Cerita Dewasa:
Cindy: Second Story 02
Sambungan dari bagian 01
Aku menunggu sekitar sepuluh menit kemudian. Setelah para anggota PMR pulang, aku masuk ke ruang mereka. Ruangan ini tidak luas. Bentuknya persegi panjang. Banyak lemari dan rak dengan barang yang melebihi muatan sehingga berceceran di mana mana. Ada meja panjang satu dengan tiga buah kursi kayu. Di samping kanan ada jendela besar dengan kaca agak gelap menghadap kebun milik laboratorium biology dan perpustakaan. Ruang ini bersebelahan dengan ruang kantin siswa.
Kulihat Andi mencari-cari sesuatu di salah satu rak.
"Cari apa?" tanyaku.
"Aku sedang mencari barang barangku yang sempat dipinjam buat kemping anak kelas satu." katanya.
Dia menyebutkan barang-barang yang dimaksud. Aku berkata kalau aku mau membantu mencarikan di rak paling atas.
Tiba-tiba aku punya ide menarik. Aku naik ke meja dan minta Andi memegang mejanya. Aku segera naik. Andi menghampiriku. Sambil berdiri di samping kakiku dia memegang meja. Aku pura-pura mencari di rak paling atas. Kulihat Andi tidak melihat ke arahku. Aku segera mengajak ngomong. Andi mendongakkan kepalanya ke atas membalas omonganku. Pertama dia tidak melihat. Terus dia menggoda mau melihat celana dalamku. Andi memasukkan kepalanya ke dalam rokku. Aku pura pura menutup rokku dan menjerit perlahan. Namun sesungguhnya aku tertawa dalam hati.
Andi segera mengeluarkan kepalanya dengan terkejut.
"Kamu nggak pakai celana dalam?" tanyanya.
Aku tidak mau Andi tahu kalau aku punya keinginan yang agak aneh itu. Aku bilang kalau tadi habis pipis celana dalamku basah. Kan tidak baik pakai celana dalam basah. Bisa kena jamur.
Aku senang ketika Andi terpana dan mengatakan betapa beraninya aku tidak pakai celana dalam di sekolah. Bagaimana kalau ada yang melihat? Bagaimana kalau aku jatuh dan rokku tersingkap? Oops aku juga nggak berpikir sejauh itu. Tapi sudah terlanjur. Aku tidak akan mengulanginya lagi, pikirku. Aku hanya berharap Andi mau memuaskanku sehingga gairahku tidak menyiksa seperti ini.
Tidak disangka Andi tertarik juga. Dia melihat sekeliling yang sudah sepi, kemudian dia menutup pintu dan diganjal dengan pasak tenda. Lampu dimatikan, namun jendela dibiarkan terbuka. Sebab tidak ada tirainya. Namun tidak masalah karena di dalam lebih gelap daripada di luar. Andi memelukku perlahan dan mencium pipiku. Kemudian menciumi leherku terus sambil memasukkan tangannya ke dalam seragamku. Aku terenggah-enggah. Andi tidak pernah mencium mulutku. Takut kalau malah jatuh cinta padaku. Padahal aku ingin sekali berciuman mulut seperti di film-film romatis.
Sekilas kucium bau tubuhnya yang berkeringat. Bau khas pria. Tapi agak kecut karena habis olahraga. Andi mempermainkan toketku dengan kedua tangannya. Dia berdiri di belakangku dan tangannya masuk menerobos BH-ku. Aku merasa toketku diremas-remas dengan lembut. Putingku digosok-gosok dengan ujung jarinya.
"Uuuh.. enak Ndi.." kataku sambil memejamkan mata.
Andi menarik rok abu-abuku tinggi-tinggi dan menahan dengan tangannya. Kemudian dia memandangi kemaluanku. Aku merasa asyik kemaluanku dipandangi. Lalu dia mulai menjilati rambut di atasnya sampai basah kuyup. Tiba-tiba Andi menarikku mendekati jendela, menaikkan aku di kursi dengan pantat menghadap ke jendela. Aku masih bingung ketika Andi menyuruhku menundukkan badanku sambil berpegangan pada meja kayu di depanku.
