lalu kutinggalkan ke kamar mandi.

Layaknya pasangan yang sedang berbulan madu, kami habiskan malam itu dengan penuh gairah, tiada waktu yang terbuang sia sia, seperti orang yang kehausan di padang pasir. Tak malu aku membangunkannya di tengah malam hanya karena ingin bercinta, tentu saja dia menuruti permintaanku dengan senang hati dan tak perlu terburu buru karena yang kami punya saat ini adalah waktu yang panjang. Tak kuhiraukan lagi kenyataan bahwa aku melakukan ini tanpa dibayar, namun justru itu yang membuatku terbebas dari beban.

Ketika kubuka mataku keesokan paginya, sejenak agak asing rasanya melihat sosok laki laki masih berada di ranjangku, masih tertidur. Biasanya, setiap bangun di pagi hari (agak siang sih) selalu kutemui kesendirian dan kesunyian di kamar, kali ini terasa lain, ada Koh Wi disampingku. Selama di Hilton, belum pernah aku "keluar kandang" dan menginap sampai pagi begini, biasanya sebelum pukul 6 aku sudah meninggalkan tamuku kembali ke Hilton, karena memang biasanya tak pernah sempat tidur pulas, selalu "diganggu" dikala tertidur, baru kulanjutkan tidurku sesampai di kamarku sendiri di Hotel Hilton.

Pukul 9 pagi, Koh Wi berangkat ke kantor, meninggalkanku sendirian di kamar, kuantar dia sampai di pintu kamar, masih mengenakan piyama tanpa pakaian dalam, dikecupnya keningku sebelum pergi. Kembali kurasakan kesepian sepeninggalnya, terus terang aku tak tahu dari mana harus memulai untuk melanjutkan perjalananku, tak seorangpun yang kukenal di duniaku kecuali Om Lok, entahlah kupikir nanti saja setelah renang dan sarapan. Kuhabiskan waktu pagi di hari jum'at itu di kolam renang, bahkan makan pagi kulakukan di pinggir kolam. Kusadari beberapa pasang mata memandangku penuh, tapi tak kupedulikan. Waktu makan siang Koh Wi datang untuk makan siang bersama dilanjutkan dengan percintaan kembali hingga jam 2, lalu dia kembali ke kantornya. Besok paginya kami tidak jadi berangkat kerena keduluan datangnya tamu bulanan, tapi bukan berarti kami tidak melakukan apa apa, justru kerjaku lebih berat karena harus melakukan oral untuk membuatnya orgasme, meskipun begitu aku melakukannya dengan senang hati tanpa keterpaksaan.






Kami lewati hari hari yang menyenangkan, tiap jam istirahat Koh Wi menjengukku untuk makan siang atau sekedar Quickie, disamping itu aku sudah mulai melakukan kontak dengan tamu yang sudah memberi nomer teleponnya. Beberapa tamu bahkan telah menghubungi lewat pager, hanya berselang dua hari setelah kepindahanku, tapi dengan berbagai alasan aku sementara menghindar.

Ternyata lepasnya aku dari genggaman Om Lok sudah menyebar di kalangan GM kelas atas, entah darimana mereka mendapat informasi itu, padahal aku tidak mengenal mereka, beberapa GM menghubungi via pager ingin membicarakan "bisnis", tentu kusambut dengan tangan terbuka, semakin banyak semakin bagus, pikirku. Diam diam tanpa setahu Koh Wi, aku menemui mereka sambil makan pagi atau sambil menemani berenang di hotel, tentu saja membicarakan tariff-nya, dari sini aku mulai melihat jalan ke depan sudah terbuka. Selama masa haid, kulakukan kontak untuk memastikan bahwa aku masih exist, bahkan beberapa sudah melakukan appointment, tentu saja saat ini tak bisa kulakukan saat jam istirahat, paling tidak setelah jam 2 siang dan selesai sebelum jam 5 sore. Meskipun Koh Wi tahu profesiku memang itu, tapi sementara aku harus menjaga perasaannya, walaupun dia tidak pernah mengucapkan melarang atau mengijinkan, entahlah nanti.

