Cerita Dewasa:
Pacar Manisku 02
Sambungan dari bagian 01
Seminggu kemudian kami pergi berlibur ke daerah pegunungan, namun ketika akan pulang ban motorku bocor sehingga aku menuntunnya untuk mencari tempat tambal ban. Namun karena hari sudah menjelang malam, kami tidak menemukan tempat tambal ban. Akhirnya aku dan Liza berunding dan kami sepakat untuk mencari penginapan. Lama kami mencari penginapan karena rata-rata sudah penuh karena saat itu hari libur, akhirnya kami mendapatkan penginapan tersebut namun hanya tinggal satu kamar VIP. Setelah berembug sebentar memesan kamar tersebut, namun tidurnya tidak seranjang.
Begitu masuk kamar aku langsung rebahan di sofa karena capek menuntun sepeda motor tadi, sedangkan Liza langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur samping sofa. Karena kami tadi sepakat bahwa aku tidur di sofa dan ia tidur di kasur. Tak lama kemudian Liza pun segera tertidur. Aku yang sejak tadi menahan buang air kecil segera masuk ke kamar kecil, setelah selesai aku melihat Liza tidur terlentang. Toketnya yang cukup besar itu turun naik seiring dengan hembusan nafasnya. Aku pun semakin lama semakin terangsang, lalu aku mendekati tempat tidurnya.
Aku memperhatikan bibirnya tanpa terasa wajah kami makin dekat dan bibirku menyentuh bibirnya. Aku lalu merebahkan tubuhku diatasnya sambil meneruskan ciumanku. Tidak kuduga Liza mengangkangkan kedua kakinya hingga kontolku merapat diatas memeknya. Aku nggak ngebayangin melakukan sejauh ini.
Kemudian aku melakukan petting menekan-nekankan kontolku ke memeknya. Dadaku menempel di toketnya dan kontolku terus menekan-nekan memeknya. Kemudian tanganku aku geser ke toketnya yang lumayan besar. Aku remas-remas toketnya hingga Liza terbangun.
"Liz.., Mas sayang padamu."
Bisikku tiba-tiba sambil menggenggam tangannya, ia tersenyum dan entah kenapa secara spontan kucium keningnya.
"Aku juga mas." ucapnya.
Liza ternyata juga memendam perasaan kangen ingin disetubuhi, setelah apa yang telah kami lakukan seminggu yang lalu. Aku memeluk tubuhnya dan menatap matanya dalam-dalam.
"Kamu cantik sekali." Ucapku lalu mengecup hidung mancungnya, ia diam saja dan menikmatinya.
Aku semakin berani, kuciuminya seluruh wajahnya hingga kurasakan hembusan napasnya yang hangat. Dia pasrah karena menyukainya, lagi pula ada aliran aneh pada tubuhku yang menuntut lebih banyak lagi. Lalu aku mendaratkan bibirku di bibirnya, kulumat dan dia balas dengan mengulum lidahku lembut. Kulumanku membuatnya mulai sulit bernapas. Sementara itu tanganku mulai menurunkan tali BH-nya hingga toketnya terlihat setengahnya. Kutarik tubuhnya untuk berdiri dan ia menurutinya. Sambil terus melumat bibirnya, kedua tanganku menarik-narik BHnya hingga akhirnya Liza terjatuh di antara kakinya. Aku mengelus-elus punggungnya yang sudah telanjang dan mendorong tubuhnya agar duduk di sofa.
Aku mendekatinya, kemudian berjongkok di antara kakinya. Kuelus-elus memeknya yang masih terbungkus celana dalam. Liza melenguh saat jari-jariku mengelus belahan memeknya. Kemudian aku menarik CD-nya hingga terlepas. Lalu aku tersenyum karena melihat memeknya merekah di depan mataku. Aku mencium bibirnya dan ia membalas, kurasakan toketnya menggesek-gesek dadaku yang membuatku kegelian. Ciumanku makin liar karena telah beralih ke telinga dan lehernya. Liza mulai mendesah pelan, kuusap-usap rambutnya dengan lembut.
Aku meneruskan jilatanku pada boba toket kanannya, kujilati berputar-putar dan berulang-ulang, membuatnya semakin mendesah. Toket kirinya kuremas-remas dengan lembut. Napasnya mulai memburu karena perlakuanku pada kedua toketnya. Selama beberapa saat Liza hanya mendesa-desah.