Dalam posisi pantatku nungging menghadap ke luar, Andi menyingkap rokku dan sepertinya mempertontonkan kemaluanku dan pantatku keluar. Dengan dua tangannya Andi menyibak pantatku sehingga pantat dan kemaluanku terbuka lebar dan menempel di kaca jendela.
Kemudian seakan Andi tahu keinginanku, dia berkata, "Selamat menonton pinggul indah Cindy yang padat berisi, mari menonton semua, gratis!"
Aku pura-pura meronta-ronta dan meyuruh Andi menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah menjilati pantatku dan meremas-remas pantatku.
Meski aku tahu kalau tidak ada siapapun di luar, namun aku membayangkan banyak anak anak di sekolahku lalu lalang. Aku memejamkan mata sambil melamun dan membayangkan semua orang berhenti dan memandangi kemaluanku dari belakang. Tangan-tangan mereka mulai menjamah dan meremas pantat dan kemaluanku. Dan mulutnya berebut menciumi kemaluanku. "Oooh" Rasa penasaran, hasrat, gairah yang kupendam dari siang rasanya tertumpah saat ini. Aku menikmati Andi menjilati pantat dan kemaluanku. Rupanya Andi juga memendam hasrat yang sama. Bukan aku saja.
Kemudian posisiku dibalik. Sekarang aku menghadap jendela. Aku duduk di kursi dengan kaki terbuka lebar menghadap jendela. Kakiku ditekuk. Sehingga kemaluanku hampir menempel di jendela.
Andi dari belakang menggosok-gosokkan jarinya dan sesekali membuka bibir kemaluanku sambil berkata, "Inilah dia, memek paling indah dan merangsang dari SMA ini, sentuh dan nikmatilah cairannya!"
Aku memejamkan mata dan membayangkan di depanku banyak orang melihat ke kaca. Aku membayangkan tangan Andi adalah tangan anak-anak SMA yang ingin menyentuh kemaluanku. Meremas, menggosok, mencubit, dan mengelus-elus bulu kemaluanku. Perasaanku melonjak-lonjak. Imajinasiku mengembang terus. Kemaluanku berdenyut-denyut. Andi meremas-remas toketku dengan tangan kirinya. Aku mulai kehilangan kontrol. Aku hampir menjerit.
Setelah puas mempertontonkan diriku di jendela, aku digendong dan ditidurkan di atas meja. Kakiku dibuka lebar dan mulai dijilati lagi. Lidahnya masuk keluar naik turun sambil tangan satunya memainkan itilku. Jempolnya memutar-mutar itilku dari atas. Aku melengkungkan badanku dan terhentak-hentak. Andi mulai memasukkan kemaluanku dalam mulutnya dan menyedotnya habis. "Uhh.." ini yang aku tunggu. Cairan memekku serasa tersedot keluar semua. Mulutnya menyedot dan mengendor secara kontinyu. Kadang jarinya membuka lebar bibir kemaluanku dan dijilatinya bagian dalamnya. Enak sekali.
Andi tampaknya sudah tidak tahan. Dia mengeluarkan burungnya dan menggosok-gosokkan bagian belakang burungnya di antara bibir kemaluanku. Naik turun menggeser-geser itilku.
"Ahh.." aku menjerit pelan.
Ini pertama kalinya burungnya menyentuh kemaluanku. Basah, hangat dan menggelikan. Aku ikut menggerak-gerakkan pinggulku dengan liar. Andi terenggah-enggah dan mendengus-dengus. Persis seperti pemain BF yang pernah kutonton. Aku terus menikmati gerakan-gerakan dan sentuhan sentuhan permukaan burung dan kemaluanku sambil memejamkan mata.
Akhirnya aku orgasme. Otot-otot kemaluanku menegang, merapat, kakiku serasa tidak kuat menahan dorongan ini, aku berusaha menahan selama mungkin. Akhirnya sambil mencengkram pinggiran meja aku melepaskan tekanan ini.