Part 2

Hari itu hari Senin, tepat sehari setelah masa haid berakhir, setelah melayani Koh Wi di siang itu dengan penuh gairah karena sudah menahan hasrat birahi selama haid, aku segera menghubungi tamuku di kamarnya di lantai 8. Sengaja kuarahkan dan kubantu tamuku untuk check-in di hotel itu supaya tidak terlalu lama diperjalanan, tentu saja menggunakan nama asliku, tak seorangpun tahu, disamping itu aku juga merasa lebih aman kalau melakukannya masih di Hotel. Kukenakan celana jeans dan kaos yang ketat sehingga terkesan sexy, apalagi ditambah bra "push-up" makin menonjokan lekuk lekuk tubuhku. Dengan tinggi 167 cm ditambah sepatu hak 7 cm, aku yakin akan membuat laki laki normal menelan ludah.

Pak David atau lebih akrab kupanggil David adalah tamu pertamaku sebagai wanita panggilan, dia adalah salah satu tamu yang datang di hari hari terakhirku di Hilton. Di usia yang relatif muda, mungkin 40 tahunan, dia mempunyai beberapa toko accessories mobil, salah satunya di daerah Kedungdoro. Pada mulanya dia menolak ketika kuajak, tapi dengan bujuk rayu dan tariff "perkenalan" untuk orang dan servis yang sama, akhirnya dia setuju tertarik.
Sesaat David terpesona melihat penampilanku yang lain dari sebelumnya, sekarang jauh lebih modis, rambut model Shaggy dan disemir agak kemerahan menambah pesonaku.
"Kamu makin cantik dan sexy", pujinya ketika kami sudah berada di kamar dan langsung mencium kedua pipiku.
"Udah makan?", tanyanya sambil melucuti pakaianku.
"Nggak ah lagi diet", jawabku bohong membalas melucuti pakaiannya.
"Mandi dulu yuk, biar segar", ajakku setelah kami sama sama telanjang, kutuntun dia ke kamar mandi dan kumandikan, tangannya tak pernah berhenti menjamah seluruh tubuhku selama kumandikan.
Kini kubiasakan untuk mengajak tamuku mandi sebelum bercinta, selain biar bersih dan segar, juga untuk menghilangkan bau keringat terutama di daerah selangkangan.

Akhirnya kami berpelukan telanjang dan saling melumat bibir di atas ranjang, ciuman penuh nafsu menyusuri leher dan dadaku, diremas remas dengan gemas sambil mengulum kedua puncak bukitku, kurasakan kenikmatan mulai menjalar di sekujur tubuhku, aku menggeliat. Sejenak pandangannya terpaku ketika melihat selangkanganku yang gundul, dia menatapku tersenyum lalu mulai menjilati itilku, aku mulai mendesah dan desahanku makin keras saat lidahnya mulai bermain di bibir memekku. Tak kupedulikan bahwa belum sejam yang lalu memek itu telah diobok obok kontol Koh Wi dan dibanjiri dengan spermanya, aku yakin tak ada lagi sisanya karena sudah kucuci bersih. Begitu bergairah David menjilati memek gundulku sambil jari tangannya ikutan mengocok.

Kami berganti posisi, dia telentang menikmati jilatan dan kulumanku pada kontolnya yang tidak sebesar punya Koh Wi, tangannya meremas remas rambutku. Kuminta dia mengangkat kakinya, kujilati kontolnya hingga ke pangkal, terus turun sampai ke lubang anusnya. Belum pernah kulakukan hal itu pada tamuku sebelumnya tapi sudah sering terhadap Koh Wi, banyak improvisasi bercinta yang kulakukan, sebagai "kelinci percobaan" kulakukan terhadap Koh Wi, kalau dia menyukainya berarti laki laki lain aku yakin pasti suka, kucoba memberikan kesan dan kepuasan tersendiri pada tamuku kini.

Desahan David makin keras ketika lidahku dengan lincat bermain di sekitar lubang anusnya, kepalanya diangkat menatapku yang masih diselangkangannya, seakan tak percaya aku melakukannya. Kami ber-69, memekku tepat di atas wajahnya, dia langsung menjilat dengan rakus, bagitu juga aku terhadap kontolnya. Puas bermain oral dan memekku sudah basah terangsang, aku berbalik menghadapnya, dengan posisiku di atas, kuusapkan kontolnya yang menegang ke memekku, perlahan kuturunkan tubuhku dan melesaklah kontol itu ke memekku, kontol kedua yang kurasakan setelah seminggu hanya merasakan kontol Koh Wi.