"Mas.., ohh.., ohh..!"
"Mas ingin menjadikanmu sebagai istriku, kamu mau Liz..?" tanyaku sambil menghentikan jilatanku di toketnya.
Liza menatap mataku dan menganggukkan kepalanya karena ia tidak dapat berpikir apa-apa lagi, karena nafsunya masih tinggi.
Aku tersenyum dan melumat bibirnya sambil mengelus-elus toketnya yang sudah basah oleh air liurku. Lalu Aku menyuruh Liza mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dan merenggangkannya lebar-lebar. Kemudian aku mendekatkan kepala di memeknya yang sudah basah, dan mulai menjilatinya. Liza mendesah saat ujung lidahku menyentuh memeknya,
"Ohh..!"
Aku terus menjilatinya secara teratur dan berulang-ulang. Liza menggeleng-gelengkan kepalanya menahan kenikmatan. Aku terus menjilatinya dan mulai menyedot-nyedot itilnya. Liza merengek dan merintih sambil menjambaki rambutku.
"Ahh.. teruss.. teruss, enak mass..! Ohh..!"
Aku terus menyedot-nyedot dan Liza pun berteriak seiring dengan menjepit kepalaku kuat-kuat. Ia menyemburkan cairan kewanitaannya dan kujilati dan menghisapnya pelan sekali. Karena aku tahu kalau ia menahan ngilu pada memeknya.
Aku lalu mencium toket dan menghisapnya cukup lama hingga Liza terangsang kembali. Kemudian aku mendekatinya dan menindih tubuhnya, kucium bibirnya dengan hangat. Tanganku meremas-remas pantatnya, lalu bibirku turun di atas toketnya dan kuciumi sambil kuhisap bergantian. Liza hanya mendesah keenakan ketika kubuka kedua kakinya dan berjongkok dan mulai menjilati memeknya. Liza mendesah-desah tidak kuat, tapi aku terus menjilati dan menghisap-hisap memeknya yang sudah basah lagi. Aku pun sepertinya sudah tidak tahan, sehingga kuarahkan kontolku ke lubang memeknya. Setelah semakin basah, aku menekan kepala kontolku untuk masuk lebih dalam pada lubang memeknya. Kemudian kugesek-gesekkan kepala kontolku di belahan memeknya berulang-ulang. Liza melenguh menahan sensasi nikmat di daerah memeknya.
Aku mulai menekan dan Liza pun meringis .. aku tekan lagi.. akhirnya perlahan-lahan sedikit demi sedikit liang memeknya itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolku. Liza menggigit bibir. Kulepaskan jemari tanganku dari bibir kemaluannya dan pleg ..bibir kemaluannya langsung menjepit nikmat kepala kontolku.
" Tahan sayang..", bisikku bernafsu.
Liza hanya mengangguk pelan, matanya lalu dipejamkan rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. Agak kubungkukkan badanku ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan kebawah. Heekkgghh .. aku menahan napas sambil memajukan pinggulku dan akhirnya kepala kontolku mulai tenggelam di dalam liang memeknya. Woowww..nikmatnya saat liang memeknya menjepit kepala rudalku, daging memeknya terasa hangat dan agak licin, namun cengkeramannya begitu kuat seakan-akan kepala kontolku seperti diremas-remas saja, kulihat urat-urat batang kemaluanku makin menonjol keluar saking banyaknya darah yang mengalir ke situ.
Aku kembali menekan dan Liza mulai menjerit kesakitan, aku tak peduli, batang kontolku secara pasti terus melesak ke dalam liang memeknya dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolku untuk terus masuk. Aku terus menekan dan tess .. aku merasa seperti ada yang robek, bersamaan dengan itu. Liza melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak ..
"Wah selaput daranya robek nih",
Pikirku, sebentar lagi pasti keluar darah, namun aku tak begitu peduli karena aku terus menekan batang kontolku dengan ngotot terus memaksa memasuki liang memek milik Liza yang luar biasa sempit itu. Kulihat bibir kemaluannya mekar semakin besar, kulihat betapa ketatnya liang kemaluannya itu menjepit batang kontolku yang sudah masuk sekitar 6 centi.
"Aagghh.."