"Uahh.." rasanya lebih nikmat dari biasanya.
Padahal permainan ini berjalan lebih singkat. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Atau karena menahan hasrat dari siang aku jadi begini. Aku lemas sekali dan loyo. Bibir kemaluanku rasanya tambah tebal dan berdenyut-denyut. Pantatku mengejang dan merapat.
Andi tetap menggosokkan burungnya ke kemaluanku. Aku tergeli-geli. Aku menjauhkan burungnya dari kemaluanku saking gelinya. Bayangkan, sudah orgasme masih digosok-gosok. Tapi Andi tetap memegangi pinggulku dan menggosok-gosokkan burungnya. Saking gelinya, kakiku mendorong Andi. Dengan sisa tenaga yang kuhimpun aku berusaha duduk di kursi dan menyuruh Andi tidur di meja.
Dari posisi menyamping aku melihat burung yang tegak dan besar mengkilat terkena cahaya bulan. Aku mulai menggosok kepalanya. Kuberi ludah dan mulai kumasukkan ke mulutku. Kuhisap perlahan lahan, naik turun, sambil terkadang memutar ke kanan dan ke kiri. Lalu aku melihat bagian belakang kepala burung ada bagian seperti daging yang menyambungkan kulit dari kepala ke batang burungnya. Aku menjilati bagian itu dengan punggung lidahku secara perlahan dari bawah ke atas. Naik, naik lagi dan naik lagi. Andi gemetaran hebat. Konon ini adalah itilnya pria. Aku jadi bersemangat menjilati bagian itu sambil tanganku mengocok batang burungnya. Andi mengejan, pantatnya mengeras.
Kemudian Andi menyuruhku naik ke meja dengan posisi saling berbalik. Aku agak bingung pertama. Lalu aku mulai mengerti. Aku nungging dan perlahan lahan kuturunkan pinggulku pas di mulutnya Andi. Pertama pas di hidung. Hidungnya masuk di antara kemaluanku. Tapi Andi malah menggerak-gerakan hidungnya naik turun. Geli juga sih, tapi masih enakan kalau lidahnya. Tiba-tiba Andi membuka bibir kemaluanku dan memasukan lidahnya di antaranya. Kemudian digerakkan lidahnya keluar masuk. Aku tersentak karena kemaluanku masih geli. Namun lama-lama kegelian itu berubah menjadi kenikmatan. Aku sampai memejamkan mataku.
Aku baru ingat kalau masih mengerjai burungnya Andi. Aku meneruskan pekerjaanku. Kami dalam posisi terbalik. Asyik juga. Ini posisi baru yang nikmat. Kami dapat saling merangsang. Aku meneruskan permainan mulutku. Kuhisap naik turun terus menerus, kemudian kujilat dari atas sampai pangkal burung. Beberapa kali kujilati dan kukulum telurnya. Andi tidak diam saja. Merasa dia tidak dapat menahan lebih lama lagi, dia mempercepat ritme gerakannya. Kemaluanku disedot sekuat-kuatnya sambil lidahnya menyapu seluruh permukaan bibir kemaluanku. Aku tersentak keenakan. Namun Andi tidak membiarkan aku bernapas.
Dia segera mengeluarkan lidahnya dan dengan ujung lidahnya menjilati itilku. Berputar-putar dan naik turun. "Aaahh" Aku merasa geli sekali. Aku menahan diri agar tidak teriak. Sambil menahan geli yang tidak terkira, secara tidak sadar aku mengocok burung Andi dengan cepat pula. Andi bergetar-getar ditindih badanku. Ketika kakinya membuka, sambil mengocok burungnya, kepalaku masuk di antara kakinya dan kujilati bagian bawah telurnya. Gantian Andi yang hampir berteriak saking gelinya.