Ooohh.. sungguh nikmat merasakan kontol yang lain, padahal dulu aku biasa merasakan lebih dari 3 kontol dalam sehari, lebih dari 3 kontol yang berbeda bentuk dan ukurannya selalu mengobok obok memekku setiap harinya, tapi kini lain rasanya, begitu kunikmati perbedaannya. Baru kusadari nikmatnya perbedaan setelah hanya kurasakan satu macam, mungkin itu yang membuat orang sering selingkuh, untuk mencari nikmatnya perbedaan dari satu wanita ke wanita lainnya diluar yang sudah ada di rumah.

Kudiamkan sejenak setelah semua kontol itu melesak di memekku, kupandang wajah David yang penuh nafsu, ditariknya tubuhku dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku sambil mulai mengocokku dari bawah. Aku mendesah dekat telinganya, kocokannya makin cepat dan pelukannya makin erat. Kami sama sama mendesah nikmat memacu nafsu menuju puncak kenikmatan. Kulepaskan pelukannya, aku mulai mengocok, tubuhku turun naik diatasnya sambil mengelus elus paha dan kantong bolanya. Aku menggeliat nikmat ketika tiba tiba dia menyodokku dari bawah, kedua tenganku tertumpu di pahanya kugoyang pantatku, dia mendesah mencengkeram buah dadaku, membalas goyanganku dengan kocokan.

Ditariknya kembali tubuhku dalam pelukannya, kami bergulingan, kini posisiku di bawah, menindih tubuhku, dada dan napas kami menyatu dalam irama kenikmatan birahi, kontolnya makin cepat keluar masuk memekku. Kakiku kujepitkan di pinggangnya mengimbangi, makin dalam kejantanannya menembus masuk liang memekku, aku mendesah nikmat tak tertahankan.

Sebelum kugapai puncak kenikmatan dia sudah terlebih dahulu menyemprotkan spermanya di memekku, cairan hangat terasa memenuhi rongga kenikmatanku disertai denyutan denyutan kuat menghantam dinding dindingnya, aku menjerit melambung, dia terdiam menikmati saat saat orgasmenya, kugoyangkan pinggulku sambil memeras habis sperma yang masih tersisa, kudengar jeritan kaget tapi tak kuhiraukan, orgasmeku tinggal selangkah lagi dan aku tak mau kehilangan momen, goyangan pinggulku makin kuat hingga akhirnya kugapai kenikmatan tertinggi, jeritan keras mengiringi orgasmeku sambil meremas rambut David. Akhirnya kami berdua terkulai lemas tak bertenaga, tubuhnya masih diatasku, detak jantung dan napas kami saling mengisi, diciumnya bibir dan keningku sebelum turun dari tubuhku, kami telentang di atas ranjang dalam kelelahan.
"Kamu lebih hebat daripada sebelumnya", komentarnya tanpa memandangku, cairan spermanya masih terasa menetes keluar dari memekku dan kubiarkan saja.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 3:20 sore, cukup lama juga kami tadi bercinta, masih ada waktu satu jam lebih, masih lama, cukup untuk satu babak panjang sekali lagi. Setelah beberapa lama kami telentang saling peluk, kutinggalkan dia, kubersihkan tubuhku di kamar mandi, kucuci memekku dari spermanya. Kami bercinta sekali lagi dengan penuh gairah dan nafsu di sofa dan kamar mandi, tak sedetikpun waktu kami biarkan berlalu tanpa desahan penuh nafsu hingga kami sama sama terkulai tak bertenaga.

Pukul 16:45 aku sudah kembali ke kamarku, inilah "perselingkuhan" pertamaku sejak bersama Koh Wi, memang tidak ada ikatan atau perjanjian diantara kami tapi dari nada bicaranya dia keberatan kalau aku bekerja kembali, sebagai konsekuensinya dia memenuhi segala kebutuhanku termasuk uang jajan, meski nilainya jauh tidak sebanding dengan pendapatanku sewaktu di Hotel Hilton, namun ada kepuasan tersendiri dalam hal ini. Ketika Koh Wi datang, aku bersikap sewajarnya seperti tidak terjadi sesuatu, seperti hari hari lainnya, kamipun bercinta di malam harinya.

Sejak saat itu aku lakukan "perselingkuhan" dengan tamu, pada mulanya kulakukan di Hotel yang sama, namun makin lama aku semakin berani untuk "keluar kandang" ke hotel lainnya asal masih diseputaran daerah itu. Meski demikian aku tak pernah "melalaikan tugas" untuk melayani nafsunya tiap jam istirahat dan malam harinya, hampir setiap hari. Banyak alasan kalau dia menanyakan kepergianku, lagi ke rumah saudara, lagi shopping, lagi mencoba mobil baru dan sebagainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.