Aku menahan rasa nikmat jepitan memeknya. Kupegang pinggul Liza yang seksi, dan kutarik kearahku, batang kontolku masuk makin ke dalam, oouuhh nikmat sekali, Liza terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara aku sendiri malah merem melek keenakkan.
Aku harus cepat kalau tidak Liza kekasihku terlalu lama menderita, kupegang pinggul Liza lebih erat lalu aku mengambil napas dan ancang-ancang, ini harus segera dibenamkan seluruhnya. Dan aku menghentak keras ke bawah. Dengan cepat batang kontolku mendesak masuk liang memek Liza,
"Aahhgghh .." aku mengerang nikmat hampir saja air maniku muncrat saking kuatnya gesekan dan jepitan memek milik Liza ini. Aku mengatur napas agar air maniku nggak keburu muncrat, kulihat tinggal sedikit yang belum masuk kuhentakkan lagi pantatku ke bawah dan akhirnya seluruh batang kontolku secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit diantara bibir kemaluan dan liang memeknya.
"Ooogghh..", aku berteriak keras saking nikmatnya,
Mataku mendelik menahan jepitan ketat memek Liza yang luar biasa. Sementara Liza hanya memekik kecil lalu memandangku sayu. Bibirnya tergetar namun ia mencoba untuk tersenyum kepadaku. Wajahnya yang manis menatap sayu kepadaku.
Kami sama-sama tersenyum. Kurebahkan badanku diatas tubuhnya yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketnya kembali menekan dadaku. Nikmat, tubuh kami telah menyatu, dalam suatu persetubuhan indah. Kurasakan memek Liza menjepit dan meremas kuat batang kontolku yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra, kuusap mesra wajahnya yang masih menahan sakit menerima tusukan alat vitalku.
" Mas .. bagaimana rasanya ..", bisik Liza mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang ia menggigit bibir menahan sakit.
"Enak sayang.. dan nikmaat, Mas nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang selangit pokoknya", bisikku. Ia tersenyum senang dan mencubit pipiku. Kukecup mesra hidungnya yang mancung.
Aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dan iapun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali lalu sambil tetap begitu aku mulai menggoyang pinggul naik turun. Batang kontolku mulai menggesek liang memeknya dengan kasar. Pinggulku menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan batang kontolku yang ngaceng. Liza memeluk punggungku dengan kuat, ujung jemari tangannya menekan punggungku dengan keras. Kukunya terasa menembus kulitku. Tapi aku tak peduli, aku sedang menyetubuhi dan menikmati tubuhnya. Batang kontolku seakan dibetot dan disedot oleh liang memeknya yang benar-benar super sempit itu. Liza merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuanku.
Beberapa kali malah ia sempat menggigit bibirku, namun itupun aku tak peduli. Aku hanya merasakan betapa liang memeknya yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat batang kontolku, seakan mengenyot nikmat, ketika kutarik keluar terasa daging memeknya seolah mencengkeram kuat alat vitalku, sehingga betapa aku memaksa untuk keluar daging memeknya terasa ikut keluar
"Agghh.." nikmatnya luar biasa sekali, aku sampai mendesis panjang saking nikmatnya.
Air maniku kurasakan sudah mendesak ingin muncrat keluar. Aku mendiamkan aktifitas tubuh sambil mengelus-elus tubuhnya. Tidak terasa air matanya menetes setelah beberapa saat aku menggerakkan pinggulku dan mulai mengeluar-masukkan kontolku. Liza melenguh nikmat sekaligus perih. Aku mengentotnya selama 10 menit. Memeknya sudah semakin basah dan Liza menjerit karena mendapatkan orgasme lagi. Dirasakan memeknya berdenyut-denyut. Aku mendiamkan batang kejantananku di dalam memeknya sambil menyedot-nyedot toketnya.
Kemudian aku mencabut kontolku dan menyuruh Liza menungging. Ia rasakan memeknya dimasuki kembali kontolku, setelah itu mulai dikeluar-masukkan kembali ke memeknya dengan pelan. Sementara itu tanganku masih meremas-remas dan menarik-narik boba toketnya dengan kuat. Liza mulai mendesah menahan rasa nikmat.
"Mas.., ahh.. teruss.. sodokk.. sodokk.. enakk sekali..!" ia merengek.