Andi tidak mau kalah. Dengan bantuan tangan, Andi meremas pantatku sehingga membuat pantat dan bibir kemaluanku menganga lebar. Andi menjilati kemaluanku lagi sambil jarinya memijat-mijat lubang anusku. Wow enak sekali jarinya memijat lubang anusku. Aku jadi sangat terangsang. Sambil mengulum burungnya, kugerak-gerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang dengan liar mengikuti arah jilatan lidahnya. Jarinya terasa menusuk-nusuk anusku. Saking nikmatnya sampai aku orgasme yang kedua kalinya. Bibir kemaluanku dan lubang anusku rasanya berdenyut-denyut. Aku tidak pernah orgasme dua kali sebelumnya.
Tidak selemas yang pertama, aku masih dapat meneruskan kocokanku. Sampai akhirnya Andi bilang kalau sudah mau keluar, aku segera memasukkan burungnya ke mulutku. Aku merapatkan bibirku sekuatnya dan kugerakkan kepalaku naik turun agak cepat. Tanganku mengelus-elus telurnya dan kadang mengocok batang burungnya. Beberapa saat kemudian aku merasa spermanya menyemprot keras ke dalam mulutku dan tenggorokanku hingga hampir tertelan. Aku tetap tidak mengeluarkan burungnya dari mulutku. Aku terus menaik turunkan kepalaku selama spermanya tidak berhenti keluar. Tapi kuturunkan kecepatannya perlahan-lahan.
Banyak sekali spermanya. Mulutku sampai kepenuhan sehingga menetes lewat samping mulutku. Rasanya khas dan agak asin. Setelah spermanya habis, burungnya mulai melemas, aku menarik burungnya keluar. Andi tergeletak loyo. Aku bingung tidak dapat bicara. Sebab mulutku penuh. Aku bingung mau dibuang ke mana. Masak aku keluar ke kamar mandi dengan keadaan seperti ini. Andi tergeletak tidak bertenaga. Padahal aku sudah menggapai-gapai tangannya. Tapi dia tetap tidak bangun.
Karena aku bergerak-gerak, tidak sengaja spermanya tertelan sedikit. Oops. Aku menelan sperma. Rasa hangat melewati tenggorokanku. Karena kaget, spermanya malah tertelan semua. Kemudian dengan panik aku membangunkan Andi. Aku takut hamil. Andi juga ikut bingung.
"Lho. Kok bisa kamu telan Cin?"
Aku tidak sengaja jawabku. Andi kemudian memberitahu kalau sperma yang ditelan itu masuk ke pencernaan.
"Nggak Papa, cuma tambahan protein. Biar tambah sehat."
Kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Aku memukulnya sambil pura-pura marah.
Setelah merapikan diri, aku bingung bagaimana keluarnya. Tapi Andi berkata menerangkan bahwa anggota PMR sering pulang paling malam. Jadi sudah biasa. Setelah memberesi barang miliknya, kami keluar pelan-pelan dari ruang PMR, melihat kiri kanan dahulu, kemudian menyusuri kebun laboratorium biologi, melewati kantin dan menuju pintu keluar. Kulihat beberapa pegawai sekolah yang menginap sedang berkumpul di pos satpam menonton TV.
Di depan sekolah hanya tinggal mobil Andi. Dengan santai Andi pamit ke satpam dan para karyawan sambil menerangkan bahwa kami habis membereskan ruang PMR. Mereka hanya mengangguk dan bergurau sejenak dengan Andi. Aku jadi lega. Aku takut ada yang melihat perbuatan kami. Akhirnya kami berangkat ke Mc. D. di Plaza Surabaya sebelum pulang.
Akhirnya dapat kusimpulkan. Semakin aku menahan hasrat, semakin tinggi dorongan seksualku. Sehingga membuatku ingin melakukan tindakan-tindakan yang aneh-aneh dan nekat. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi kalau ada yang tahu kalau aku pernah tidak bercelana dalam di sekolah. Meskipun saat itu aku kapok mengulanginya, namun aku masih melakukannya beberapa kali lagi meskipun sensasinya tidak seheboh yang pertama.
TAMAT