Aku terus menekan dan menarik kontolku semakin cepat, dan ia semakin merengek-rengek tidak karuan. Aku terus menyodok memeknya dengan kuat, Liza pun memaju-mundurkan pantatnya sehingga persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku dan Liza mendesah-desah penuh kenikmatan.
"Ohh.. ahh.. akhh..!" Liza pun makin keras mendesah.
Aku semakin cepat mengeluar-masukkan batang kejantananku.
"Ahh.. aku mau keluarr.. Mas..!" teriaknya karena akan orgasme.
Aku semakin gencar menyodok-nyodok memeknya sambil terus menarik-narik dan meremas-remas toketnya. Sodokan-sodokan pada memeknya membuat ia menjerit karena merasa tidak tahan lagi.
Tubuhnya lemas sambil memelukku kuat-kuat. Namun aku terus mengeluar-masukkan kontolku tanpa memperdulikan memeknya yang kelihatannya masih ngilu.
"Ohh.. ahh.. aku engga kuatt.. aughh..!"
Teriakkannya malah makin membuatku semakin cepat menghujamkan kontolku pada memeknya.
"Mass.. hampirr.. Sayang.., tahan sebentar.. ohh..!" lenguhku.
Lalu kupeluk ia erat-erat seiring dengan tembakan spermaku, rasanya hangat dan nikmat. Tubuh Liza lunglai dan aku masih mendiamkan kontolku berada dalam memeknya. Kami berpelukan sambil mengatur napas. Setelah agak tenang, aku mencabut kontolku. Kemudian kami berciuman dengan mesra, lidah kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapanku di lidahnya. Tanganku tentu saja meremas-remas toketnya.
Semakin lama kami semakin terangsang kembali. Aku memainkan boba toketnya, kujilat-jilat dengan rakus dan terus kuhisap dengan penuh nafsu. Liza mulai mendesah merasakan memeknya basah kembali. Aku meneruskan jilatanku ke perutnya, kemudian kusuruh ia mengangkat dan melipat kedua kakinya ke atas hingga berada di antara kepalanya. Dengan posisi ini sudah jelas memeknya yang basah terbuka lebar di depan mataku. Aku menjilat-jilat memeknya sambil menusuk-nusukkan lidahnya di antara belahan memeknya. Mendapat rangsangan seperti itu Liza mendesah tidak terkendali lagi.
"Ohh.. Maass.. enak sekali.. teruss.. ohh.. hisapp teruss..! Hisapp.. Memekku .. ohh..!"
Aku semakin cepat menghisap-hisap memeknya yang banjir oleh cairan kewanitaannya. Liza semakin merenggangkan kedua kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa melakukan gerakanku.
Jilatan-jilatan di memeknya yang enak itu membuatnya memohon-mohon.
"Ohh.. Maass.., masukkan..! Liza.. mohon..!" pintanya padaku.
Aku pun menggesek-gesekkan batang kejantananku di memeknya yang becek. Liza melenguh nikmat, mulutnya mendesis-desis tidak tahan. Aku memasukkan kontolku pada lubang memeknya. Penetrasi itu membuatnya terus merengek nikmat,
"Oh enakk maass.. yeahh.. lebih cepat.. ohh.. enakk sekali.. sodok.. terus.. Memek Liza Maass..! Akhh.. mmff.. ohh..!"
"Iya Sayangku. Mas.. suka Memek kamu.. ohh..Lizz..!" jawabku penuh nafsu.
Entotanku di memeknya semakin cepat dan liar hingga terasa menyentuh rahimnya.
"Liza.. mau keluar Maass.. ohh..!" teriaknya.
"Maass.. juga Sayang.., ohh..!"
"Akhh..aakhh.. aakhh..!" Kami berdua menjerit, bersamaan itu kurasakan tembakan spermaku yang kuat. Aku mencium bibirnya. Karena kelelahan, kami pun tertidur lelap.
Kejadian itu terus berulang selama 6 bulan dan hubungan kami tumbuh menjadi hubungan yang serius dan semakin hangat. Sampai akhirnya aku lulus kuliah dan diterima bekerja di lain pulau. Liza menangis waktu aku pamit kepadanya, ia bersikukuh ingin ikut denganku, namun karena ia masih kuliah aku pun berkeberatan. Aku berjanji akan membawanya kalau ia sudah lulus.
Bersambung ke bagian 03